Lahan Terkontaminasi Limbah di Tegal Bakal Dijadikan Desa Wisata
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupaya memulihkan lahan yang terkontaminasi limbah B3 dari peleburan logam di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Tegal, Jateng. Wilayah itu juga didorong jadi tempat wisata.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS —Lahan terkontaminasi limbah bahan berbahaya dan beracun atau B3 di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, bakal diubah menjadi kawasan wisata. Langkah itu dilakukan untuk menyelamatkan alam dan kualitas hidup warga di sekitarnya.
Lahan seluas 9.439 meter persegi itu ada di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Sejak tahun 1960, kawasan itu dikenal sebagai sentra industri peleburan logam skala rumahan.
Akan tetapi, limbah sisa industri tidak diolah dan hanya dibuang sembarangan di sejumlah titik di tengah-tengah permukiman warga. Akibatnya, tidak hanya mengontaminasi lahan, limbah juga merusak kualitas air tanah.
Program pemulihan tanah di Desa Pesarean sendiri sudah dimulai tahun 2017. Kala itu, pemulihan dilakukan di lahan seluas 700 meter persegi dengan kontaminasi limbah sebesar 500 ton.
Setelah sempat berhenti, program pemulihan kembali dilanjutkan pada 2021. Sepanjang tahun ini, akan ada 2.855 meter persegi tanah yang akan dipulihkan. Di lahan dengan luasan tersebut, kontaminasi limbahnya diperkirakan sebanyak 3.300 ton.
”Kami memulihkan lahan dengan metode dig and fill. Tanah terkontaminasi dikeruk lalu diganti tanah baru,” kata Direktur Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Haruki Agustina di Kota Tegal, Selasa (21/9/2021).
Pemulihan lahan terkontaminasi limbah akan terus dilakukan hingga tahun 2023. Pada tahun 2022, pemulihan dilakukan di lahan seluas 2.428 meter persegi dengan kontaminasi limbah sebanyak 8.643 ton. Sebanyak 6.127 ton limbah yang mengontaminasi 3.456 meter persegi lahan lainnya di Desa Pesarean akan dibersihkan.
”Tanah yang terkontaminasi akan dibawa ke tempat pengolahan limbah B3 di Karawang, Jawa Barat. Nantinya, limbah-limbah itu diolah menjadi batu bata tahan api. Batu bata itu bisa dimanfaatkan kembali oleh Pemerintah Desa Pesarean,” tutur Haruki.
Haruki berharap, Desa Pesarean menjadi lebih layak huni setelah ada program pemulihan lahan. Tak hanya itu, Desa Pesarean juga diharapkan bisa menjadi desa wisata ekoreligi.
Di sekitar lahan yang terkontaminasi limbah ada makam Amangkurat I, Raja Kesultanan Mataram (1646 -1677). KLHK juga berencana membangun museum limbah yang diharapkan bisa menjadi sarana edukasi sekaligus pengingat bahaya limbah B3.
Haruki berharap, langkah ini bisa memberikan alternatif pekerjaan lain bagi warga. ”Kami akan menggandeng sejumlah kementerian dan lembaga terkait untuk mewujudkan desa wisata berbasis ekoreligi. Kami juga akan melibatkan pemerintah daerah dan badan usaha milik negara,” imbuhnya.
Kualitas hidup
Sejumlah warga di Desa Pesarean menyambut baik program pemulihan lahan terkontaminasi limbah di lingkungannya. Selama ini, limbah B3 dari aktivitas peleburan logam itu sudah mengikis kualitas hidup warga. Selain lingkungan yang kotor, warga tidak bisa lagi memanfaatkan air tanah.
Sebagian warga juga menderita berbagai penyakit. Warga lainnya bahkan terlahir cacat akibat terkontaminasi limbah sejak dalam kandungan.
”Dulu, orangtua saya punya usaha peleburan logam dan pengecoran aki di rumah. Akibatnya, lima dari tujuh orang yang tinggal di rumah saya menderita sejumlah penyakit seperti sesak napas, paru-paru kotor, otot-otot lemas, dan gangguan saraf. Bahkan, adik saya tunagrahita,” kata Patihin (50), warga Desa Pesarean.
Patihin berharap, pemerintah tidak hanya fokus pada pemulihan lahan tetapi juga memperhatikan nasib warga terdampak kontaminasi limbah. Ia ingin agar ada bantuan jaminan kesehatan dan pemeriksaan rutin untuk warga.
Patihin dan keluarganya tidak sendiri, masih ada ribuan warga yang juga terganggu kesehatannya akibat limbah. Hal itu merujuk penelitian dampak paparan limbah yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal kepada lebih kurang 3.500 orang warga Desa Pesarean.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Muchtar Mawardi mengatakan, 31,5 persen warga mengeluhkan sakit kepala dan sembilan persen mengeluhkan konstipasi. ”Sebanyak empat persen mengeluhkan muntah berwarna putih, dan tiga persen mengeluhkan tinjanya hitam. Selain itu, masih ada keluhan lain, seperti diare lemas, mual, infertilitas dan kelemahan otot," tutur dia.