Tenaga Kesehatan Korban Serangan KKB Bantah Tuduhan Miliki Senjata
Tenaga kesehatan yang menjadi korban dalam serangan kriminal bersenjata di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, membantah memiliki senjata. Tuduhan itu untuk mendiskreditkan para korban.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Para tenaga kesehatan yang menjadi korban serangan kelompok kriminal bersenjata atau KKB di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, membantah tuduhan memiliki senjata. Tuduhan KKB itu dinilai hanya untuk membenarkan aksi mereka guna menyerang pekerja kemanusiaan.
”Selama ini kami mengabdi di tengah masyarakat dengan tulus dan penuh dedikasi. Tuduhan bahwa kami memiliki senjata adalah fitnah yang sangat jahat,” ucap Katriyanti Tandila, salah satu korban serangan KKB saat ditemui di Rumah Sakit Marthen Indey, Jayapura, Senin (20/9/2021).
Katriyanti mengatakan, pihaknya sangat terkejut dengan serangan KKB pimpinan Lamek Taplo di Kiwirok pada 13 September 2021. Sebab, lanjutnya, masyarakat menyambut baik seluruh tenaga kesehatan selama bertugas bertahun-tahun di Puskesmas Kiwirok.
Selain Katriyanti, delapan korban aksi KKB yang dievakuasi ke Jayapura adalah dokter Restu Pamanggi, Lukas Luji, Siti Khotijah, Martinus Deni Setia, Marselinus Ola Atanila, Patra, Emanuel Abi, Katriyanti Tandila, dan Kristina Sampe Tonapa. Sementara anggota TNI yang terluka adalah Prajurit Dua Ansar.
Sebelumnya, KKB pimpinan Lamek Taplo membakar kantor Distrik Kiwirok, puskesmas, pasar, sekolah dasar, rumah tenaga kesehatan, rumah guru, dan kantor Bank Papua di Distrik Kiwirok pada Senin pukul 09.30 WIT. Seorang anggota TNI AD, yakni Prajurit Dua Ansar, terluka saat terlibat kontak tembak dengan kelompok tersebut.
Mereka tiba-tiba datang dan langsung menyerang kami. Saya bersama tiga rekan disiksa dan dilempar para pelaku ke jurang dengan kedalaman ratusan meter.
Anggota KKB Lamek Taplo juga menyerang tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok. Seorang perawat bernama Gabriella Meilani (22) gugur dalam insiden ini. Sementara empat rekannya mengalami luka berat dalam peristiwa tersebut.
Katriyanti yang telah bertugas selama lima tahun di Puskesmas Kiwirok ini mengatakan, jumlah pelaku yang menyerang para tenaga kesehatan lebih dari 50 orang. Mereka mengepung dan membakar Puskesmas Kiwirok serta perumahan milik tenaga kesehatan.
Langsung menyerang
”Mereka tiba-tiba datang dan langsung menyerang kami. Saya bersama tiga rekan disiksa dan dilempar para pelaku ke jurang dengan kedalaman ratusan meter,” ungkap Katriyanti.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aaron Rumainum mengatakan, perbuatan para pelaku tidak dapat dibenarkan dan menyebabkan komunitas tenaga kesehatan di Papua terpukul. Tenaga kesehatan yang hanya bersenjatakan jarum suntik dan stetoskop menjadi korban kekerasan kelompok tersebut.
Ia menambahkan, sekitar 300 tenaga kesehatan dari 34 puskesmas telah dievakuasi untuk mencegah insiden penyerangan tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok terulang kembali. Ratusan tenaga kesehatan ini dievakuasi ke sejumlah daerah yang aman, seperti Jayapura dan Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang.
”Pelayanan kesehatan di Pegunungan Bintang akan terganggu setelah ratusan tenaga kesehatan dievakuasi. Mereka sangat ketakutan dan trauma karena rekannya di Puskesmas Kiwirok menjadi korban kekerasan kelompok tersebut,” tutur Aaron.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambon dalam siaran pers yang diterima Kompas menyatakan, pihaknya bertanggung jawab dalam aksi penyerangan terhadap tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok.
Ia pun menyebutkan, tenaga kesehatan dan guru adalah bagian dari anggota intelijen dari TNI-Polri. ”Mereka menyamar sebagai tenaga kesehatan dan guru untuk melaporkan segala aktvitas kami. Karena itu, OPM akan terus menyerang mereka yang bertugas di wilayah kami,” ucap Sebby.
KKB Lamek Taplo terus menebar aksi teror di Pegunungan Bintang sejak tahun 2020. Dari data Polri dan TNI, kelompok Lamek terlibat tujuh aksi serangan kepada aparat dan warga sipil dalam 18 bulan terakhir. Serangan kelompok Lamek mengakibatkan seorang warga meninggal, sedangkan sembilan warga dan sembilan aparat keamanan terluka.
Kelompok Lamek juga menembak pesawat TNI AU jenis CASA CN-2909 pada 22 Maret 2020 sebelum mendarat di Bandara Oksibil. Kemudian, mereka membakar satu truk dan dua alat berat ekskavator milik PT Wijaya Karya di Kampung Mangabib, Distrik Oksebang, pada 8 September 2021.