Dua Sisi Wajah Redupnya Pesona Karimunjawa Saat Ini
Pandemi memukul pariwisata Pulau Karimunjawa, Jawa Tengah. Ada penginapan yang mulai dijual dan sejumlah pelaku wisata kembali menjadi nelayan. Namun, sepinya turisme turut membuat penularan Covid-19 terkendali.

Keindahan kawasan pantai dan bawah air di Pulau Cilik, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Sabtu (28/4/2018).
Pandemi membawa hal buruk sekaligus baik bagi Pulau Karimunjawa. Terpisah dari daratan Pulau Jawa, magnet wisata bahari Jawa Tengah ini nyaris tak terdampak penularan Covid-19. Namun, pulau-pulau pasir putih yang biasanya dipadati pelancong lebih dari setahun terakhir sunyi. Rumah-rumah inap bangkrut, pelaku wisata kembali mencari ikan.
Muklis (48), misalnya. Pemilik rumah inap atau homestay Puri Karimun di Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, ini tengah dilanda gamang. Tenggat pembayaran tagihan biaya operasional penginapan, seperti listrik, air, dan upah seorang pegawai, sudah menjelang. Padahal, belum ada lagi tamu menginap.
”Saya hanya mengandalkan tamu dinas (pemerintah). Terakhir menerima tamu dari dinas itu bulan Agustus. Padahal, tarif penginapan sudah saya turunkan 35 persen,” ujar Muklis, Sabtu (4/9/2021). Kondisi itu berlangsung hingga saat ini.
Hingga hari ini, empat pegawai, termasuk tukang masak, sudah ia rumahkan. Omzet penginapannya di Jalan Jenderal Sudirman, yang berdekatan dengan dermaga, anjlok 95 persen. Namun, ia masih merasa beruntung dibandingkan beberapa pemilik homestay lain. Sebab, ada beberapa pemilik hotel dan penginapan yang sudah menawarkan propertinya untuk dijual.
Tonton juga : Kerlip Surya bagi Karimunjawa

Penginapan Puri Karimun milik Muklis di Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, terlihat sepi, awal September 2021. Pandemi Covid-19 menyebabkan pariwisata Karimunjawa mati.
Untuk tetap bertahan, Muklis mencari tambahan pemasukan dari salon potong rambut. ”Saya dan pemilik penginapan lain pada menangis dengan keadaan seperti ini, apalagi anak sekolah dan kuliah tetap membayar,” ujarnya.
Hal serupa dikeluhkan Hasim Asari, pemilik penginapan Karimunjawa Indah di Jalan Pemuda. Pendapatannya anjlok lebih dari 90 persen. Sama seperti Muklis, ia juga hanya mengandalkan kunjungan dari pemerintah atau instansi lain yang tengah mengadakan program di Karimunjawa. Itu pun bisa dihitung 2-3 bulan sekali. ”Bulan Agustus kemarin ada kunjungan dari TNI AL, kemudian menginap di tempat kami,” katanya.
Untuk menekan biaya operasional, Hasim terpaksa memadamkan lampu-lampu penginapan jika tak ada tamu. Ia juga merumahkan beberapa karyawan dan mengelola penginapan sendiri.
Baca juga : Jadi Cagar Biosfer UNESCO, Benahi Pengelolaan Dua Bentang Alam di Jateng

Suasana penginapan Lissafa milik Mustakim di Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, terlihat sepi, awal September 2021.
Bahkan, Mustakim, pemilik penginapan Lisaffa, mengaku terkadang sampai meminjam uang hanya untuk beli pulsa listrik penginapan. ”Saya mengeluh ke desa, desa juga bingung harus bagaimana langkahnya. Sedangkan dana desa dialihkan untuk penanganan Covid-19. Saya harap pariwisata bisa dibuka lagi meskipun ada pembatasan,” tuturnya.
Adapun Hasim masih mencoba melihat sisi positif pandemi. Bagi dia, masa sepi ini bisa dijadikan waktu evaluasi bagi pelaku wisata Karimunjawa untuk memperbaiki layanan. Ia yakin, ketika pandemi berakhir, banyak orang akan berbondong-bondong mengunjungi tempat wisata, termasuk Karimunjawa.
Kondisi pandemi membuat para pelaku wisata beralih profesi. Gunawan (34), pemilik kapal wisata, misalnya, sejak Maret 2020 sempat berbulan-bulan tak mengantar pelancong. Saat kondisi normal, ia bisa lima kali mengantar tamu dengan tarif sewa kapal sekitar Rp 500.000. ”Akhirnya, ya, jadi nelayan lagi, wong tidak ada wisata,” ucapnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan istrinya, Atiqoh Ganjar Pranowo, menaiki sepeda motor dalam kunjungannya ke Kepulauan Karimunjawa, Jumat (10/9/2021). Kunjungan Ganjar untuk meninjau vaksinasi Covid-19 sebagai persiapan uji coba pembukaan kembali pariwisata.
Penyeberangan sepi
Data Badan Pusat Statistik, pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Karimunjawa mencapai 147.524 orang, yang 9.700 orang di antaranya turis asing. Dari sisi penunjang, terdapat 15 hotel dan 78 penginapan. Gugusan pulau Karimunjawa tujuan mereka bisa diakses kapal dari Dermaga Kartini di Jepara ataupun dengan pesawat perintis.
Pelaksana Tugas Camat Karimunjawa Muslikin mengakui, banyak pelaku pariwisata di Karimunjawa yang alih profesi. ”Kalau terpengaruh memang benar, tapi untuk pengusaha lokal (asli Karimunjawa) sudah biasa. Justru penanam modal yang dari luar lebih kerasa jatuhnya,” katanya.
Matinya pariwisata Karimunjawa juga turut menyebabkan penyeberangan antara Dermaga Kartini dan Karimunjawa sepi. Kepala Bidang Perhubungan Laut Dinas Perhubungan Jepara Suroto menuturkan, pihaknya mengurangi frekuensi penyeberangan. Kapal cepat yang biasanya beroperasi empat kali dalam sepekan kini hanya beroperasi dua kali. Adapun penyeberangan logistik yang mengangkut logistik ataupun bahan konstruksi berjalan normal.
Pemerintah daerah berupaya menjaga agar penularan Covid-19 tidak merebak di Karimunjawa.
Suroto mengatakan, pemerintah daerah berupaya menjaga agar penularan Covid-19 tidak merebak di Karimunjawa. ”Naik angkutan penyeberangan untuk penduduk Jepara dan Karimunjawa tidak diwajibkan tes rapid antigen, tapi bagi penduduk luar Jepara wajib antigen,” katanya.
Untuk itu, menurut Suroto, pendapatan daerah dari retribusi jasa kepelabuhanan ke Karimunjawa kemungkinan tidak mencapai target. Pihaknya dibebani target retribusi Rp 600 juta setahun. Namun, hingga Agustus, baru tercapai 48 persen dari yang semestinya sudah sekitar 60 persen.

Lokasi foto favorit para wisatawan di Bukit Love, Dusun Jatikerep, Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu (5/4/2017). Pemandangan Karimunjawa dari atas Bukit Love, beberapa bulan terakhir, kian populer di media sosial.
Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Jepara Nur Zuhruf mengatakan, sebelum Juni 2021, Balai Taman Nasioanal Karimunjawa masih buka secara terbatas dengan protokol kesehatan ketat. Namun, memasuki masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPPKM) praktis tutup total.
”Saat Karimunjawa dibuka pun, animo masyarakat berwisata rendah,” ujar Zuhruf. Ia menduga calon wisatawan terbebani syarat tes PCR.
Beberapa keluhan terekam dalam media sosial yang menanyakan kejelasan pembukaan tempat wisata. ”Kami sudah menyiapkan promosi untuk mengembalikan kondisi semula. Tapi, belum bisa berjalan karena masih tutup. Pembenahan infrastruktur tetap jalan, seperti perbaikan di wisma dan lain-lain,” katanya.
Baca juga : Setelah Tujuh Bulan, Pariwisata Karimunjawa Kembali Dibuka

Suasana penjagaan dalam rangka mengantisipasi Covid-19 di dermaga Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu (17/6/2020).
Daerah teraman
Meski demikian, matinya pariwisata juga bisa dibilang ikut andil membuat Karimunjawa tercatat sebagai salah satu daerah teraman dari penularan Covid-19 di Jawa Tengah. Hingga Rabu (15/9/2021), ada 11 kasus di Karimunjawa. Dari jumlah itu, 10 orang sembuh dan satu meninggal.
Jumlah itu sangat sedikit jika dibandingkan jumlah penduduk Karimunjawa. Data BPS, jumlah penduduk di Karimunjawa 11.063 jiwa. Saat bersamaan, jumlah kasus di kecamatan lain cukup tinggi. Di Kecamatan Jepara, misalnya, tercatat 2.616 kasus. Dari semua kasus itu, 148 orang meninggal.
Baca juga : Kesiapan Pembukaan Kembali Karimunjawa Harus Matang
Kondisi itu tak lepas dari pengamatan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Dalam kunjungan ke wilayah yang terdiri atas 27 pulau dengan lima di antaranya berpenghuni itu, Ganjar mengapresiasi keberhasilan itu. ”Saya mencoba menghitung, pengendalian kasus Covid-19 di Karimunjawa bagus. Bahkan di Desa Parang saat ini nol kasus. Ini, kan, asyik banget,” kata Ganjar, Jumat (10/9/2021).

Sejumlah penumpang kapal yang tak membawa keterangan tes cepat dikarantina untuk kemudian dipulangkan esok harinya di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu (8/7/2020).
Ganjar pun meminta dilakukan uji coba wisata di Karimunjawa secara terbatas dengan sistem paket. Hal itu seiring upaya pengembangan Bandara Dewandaru yang berlokasi di Pulau Kemujan, salah satu pulau di kawasan Karimunjawa.
Keberadaan bandara yang resmi beroperasi sejak 2018 itu menjadi jalur alternatif wisata ke Karimunjawa. Namun, sejak pandemi Covid-19, bandara sempat tidak melayani penerbangan karena minimnya wisatawan dan berbagai kebijakan dalam penanganan Covid-19.
”Kami ingin vaksinasi (di Karimunjawa) bisa seratus persen. Dinkes sepakat, termasuk dari Jepara, tiga hari vaksinasi bisa seratus persen (di Karimunjawa),” ujar Ganjar.

Sejumlah penumpang pesawat Nam Air ATR 72 jurusan Semarang-Karimunjawa tiba di Bandara Dewadaru, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu (1/8/2018).
Pada 2021, Pemerintah Provinsi Jateng telah membebaskan lahan seluas 1,6 hektar untuk pengembangan bandara. Menurut Ganjar, jika bandara sudah siap, uji coba pariwisata terbatas bisa dilakukan. ”Harapannya, kalau perusahaan penerbangan bisa diajak uji coba, yang dari Jakarta, Bali, dan dari Surabaya bisa datang ke Karimunjawa,” katanya.
Ganjar menegaskan, pembukaan keran pariwisata secara bertahap harus tetap mengutamakan protokol kesehatan. ”Dengan cara itu, ekonomi mulai bergerak lagi dengan prokes ketat,” ujarnya.
Pernyataan Gubernur Jateng itu setidaknya meniupkan napas harapan bagi warga Karimunjawa yang 1,5 tahun terakhir meninggalkan sektor pariwisata dan kembali mencari sumber pendapatan lain untuk bertahan hidup, termasuk menjadi nelayan. Seiring meluasnya cakupan vaksinasi dan kedisiplinan warga ataupun pelancong menerapkan protokol kesehatan, pariwisata diharapkan kembali menggeliat dan memutar roda ekonomi di ”Permata Laut Jawa”.

Seorang wisatawan menghabiskan waktu di Pantai Asari Timo, Pulau Kemojan, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Senin (19/10/2015). Asari Timo adalah salah satu pantai yang masih jarang dikunjungi wisatawan.