Rumah Sakit Rujukan Lini 1 di Tegal Tanpa Pasien Covid-19
Penurunan jumlah kasus Covid-19 diiringi dengan penurunan jumlah pasien yang dirawat. Di rumah sakit rujukan Covid-19 lini 1 RSUD dr Soeselo Tegal, Jateng, tidak ada pasien Covid-19 yang dirawat pada Rabu.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Untuk pertama kalinya sejak pandemi, Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeselo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tidak merawat pasien Covid-19, baik pasien suspek maupun konfirmasi, Rabu (22/9/2021). Namun, rumah sakit rujukan Covid-19 lini 1 itu tetap menyiagakan sejumlah kamar.
Sebelumnya, lebih dari 1,5 tahun terakhir, RSUD dr Soeselo selalu merawat pasien Covid-19, baik pasien suspek maupun pasien terkonfirmasi positif. Ratusan tempat tidur di ruang isolasi biasa dan ruang perawatan intensif (ICU) yang disiapkan selalu diisi pasien Covid-19.
Bahkan, pengelola rumah sakit beberapa kali harus menambah jumlah tempat tidur. Salah satu momennya saat terjadi lonjakan pasien pada Juni-Juli 2021.
Akan tetapi, pengelola rumah sakit belum berencana menutup atau mengurangi jumlah tempat tidur pasien. Jumlah tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid-19 hingga Rabu sebanyak 162 unit. Sebanyak 154 tempat tidur berada di ruang isolasi biasa dan 8 tempat tidur di ruang ICU.
”Selama pemerintah belum mencabut status pandemi, kami masih menyiapkan tempat tidur bagi pasien Covid-19. Meski kasus sudah melandai, Kabupaten Tegal masih menerapkan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) level 3,” kata Direktur RSUD dr Soeselo Guntur M Taqwin, Rabu.
Jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Tegal hingga Selasa, 21 September, sebanyak 13.391 orang. Sebanyak 42 orang merupakan kasus aktif, terdiri dari 7 orang dirawat dan 35 orang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Kondisi tersebut berbeda dengan jumlah kasus Covid-19 aktif pada puncak gelombang kedua, Juni-Juli. Kala itu, jumlah kasus aktif lebih dari 500 orang dan hampir separuhnya dirawat lantaran mengeluhkan gejala berat.
Guntur menilai, penurunan jumlah pasien Covid-19 bergejala berat terjadi karena sudah banyak warga yang divaksin. Selain itu, penerapan kebijakan PPKM juga dinilai Guntur berkontribusi menekan penularan.
Melandainya kasus Covid-19 juga terjadi di Kota Tegal. Hingga Rabu, jumlah kasus aktif sebanyak enam orang. Jumlah itu merosot jika dibandingkan dengan jumlah kasus aktif pada Juni-Juli yang mencapai ratusan orang.
Kendati demikian, pemerintah setempat tidak ingin terlena. Mereka bersiap mengantisipasi muncul gelombang ketiga dengan menyiapkan operasionalisasi laboratorium PCR (reaksi rantai polimerase).
”Kita belajar dari puncak gelombang Covid-19 pada Juni-Juli. Kemarin, kami tidak menyiapkan apa yang belum dimiliki (laboratorium PCR) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, tiba-tiba pada bulan Juni dan Juli (kasus) meningkat,” ujar Pelaksana Tugas Direktur RSUD Kardinah Kota Tegal Agus Dwi S.
Laboratorium PCR yang dibangun dengan anggaran Rp 5 miliar tersebut diharapkan mampu mengetes hingga 95 sampel dalam satu kali pemeriksaan. Hasil tes juga dapat diketahui paling cepat empat jam setelah sampel diperiksa.
Pemeriksaan sampel usap pasien rawat inap dan kontak erat pasien positif dilakukan secara gratis. Adapun masyarakat umum yang melakukan tes dalam rangka deteksi dini atau untuk syarat aktivitas dikenai biaya Rp 450.000 per sampel.
Agus menambahkan, laboratorium tersebut akan dioperasikan setelah ada visitasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. Laboratorium itu diharapkan tidak hanya bisa memeriksa sampel usap untuk deteksi Covid-19, tetapi juga untuk virus lain.
”(Laboratorium) ini tidak hanya untuk pemeriksaan Covid-19, tapi juga bisa memberikan pelayanan yang lain. Bisa untuk hepatitis, flu burung, dan bisa juga untuk pelayanan-pelayanan lain, tinggal kita kembangkan,” ucap Agus.