Bibit Jeruk Mulai Dibagikan kepada Petani Kalsel Terdampak Banjir
Bantuan bibit jeruk siam banjar mulai dibagikan kepada petani jeruk di Kalimantan Selatan. Bibit itu untuk mengganti tanaman jeruk yang mati akibat banjir besar pada awal tahun 2021.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Bantuan bibit jeruk siam banjar mulai dibagikan kepada petani jeruk di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Bibit itu untuk mengganti tanaman jeruk yang mati akibat banjir besar pada awal tahun 2021. Pemberian bantuan bibit kepada para petani dilakukan bertahap.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, pemberian bantuan bibit jeruk kepada petani terdampak banjir dilakukan secara simbolis pada peringatan World Cleanup Day 2021 di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Sabtu (18/9/2021).
Pada tahap awal, petani jeruk di Desa Lok Baintan mendapat bantuan 1.000 bibit jeruk siam banjar dan petani di Desa Sungai Pinang, tetangganya juga mendapat bantuan 1.000 bibit. ”Bantuan bibit jeruk untuk petani di desa lain akan menyusul sesuai dengan kebutuhan,” katanya di Banjarmasin, Minggu (19/9/2021).
Menurut Syamsir, jeruk merupakan salah satu komoditas andalan petani di Banjar dan Barito Kuala. Mereka menanam jeruk di samping menanam padi dan tanaman hortikultura lain. Petani mendapat tambahan penghasilan yang besar dari tanaman jeruk.
Namun, banjir besar di Kalsel pada awal tahun ini merusak lahan pertanian dan perkebunan. Banyak tanaman jeruk yang mati akibat terendam banjir selama lebih dari satu bulan. ”Di Banjar dan Barito Kuala, yang merupakan daerah sentra jeruk di Kalsel, tanaman jeruk yang mati akibat banjir hampir 100.000 pohon,” katanya.
Syamsir mengatakan, kondisi itu dipastikan akan membuat produksi jeruk di Kalsel menurun drastis. Tidak tertutup kemungkinan buah jeruk siam banjar agak langka pada tahun depan. ”Dari hasil pengecekan kami di beberapa lokasi, hampir 80 persen tanaman jeruk mati,” ujarnya.
Dari hasil pengecekan kami di beberapa lokasi, hampir 80 persen tanaman jeruk mati. (Syamsir Rahman)
Karena itu, pemerintah harus bergerak cepat membantu petani. Gubernur Kalsel Sahbirin Noor juga sudah menginstruksikan agar Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel menyiapkan bibit jeruk sesuai kebutuhan petani.
”Kami akan siapkan 100.000 bibit jeruk sesuai anggaran yang ada saat ini. Jika itu masih kurang, akan kami siapkan lagi pada pengadaan bibit berikutnya. Saya berharap pemerintah kabupaten juga bisa secara selektif menyiapkan data yang valid,” tuturnya.
Syamsir berharap dalam 2-3 tahun ke depan jeruk siam banjar kembali menjadi komoditas unggulan karena sudah mulai berbuah. Petani jeruk Kalsel pun bisa kembali memenuhi permintaan pasar luar Kalsel serta meningkat kesejahteraannya.
”Buah jeruk merupakan salah satu andalan petani di Kalsel. Banyak petani bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi di Pulau Jawa berkat buah jeruk,” katanya.
Sangat diharapkan
Aidi Rahman (42), petani di Lok Baintan, mengungkapkan, hampir 500 pohon jeruk di kebunnya mati akibat banjir pada awal tahun ini. Tanaman jeruk yang selamat dari banjir tidak lebih dari 12 pohon. Padahal, semua pohon jeruk yang mati itu sudah berbuah dengan umur tanaman rata-rata 10 tahun.
”Bantuan bibit jeruk dari pemerintah sangat kami harapkan. Kalau bisa dapat bantuan 50 pohon saja sudah lumayan dan saya sangat berterima kasih,” ucapnya.
Menurut Aidi, jeruk merupakan salah satu komoditas andalannya selama ini. Dalam setahun, ia setidaknya bisa dua kali panen raya. ”Pendapatan sekali panen raya biasanya mencapai Rp 15 juta. Sekarang saya benar-benar kehilangan penghasilan dari buah jeruk dan harus menunggu tiga tahun lagi,” katanya.
Lia (40), warga Desa Paku Alam yang berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan, mengatakan, hampir separuh dari sekitar 1.000 pohon jeruk di kebunnya mati akibat banjir. Tanaman yang masih selamat juga sudah tidak bagus lagi kondisinya.
”Dulu, penghasilan kami dari jeruk saja bisa mencapai Rp 50 juta per tahun. Sekarang benar-benar harus memulai dari awal lagi,” ujarnya.
Lia juga sangat berharap bisa mendapat bantuan bibit jeruk dari pemerintah untuk mengganti tanaman yang mati dan rusak akibat banjir. ”Bantuan bibit jeruk dari pemerintah sangat kami tunggu. Mudah-mudahan bantuan itu bisa sampai ke tangan masyarakat,” katanya.