Tak Ada Lagi Daerah Level 4 di Sulteng, Penerapan Prokes Jangan Kendur
Penerapan protokol kesehatan harus tetap jadi perhatian semua warga meskipun penularan Covid-19 sudah terlihat terkendalikan di Sulawesi Tengah.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Pengendalian Covid-19 di Sulawesi Tengah sudah menunjukkan tren baik dengan terkendalinya penularan. Atas kondisi itu, tak ada lagi kabupaten/kota yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4. Mayoritas daerah masuk level 3. Meskipun terjadi penurunan level pembatasan, warga diminta tetap patuh menerapkan protokol kesehatan.
Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, di Palu, Selasa (21/9/2021), berharap warga tak kendur dalam mematuhi protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19 meskipun level PPKM turun. ”Dengan patuh, kita terhindar dari penularan Covid-19 dan dengan demikian memberikan dampak pada cepatnya kebangkitan ekonomi Sulteng,” ujarnya.
Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang dianjurkan selama ini adalah sering mencuci tangan, selalu memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Berdasarkan evaluasi pemerintah pusat, sejak 21 September sampai pada penyampaian berikutnya, tak ada lagi kabupaten/kota di Sulteng yang menerapkan PPKM level 4. Sebelumnya, ada tiga daerah yang menerapkan PPKM level 4, yakni Kota Palu, Kabupaten Poso, dan Banggai. Dalam dua minggu terakhir, tersisa Kota Palu dan Kabupaten Poso. Dari 11 kabupaten yang dua minggu terakhir menerapkan PPKM level 3, dua di antaranya, yakni Sigi dan Morowali, masuk ke level 2.
Berdasarkan regulasi, PPKM level 3 diterapkan dengan ketentuan lebih longgar daripada level 4. Kerja di kantor untuk instansi atau perusahaan, misalnya, bisa maksimal 50 persen dari jumlah karyawan atau staf. Pada level 4, jumlah karyawan atau staf yang bekerja di kantor paling banyak 25 persen. Hal sama juga berlaku untuk restoran dan tempat belanja dengan kapasitas 50 persen dari cuma 25 persen saat PPKM level 4.
Kasus penularan di Sulteng secara umum memang terkendali meskipun masih fluktuatif. Tambahan kasus harian dalam sebulan terakhir ada dalam rentang 50-140 kasus. Kondisi ini sangat berbeda dengan situasi pada Juli-pertengahan Agustus dengan tambahan kasus harian 500-900.
Dari sisi kasus aktif, jumlahnya juga terus menurun dari 2.553 pada 12 September 2021 menjadi 1.482 kasus per Senin (21/9/2021). Pada puncaknya di Juli-pertengahan Agustus, kasus aktif hampir mencapai 10.000 kejadian. Di rumah sakit, jumlah pasien Covid-19 terus berkurang. Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 saat ini tak lebih dari 20 persen.
Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulteng Sofyan F Lembah menyatakan, semua pihak tetap harus waspada karena penularan masih terjadi. Ia mengingatkan agar edukasi penerapan prokol kesehatan tetap gencar dilakukan. Protokol kesehatan harus menjadi kebiasaan sehari-hari di era normal baru karena Covid-19.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kesadaran menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker, sudah meningkat. Jika sebelumnya banyak pengendara sepeda motor mondar-mandir di jalan tak bermasker, akhir-akhir ini pemandangan itu jarang terlihat lagi. Hal sama juga terlihat di warung atau kios di pinggir jalan yang penjualnya sudah memakai masker dari sebelumnya terlihat tak bermasker.
Percepat vaksinasi
Di tengah menurunnya kasus, Sofyan melihat itu menjadi momentum untuk mempercepat jangkauan vaksinasi di Sulteng. Saat ini warga antusias pergi ke tempat layanan vaksinasi. ”Vaksinasi harus dipacu di tengah menurunnya kasus agar cepat tercipta kekebalan komunitas. Warga sekarang posisi menunggu vaksin,” ujarnya.
Jangkauan vaksinasi di Sulteng memang masih rendah, yakni baru 23 persen untuk dosis pertama dari sasaran 2,1 juta jiwa atau sudah menjangkau 492.924 orang. Untuk vaksinasi dosis kedua, angkanya jauh lebih rendah lagi, baru 13 persen atau 281.543 orang.
Sulteng diharapkan mencapai jangkauan vaksinasi minimal 80 persen pada Desember 2021.
Dari segi persebaran per daerah, ada delapan daerah dengan jangkauan vaksinasi dosis pertama di bawah 20 persen, yakni Donggala dengan 10,4 persen, Tojo Una-Una (11,7 persen), Sigi (13 persen), Parigi Moutong (14,1 persen), Banggai (15,5 persen), Banggai Kepulauan (15,8 persen), Banggai Laut (7,7 persen), dan Tolitoli (18,9 persen).
Hanya lima kabupaten/kota dengan jangkauan vaksinasi pertama lebih dari 20 persen, yakni Kabupaten Morowali (54,9 persen), Kota Palu (47,9 persen), Buol (33,8 persen), Morowali Utara (33,5 persen), dan Poso (23,8 persen).
Kepala Dinas Kesehatan Sulteng I Komang Adi Sujendra beberapa waktu lalu menegaskan, pemerintah berusaha mempercepat jangkauan vaksinasi. Sulteng diharapkan mencapai jangkauan vaksinasi minimal 80 persen pada Desember 2021. Angka itu ideal untuk proteksi pribadi dan kekebalan komunitas.
Percepatan vaksinasi itu dilakukan bersama dengan Polri-TNI, kelompok keagamaan, serta kolaborasi dengan perusahaan swasta melalui layanan pos vaksinasi massal dan vaksinasi bergerak (mobile). Layanan itu memanfaatkan ambulans untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Komang menyatakan, jika sebelumnya distribusi vaksin menjadi kendala untuk mempercepat jangkauan vaksinasi, saat ini hal itu tak lagi menjadi masalah. Tak kurang dari 75.000 dosis diterima setiap minggu.