Cuaca Buruk, Evakuasi Jenazah Perawat Korban KKB ke Jayapura Tertunda
Sudah sepekan jenazah Gabriella Meilani, perawat yang menjadi korban serangan KKB di Puskesmas Kiwirok, Pegunungan Bintang, belum dievakuasi. Cuaca buruk menghambat tim evakuasi dari TNI AD.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Proses evakuasi jenazah perawat Gabriella Meilani di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, ke Jayapura masih tertunda karena cuaca buruk. Gabriella gugur dalam tugas akibat serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Lamek Taplo di Puskesmas Kiwirok.
Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakhti Brigadir Jenderal (TNI) Izak Pangemanan, saat dihubungi dari Jayapura pada Senin (20/9/2021) petang, membenarkan informasi tersebut. Ia menuturkan, helikopter belum dapat mengevakuasi jenazah perawat berusia 22 tahun ini karena kabut yang menutupi lapangan terbang di Kiwirok.
Menurut rencana, TNI AD akan kembali berupaya mengevakuasi jenazah Gabriella pada Selasa (21/9/2021). ”Kami akan mengevakuasi jenazah Gabriella ketika cuaca cerah sehingga tidak membahayakan tim evakuasi. Tim gabungan TNI-Polri telah mengamankan lokasi pendaratan helikopter,” papar Izak.
Ia menuturkan, status keamanan di Kiwirok masih siaga satu atau level kesiagaan tertinggi hingga kini. Total sebanyak 73 personel berada di Kiwirok untuk menghadapi kelompok Lamek Taplo.
KKB pimpinan Lamek Taplo membakar kantor Distrik Kiwirok, puskesmas, pasar, sekolah dasar, rumah tenaga kesehatan, rumah guru, dan kantor Bank Papua di Distrik Kiwirok, 13 September lalu. Seorang anggota TNI AD, Prajurit Dua Ansar, terluka saat terlibat kontak tembak dengan kelompok tersebut.
Anggota KKB pun menyerang tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Kiwirok, termasuk Gabriella Meilani, yang gugur dalam insiden ini. Selain itu, empat rekannya mengalami luka berat akibat dianiaya KKB. Satu tenaga kesehatan, Gerald Sokoy, belum ditemukan hingga kini.
Dari hasil pendataan, sebanyak lima rumah warga dan 11 fasilitas umum dibakar kelompok tersebut. Total 83 warga setempat mengungsi ke hutan dan Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang. ”Warga mengungsi karena ketakutan menjadi korban serangan KKB. Mereka meneror warga dengan menggunakan senjata api,” ungkap Izak.
Kepala Satgas Penegakan Hukum Nemangkawi Komisaris Besar Faizal Ramadhani menyatakan, sebanyak 35 personel satgas telah tiba di Kiwirok setelah berjalan kaki dari Oksibil selama 30 jam. Tim ini akan menghadapi KKB yang masih berada di sekitar Kiwirok.
”Dari hasil pemantauan, Lamek dan anggotanya bersembunyi di sebuah lokasi yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Kiwirok. Tim kami bersama TNI akan mengamankan Kiwirok serta melacak keberadaan Gerald yang belum ditemukan hingga kini,” kata Faizal.
Mery Sanda, kerabat Gabriella, berharap upaya evakuasi jenazah oleh TNI AD dari Kiwirok ke Jayapura berjalan lancar. Pihak keluarga sudah menanti kedatangan Gabriella sepekan ini. ”Sampai saat ini keluarga masih terpukul dengan kepergiannya yang dibunuh saat bertugas di pedalaman Papua,” ujarnya.
KKB Lamek Taplo menebar teror di Pegunungan Bintang sejak tahun 2020. Dari data Polri dan TNI, kelompok ini terlibat tujuh aksi serangan kepada aparat dan warga sipil dalam 18 bulan terakhir. Serangan kelompok Lamek mengakibatkan seorang warga meninggal, sedangkan sembilan warga dan sembilan aparat keamanan terluka.
Kelompok Lamek juga menembak pesawat TNI AU jenis CASA CN-2909 pada 22 Maret 2020 sebelum mendarat di Bandara Oksibil. Kemudian, mereka membakar satu truk dan dua ekskavator milik PT Wijaya Karya di Kampung Mangabib, Distrik Oksebang, pada 8 September 2021.