”Burung Besi” Terbang ke Turki Sasar Pasar Timur Tengah dan Afrika Utara
Pesawat CN235-220 dan N219 buatan PT Dirgantara Indonesia akan dipromosikan dalam festival teknologi di Turki. Dua ”burung besi” karya anak bangsa ini membidik pasar Timur Tengah dan Afrika Utara.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
PT Dirgantara Indonesia (DI) mengemban misi mempromosikan pesawat CN235-220 dan N219 dalam Teknofest Aerospace and Technology Festival 2021 di Istanbul, Turki, pada 21-26 September. Festival teknologi tingkat dunia itu menjadi momentum dua ”burung besi” karya anak bangsa itu membidik pasar Timur Tengah dan Afrika Utara.
Tahun ini menjadi keikutsertaan perdana PT DI dalam pameran teknologi unggulan Turki tersebut. Peluang agar CN235-220 dan N219 lebih dikenal dunia sangat terbuka. Festival itu mempertemukan pelaku utama teknologi dan industri strategis Turki serta kawasan di sekitarnya.
Dua tahun lalu, Teknofest diikuti lebih dari 120 negara dan dikunjungi 1,5 juta orang. Hal itu membuatnya menjadi festival teknologi yang paling banyak dikunjungi di Eropa.
PT DI tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Ajang tahunan ini dimanfaatkan untuk memperluas pemasaran, kerja sama, serta meningkatkan penjualan berbagai produk dan jasa.
”Selain mempromosikan pesawat CN235-220 dan N219, PT DI berpotensi menjual produk dan jasa ke Turki ataupun ke negara ketiga melalui kemitraan dengan perusahaan Turki. Ini momentum memasuki pasar Turki dan MENA (Middle East and North Africa/Timur Tengah dan Afrika Utara),” ujar Sekretaris Perusahaan PT DI Irlan Budiman, di Bandung, Jawa Barat, Senin (20/9/2021).
Agenda lainnya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Selasa (21/9), diagendakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan perangkat lunak dan sistem teknologi informasi Turki, Havelsan. Kerja sama dilakukan terkait simulator pesawat (aircraft simulator) bagi N219.
Di hari yang sama, PT DI juga akan menandatangani MoU dengan Turkish Aerospace Industries. Kali ini, kolaborasi terkait produksi N219, modernisasi CN235 Turki, dan dukungan teknis.
Pesawat CN235 dan N219 termasuk produk unggulan PT DI. CN235 merupakan hasil kerja sama dengan CASA Spanyol. Purwarupa pesawat ini terbang perdana pada 1983.
PT DI mengembangkannya menjadi tipe CN235-220 yang lebih multiguna, termasuk untuk pengawasan dan keamanan laut
PT DI mengembangkannya menjadi tipe CN235-220 yang lebih multiguna, termasuk untuk pengawasan dan keamanan laut. Pesawat dengan dua baling-baling ini memiliki kecepatan jelajah maksimum 237 knot dan ketinggian operasional maksimal 25.000 kaki.
Manager Komunikasi Perusahaan dan Promosi PT DI Adi Prastowo menuturkan, produksi CN235 telah mencapai 69 unit. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seperti TNI dan Polri, pesawat ini juga telah diekspor ke berbagai negara, di antaranya Malaysia, Korea Selatan, dan Senegal.
Terbaru, satu unit CN235-220 dikirim ke Senegal untuk digunakan angkatan udara negara di Afrika tersebut pada Maret 2021. ”Kami masih terus melakukan penetrasi negara-negara mana saja yang tertarik dengan produk PT DI. Tidak hanya menawarkan pesawat, tetapi juga dalam skema pendanaan,” ujarnya.
Berbeda dengan CN235 yang sudah banyak dipesan, N219 baru menyelesaikan rangkaian pengujian sertifikasi pada akhir 2020. Pesawat yang dirancang bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ini terbang perdana pada Agustus 2017.
Pesawat N219 didesain sebagai pesawat perintis dan penghubung daerah terpencil yang bisa mendarat di landasan tanah, berumput, atau berkerikil sepanjang 400-600 meter. Pesawat berbaling-baling ganda ini berkapasitas 19 penumpang.
Kecepatan jelajahnya hingga 389 kilometer per jam. Adapun jarak tempuh maksimumnya 1.533 kilometer.
Pesawat ini ditargetkan melayani penerbangan jarak pendek hingga menengah. Kualifikasi itu dinilai cocok mendukung konektivitas di negara kepulauan seperti Indonesia. Banyak daerah terpencil yang belum memiliki fasilitas memadai, salah satunya keterbatasan panjang landasan.
Di dalam negeri, N219 ditawarkan ke pemerintah daerah. Sejumlah daerah telah memesannya pada akhir 2019 untuk dioperasikan sebagai transportasi udara perintis.
”Untuk luar negeri, masih penjajakan. Oleh sebab itu, Teknofest di Turki sangat tepat melihat pasarnya. Kegiatan di sana akan diikuti banyak negara, tempat bertemunya pembeli dan penjual,” ujar Adi.
Pasang surut mengiringi perjalanan 45 tahun PT DI dalam persaingan industri pesawat terbang. Namun, perusahaan yang semula bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio ini mampu bertahan dari hantaman krisis ekonomi dan politik. Lewat berbagai festival teknologi tingkat dunia, burung besi buatan dalam negeri mencoba ”terbang” menjajaki pasar dunia.