Turun Jadi Level 3, Warga Medan Diminta Tidak Euforia
Situasi pandemi di Kota Medan, Sumatera Utara, turun ke level 3 setelah beberapa bulan di level 4. Masyarakat diminta tidak euforia dan harus tetap patuh prokes. Pembelajaran tatap muka terbatas dimungkinkan di Medan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Situasi pandemi di Kota Medan, Sumatera Utara, turun ke level 3 setelah beberapa bulan berada di level 4. Masyarakat diminta tidak euforia dan harus tetap patuh pada protokol kesehatan. Seiring dengan penurunan level, pembelajaran tatap muka terbatas dimungkinkan dilakukan di Medan.
”Protokol kesehatan harus tetap dikedepankan untuk memutus penularan pandemi. Vaksinasi pun terus dipercepat,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dalam kunjungan kerjanya ke Kota Pematang Siantar, Selasa (21/9/2021).
Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2021, untuk periode 21 September sampai 4 Oktober, tidak ada kabupaten/kota level 4 dalam penanganan pandemi di Sumut. Namun, wilayah dengan status level 3 ada di 11 daerah, antara lain Kota Medan, Binjai, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Serdang Bedagai, dan Batubara.
Untuk wilayah level 2 ada 21 daerah, seperti Tapanuli Utara, Nias Utara, dan Kota Gunung Sitoli. Hanya Kabupaten Deli Serdang yang berstatus level 1.
Edy mengingatkan, pembelajaran tatap muka di daerah level 3 bisa dilakukan, tetapi sifatnya terbatas dengan sejumlah ketentuan yang ketat. Semua guru dan tenaga nonpendidik harus sudah divaksin, siswa tidak memiliki komorbid, dan kapasitas maksimal 50 persen. ”Siswa harus semangat belajar di sekolah, tetapi harus tetap disiplin dalam protokol kesehatan,” katanya.
Wali Kota Medan Bobby A Nasution pun meminta agar masyarakat di wilayahnya tetap melaksanakan protokol kesehatan secara ketat. ”Jangan karena sudah membaik kemudian euforia dan mengabaikan prokes,” kata Bobby.
Bobby menyebutkan, sejumlah indikator menunjukkan situasi pandemi di Medan membaik. Keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) Covid-19 bisa ditekan hingga 37 persen, BOR untuk ruang perawatan intensif 30 persen. Tingkat kematian pun menurun hingga di bawah 2 persen dan kesembuhan meningkat mendekati 98 persen.
Capaian vaksinasi di Sumut belum berada pada level pembentukan kekebalan kelompok. Prokes masih yang utama untuk memutus penularan.
Epidemiolog yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Inke Nadia D Lubis mengatakan, kasus di Sumut saat ini bisa ditekan karena pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang sebelumnya dilakukan dengan ketat. Karena itu, prokes masih harus tetap disiplin agar kasus tidak meningkat lagi.
”Capaian vaksinasi di Sumut belum berada pada level pembentukan kekebalan kelompok. Prokes masih yang utama untuk memutus penularan,” kata Inke.
Inke mengingatkan, penerapan prokes di Kota Medan dalam beberapa pekan ini mulai longgar. Tempat-tempat publik, seperti pasar, kedai kopi, kafe, dan restoran semakin penuh dan beberapa mengabaikan prokes.
Mobilitas warga pun tampak meningkat. Arus lalu lintas mulai macet di beberapa tempat. Pemerintah pun diminta tetap tegas menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat sesuai dengan level situasi pandemi.
”Telemedicine”
Sementara itu, Rektor USU Muryanto Amin mengatakan, pihaknya meluncurkan aplikasi daring pengobatan jarak jauh atau telemedicine untuk membantu penanganan pandemi Covid-19.
”Dengan layanan telemedicine, pasien Covid-19 bisa berkonsultasi dengan dokter tanpa harus ke rumah sakit. Obatnya akan diantarkan langsung ke pasien,” katanya.
Pengobatan jarak jauh itu, kata Muryanto, bisa diakses melalui laman rawatcovid-sumut.usu.ac.id. Pasien bisa langsung mengakses laman tersebut agar bisa mendapat pelayanan.