Industri di Jawa Barat Didorong Gunakan PLTS Berbasis Atap Pabrik
Jawa Barat berencana menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di pabrik-pabrik. Rencana ini untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan yang belum optimal.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penggunaan energi surya di Indonesia masih sangat minim. Dari potensi sekitar 207,8 gigawatt (GW), pemanfaatannya hanya 153 megawatt peak (MWp) atau 0,07 persen. Industri di Jawa Barat didorong memakai pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS berbasis atap pabrik untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan tersebut.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, PLTS atap sektor industri sangat berpotensi menjadi sumber energi alternatif. Transisi energi diperlukan untuk mengurangi pemakaian energi dari pembangkit berbahan bakar batubara yang saat ini banyak digunakan.
”(Energi surya) dari atap industri itu masif. Selama ini sumber energi tersebut tidak terolah,” ujarnya saat meresmikan PLTS atap Pabrik Aqua Mekarsari, Kabupaten Sukabumi, secara virtual, Selasa (21/9/2021).
PLTS atap Pabrik Aqua Mekarsari memiliki kapasitas sistem sebesar 2.112 kilowatt peak (kWp) yang mampu menghasilkan listrik sebesar 2,3 gigawatt hour (GWh) per tahun dan mengurangi 1.916 ton CO2 per tahun. Emil, sapaan Ridwan Kamil, menyebutkan, pabrik tersebut akan menjadi contoh penggunaan PLTS sektor industri dalam skala masif.
Emil meminta Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar mengkaji regulasi penggunaan PLTS atap di semua pabrik. Menurut dia, hal itu akan berdampak besar dalam transformasi energi karena 60 persen industri di Indonesia berada di provinsi tersebut.
”Setelah ini kami akan bikin aturan seluruh pabrik di Jabar wajib meng-copy paste dan mengikuti (PLTS atap) yang dilakukan pabrik Aqua,” ucapnya.
Emil menambahkan, saat ini di Waduk Cirata, Kabupaten Bandung Barat, juga sedang dibangun PLTS terapung yang bekerja sama dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar. Penggunaan energi alternatif lainnya juga sedang dikerjakan, seperti pengolahan sampah menjadi listrik di Bandung Raya dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Sukabumi.
PLTS atap sektor industri sangat berpotensi menjadi sumber energi alternatif. Transisi energi diperlukan untuk mengurangi pemakaian energi dari pembangkit berbahan bakar batubara yang saat ini banyak digunakan.
Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Mustaba Ari Suryoko menyebutkan, pengguna PLTS atap hingga Juli 2021 sudah mencapai 4.028 pelanggan. Jumlah itu meningkat empat kali lipat dibandingkan tiga tahun lalu dengan sekitar 500 pelanggan.
”Akan tetapi, dari sisi kapasitas, masih lebih kecil jika mengacu pada negara tetangga, seperti di Vietnam dan Malaysia,” ucapnya.
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dasrul Chaniago menyambut baik rencana Pemprov Jabar mendorong pemakaian PLTS atap di pabrik-pabrik. Menurut dia, hal itu dapat diawali dengan menerapkannya di industri yang akan dibangun karena lebih mudah dalam perencanaan.
Anggota Komisi VII DPR, Dyah Roro Esti, mengatakan, dibutuhkan terobosan yang masif untuk memenuhi target 23 persen bauran energi terbarukan pada tahun 2025. Hingga Juni lalu, capaiannya baru 13,55 persen.
”Jadi, masih jauh dari target. Dibutuhkan terbosan seperti hari ini (penggunaan PLTS atap). Apa yang diterapkan di sini diharapkan juga dilakukan di industri lain di Indonesia,” ujarnya.
Pabrik Aqua Mekarsari merupakan pabrik keempat Danone-Aqua di Indonesia yang menggunakan PLTS atap. Tiga pabrik lainnya terletak di Ciherang (Jabar), Klaten (Jawa Tengah), dan Banyuwangi (Jawa Timur).
”Kami pun telah menetapkan target agar PLTS atap dapat dimanfaatkan sebagai opsi sumber energi terbarukan pada 21 pabrik di seluruh Indonesia dengan kapasitas hingga 15 MWp pada tahun 2023,” ujar Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto.