Kabut dengan bau asap menyelimuti Kota Palembang, Rabu (22/9/2021) pagi. Fenomena ini merupakan dampak dari kebakaran lahan di dua kabupaten di Sumatera Selatan, yakni Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kabut bercampur asap menyelimuti Kota Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (22/9/2021) pagi. Fenomena ini merupakan dampak kebakaran lahan di dua kabupaten di Sumatera Selatan, yakni Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir.
Warga Palembang, Okta Alfarisi (24), mengatakan, bau asap sudah tercium setidaknya pada pukul 05.30 WIB. ”Ketika bangun tidur, saya langsung mencium bau asap, bahkan sampai di dalam rumah,” kata karyawan swasta ini. Kabut asap berangsur hilang sekitar pukul 09.00 WIB.
Bau asap tidaklah asing baginya karena pada rentang 2018-2019 kebakaran lahan besar pernah terjadi di Sumsel. Akibatnya, kabut asap pun kerap menyelimuti Palembang. ”Saya yakin betul itu bau asap,” kata Okta.
Namun, lanjut Okta, yang tercium pada Rabu ini hanya bau asap, sedangkan kabut tidak terlalu pekat. ”Belum separah tahun 2018-2019, tetapi semoga peristiwa itu (kebakaran lahan) tidak terjadi lagi,” kata Okta.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, bau asap di Palembang pada Rabu kemungkinan disebabkan kiriman dari dua kabupaten yang memang mengalami kebakaran lahan sehari sebelumnya, yakni di Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir.
Ansori mengungkapkan, biasanya, jika terjadi kebakaran di dua kabupaten itu, potensi kiriman asap ke Palembang akan semakin tinggi. Pasalnya, arah angin dari dua daerah itu cenderung menuju ke Palembang.
Namun, Ansori memastikan, kebakaran lahan di dua kabupaten tersebut sudah bisa dipadamkan. Terhitung, ada empat titik api di Ogan Ilir dan sudah dipadamkan menggunakan helikopter dengan menjatuhkan bom air sebanyak 24 kali penyiraman.
Sementara di Ogan Komering Ilir, ada lima titik api yang juga sudah bisa dipadamkan dengan 32 kali penyiraman. ”Proses pemadaman menggunakan lima helikopter bom air yang memang sudah disiagakan,” kata Ansori seraya menambahkan, terkait luasan kebakaran lahan, petugas masih menyisir di lapangan.
Jika itu kabut asap, biasanya, ketika matahari terbit, kabut tidak akan hilang dan bau asap akan terus menyeruak. Namun, kalau itu kabut biasa, akan hilang seiring matahari meninggi.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Desindra Deddy Kurniawan menjelaskan, fenomena yang terjadi pada Rabu pagi di Palembang merupakan kabut (fog) bercampur asap yang terbawa oleh angin. ”Kemungkinan asap tersebut berasal dari kebakaran lahan di Ogan Komering Ilir karena memang arah angin dari sana cenderung mengarah ke Palembang,” tuturnya.
Jika ingin mengetahui apakah itu benar kabut asap atau tidak, jelas Desindra, masyarakat bisa melihatnya dari laporan kualitas udara di situs BMKG. Berdasarkan informasi partikulat udara (PM2,5) BMKG, kandungan partikel udara yang berukuran lebih kecil di Palembang pada Rabu berada di level sedang dengan angka tertinggi 58,50 mikrogram per meter kubik pada pukul 07.00. Angka berangsur menurun hingga tercatat pada pukul 10.00 sekitar 44,70 mikrogram per meter kubik.
Menurut Desindra, jika itu kabut asap, biasanya, ketika matahari terbit, kabut tidak akan hilang dan bau asap akan terus menyeruak. Namun, kalau kabut biasa, akan hilang seiring matahari meninggi.
Menurut Desindra, kemunculan kabut di masa peralihan musim diperkirakan bakal kerap terjadi. Hal itu karena kabut terjadi akibat afeksi massa udara yang hangat dan permukaan tanah yang dingin sehingga kemudian menyebabkan kondensasi.