Tagih Pemukiman Kembali, Pencari Suaka Asal Afghanistan Unjuk Rasa di Batam
Puluhan pencari suaka asal Afghanistan berunjuk rasa di Batam, Kepulauan Riau. Mereka meminta UNHCR mempercepat proses penempatan ke negara tujuan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Puluhan pencari suaka asal Afghanistan berunjuk rasa di depan Kantor DPRD Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (22/9/2021). Mereka meminta Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi atau UNHCR mempercepat proses pemukiman kembali atau resettlement ke negara tujuan.
Di Batam terdapat sekitar 600 pencari suaka dari sejumlah negara. Mereka ditampung di dua tempat berbeda. Pencari suaka yang sudah berkeluarga ditempatkan di Hotel Kolekta, Kecamatan Lubuk Baja. Adapun pencari suaka yang belum berkeluarga ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim), Kecamatan Sekupang.
Salah satu pencari suaka asal Afghanistan, Ismatullah Hassani (35), mengatakan, sebagian besar dari mereka telah menunggu proses penempatan ke negara tujuan selama lebih dari lima tahun.
Hassani tinggal di Hotel Kolekta bersama istri dan dua anaknya yang masing-masing berusia 5 tahun dan 10 bulan. ”Kami ingin segera ditempatkan ke negara tujuan agar dapat kembali memulai hidup. Saya harus bekerja dan anak-anak harus sekolah,” katanya.
Pencari suaka lain asal Afghanistan, Khan (23), mengatakan, ketidakpastian hidup dalam pengungsian membuat banyak pencari suaka mengalami depresi. Depresi berat bahkan mengakibatkan seorang pencari suaka asal Afghanistan bernama Abbas Mohammady bunuh diri di Rudenim Sekupang pada Oktober 2018.
Menurut Khan, selama tiga tahun terakhir sudah ada 14 pencari suaka asal Afghanistan yang bunuh diri di Indonesia. ”Kami mulai kehilangan harapan itu yang menyebabkan beberapa kawan kami bunuh diri,” ucapnya.
Laporan terbaru UNHCR pada Maret 2021 mencatat, sedikitnya ada 13.497 orang di Indonesia yang berstatus pengungsi dan pencari suaka. Mereka terdiri dari 73 persen orang dewasa dan 27 persen anak-anak di bawah 18 tahun.
Para pengungsi ini setidaknya tersebar di sepuluh titik besar, di antaranya Jakarta, Medan, Makassar, Tanjung Pinang, Batam, dan Pekanbaru. Sebanyak 56,18 persen pengungsi atau 7.583 orang berasal dari Afghanistan.
Menanggapi unjuk rasa para pencari suaka itu, Ketua Komisi I DPRD Kota Batam Budi Mardianto mengatakan, atas dasar kemanusiaan, pemerintah tidak boleh tinggal diam melihat nasib pengungsi yang terkatung-katung. Menurut dia, DPRD Kota Batam akan melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Kota Batam dan perwakilan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) untuk mencari solusi terkait kondisi pengungsi.