Situasi Pandemi di Separuh Wilayah Jawa Timur Dinilai Baik
Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur yang melandai diharapkan tidak menimbulkan euforia yang mengabaikan protokol kesehatan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Petugas mengingatkan warga untuk mematuhi protokol kesehatan saat mengantre vaksinasi Covid-19 di Kebun Binatang Surabaya, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/9/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur semakin melandai. Separuh wilayah atau sebanyak 19 kabupaten/kota berdasarkan data Kementerian Kesehatan bernilai asesmen situasi 1 atau baik. Separuhnya lagi bernilai 2 sehingga secara umum risiko penularan berada di tingkat rendah.
Asesmen situasi dapat dilihat dari laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/. Adapun menurut laman https://covid19.go.id/, seluruh wilayah Jatim berada di zona kuning atau risiko penularan rendah, kecuali Kota Blitar yang berstatus zona oranye atau risiko penularan sedang.
Dari situasi tadi, menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Selasa (21/9/2021), provinsi berpopulasi 40 juta jiwa ini sudah bebas dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3, apalagi level 4. Semakin tinggi level PPKM suatu daerah, semakin ketat pula pembatasan sosialnya untuk menekan risiko penularan.
”Separuh wilayah Jatim bernilai asesmen 1, sedangkan lainnya bernilai 2 patut disyukuri karena situasi pandemi melandai. Akan tetapi, perlu tetap dibarengi dengan kewaspadaan,” kata Khofifah.
Menurut dia, nilai asesmen yang baik dan didapat seluruh kabupaten/kota membuktikan bahwa seluruh daerah bekerja keras, berikhtiar, dan bersinergi untuk penanganan pandemi.
Daerah dengan asesmen 1 ialah Sumenep, Pamekasan, dan Sampang di Pulau Madura. Lalu, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Situbondo, Jember, Banyuwangi, Batu, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Jombang, Magetan, dan Pacitan. ”Sebanyak 19 kabupaten/kota lainnya asesmen 2 dan saya harap segera menyusul ke asesmen 1,” kata Khofifah.
Asesmen suatu kabupaten/kota dinilai oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan enam parameter. Masing-masing ialah kasus konfirmasi, rawat inap di rumah sakit, kematian, serta upaya tes, telusur kasus, dan penanganan kasus atau 3T. Meski separuh wilayah masih asesmen 2, secara umum Jatim dianggap telah memadai dalam keenam parameter tadi.
Misalnya, kasus konfirmasi baru ada di level 1, yakni 6,38 per 100.000 penduduk per minggu. Angka itu jauh dari ambang standar 20 per 100.000 penduduk per minggu. Jumlah kasus aktif atau pasien rawat inap juga rendah atau level 1, yakni 1,37 per 100.000 penduduk per minggu dari standar kurang dari 5 per 100.000 penduduk per minggu.
Tingkat kematian juga rendah atau level 1, yakni 0,42 per 100.000 penduduk per minggu, sehingga masuk kategori kurang dari 1 per 100.000 penduduk per minggu. Dalam program 3T, tes usap PCR sepekan terakhir sebanyak 147.912 sampel sehingga jauh melampaui standar minimal 40.479 tes per minggu.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Petugas menggunakan bando bertema binatang menginput data warga yang akan menjalani vaksinasi Covid-19 di Kebun Binatang Surabaya, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/9/2021).
Sementara itu, tingkat penularan sebesar 1,23 persen per minggu atau di bawah ambang 5 persen per minggu. Untuk pelacakan, Jatim berada di angka 16,72 per kasus atau melampaui standar 15 per kasus. Keterisian dipan RS rujukan oleh pasien Covid-19 juga di angka 11,8 persen atau jauh di bawah ambang 60 persen.
Dalam percepatan vaksinasi untuk wilayah Sidoarjo, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melepas 22 mobil gerai vaksin dan 3.000 tenaga kesehatan. Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali amat berterima kasih karena cakupan vaksinasi di wilayahnya diharapkan segera menyamai Surabaya yang telah 67 persen (1,485 juta jiwa) dosis 1 dan dosis 2 atau komplet. Cakupan di Sidoarjo masih 45 persen untuk vaksinasi komplet.
Ketika Surabaya Raya bersama-sama dalam situasi yang rendah dan cakupan vaksinasi luas, aktivitas sosial dapat segera dipulihkan.
Menurut Eri, Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) adalah wilayah aglomerasi yang tidak terpisahkan. Situasi di dalamnya saling memengaruhi. Dalam penanganan pandemi, tidak bisa Surabaya berjalan sendirian karena dipengaruhi juga oleh Gresik dan Sidoarjo. Kemandekan di suatu wilayah akan memengaruhi kemajuan wilayah lainnya.
”Vaksinasi menjadi salah satu indikator penilaian situasi pandemi suatu wilayah. Ketika Surabaya Raya bersama-sama dalam situasi yang rendah dan cakupan vaksinasi luas, aktivitas sosial dapat segera dipulihkan,” katanya.
Dukungan terhadap Sidoarjo dan Gresik dalam percepatan vaksinasi memperkuat ikatan kolaborasi antardaerah. Sesama kepala daerah (wali kota/bupati) yang bertetangga, menurut Eri, perlu mengedepankan kolaborasi, bukan kompetisi. Kolaborasi bertujuan memajukan kawasan bagi ketenteraman masyarakatnya.
”Bagaimana seorang kepala daerah bisa meletakkan harga dirinya, bisa meletakkan jabatannya, bisa meletakkan arogansinya hanya untuk berkolaborasi demi kepentingan masyarakat,” kata Eri.
Muhdlor mengatakan, kolaborasi menjadi nilai utama bagi kemajuan Surabaya Raya. Dengan dukungan dari Surabaya, tenaga kesehatan di Sidoarjo diharapkan lebih giat bekerja untuk penanganan pandemi. Dengan kolaborasi diharapkan situasi pandemi di Surabaya Raya dapat secara utuh melandai dan dipertahankan.