Batasi Ruang Gerak Anggota MIT Setelah Ali Kalora Tewas
Empat anggota MIT terus diburu setelah Ali Kalora, pemimpin kelompok teroris itu, tewas dalam baku tembak, Sabtu (18/9/2021). Gerak keempat anggota MIT mesti dibatasi untuk memutus dukungan dari pihak luar.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tewasnya pemimpin Mujahidin Indonesia Timur atau MIT, Ali Kalora, ditengarai akan semakin melemahkan kelompok teroris tersebut. Namun, aparat keamanan diharapkan membatasi pergerakan MIT dengan melokalisasi empat anggota kelompok yang tersisa untuk memutus masuknya dukungan dari pihak luar.
Ali Kalora tewas dalam kontak tembak dengan Satuan Tugas Operasi Madago Raya, Sabtu (18/9/2021). Selain Ali, seorang anggota MIT lain, Jaka Ramadhan alias Ikrama, juga tewas dalam baku tembak di Desa Astina, Kecamatan Torue, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Peristiwa itu terjadi setelah satuan tugas mendapatkan informasi intelijen mengenai keberadaan anggota MIT di wilayah tersebut.
Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Muhamad Syauqillah mengapresiasi tindakan anggota Satgas Madago Raya yang berhasil melumpuhkan pentolan MIT, yakni Ali Kalora. Sebagaimana terjadi sebelumnya, menurut Syauqillah, tewasnya pimpinan MIT akan segera digantikan oleh anggota lainnya. Namun, kekuatan MIT diperkirakan akan semakin melemah.
”Kekhawatiran yang muncul adalah adanya orang-orang atau pihak dari luar yang masuk untuk memperkuat kelompok ini. Maka, sebaiknya ada strategi atau upaya dari aparat keamanan untuk membatasi pergerakan agar jangan sampai ada orang dari luar yang masuk atau bergabung,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (19/9/2021).
Menurut Syauqillah, strategi untuk memutus dukungan dari luar harus dilakukan. Sebab, selama ini, MIT mendapat dukungan logistik dan finansial dari luar kelompok. Selain itu, pengalaman sebelumnya juga menunjukkan bahwa beberapa anggota MIT merupakan simpatisan yang kemudian memutuskan untuk bergabung. Terlebih, mereka dapat melakukan propaganda melalui media sosial untuk menarik simpatisanya bergabung.
Kekhawatiran yang muncul adalah adanya orang-orang atau pihak dari luar yang masuk untuk memperkuat kelompok ini. Maka, sebaiknya ada strategi atau upaya dari aparat keamanan untuk membatasi pergerakan agar jangan sampai ada orang dari luar yang masuk atau bergabung.
Agar strategi memutus hubungan kelompok MIT tersisa dengan pihak luar dapat berjalan dengan lebih baik, aparat keamanan diharapkan turut melibatkan masyarakat. Mereka mesti terus diberi pemahaman agar tidak mendukung kelompok MIT tersisa dan diminta agar mendukung upaya penegakan hukum yang dilakukan aparat.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD melalui akun Twitter pribadinya mengatakan, Ali Kalora pernah melakukan tindakan sadis kepada warga dan telah menjadi buron selama setahun ini.
”Ia ditembak bersama seorang anak buahnya yang bernama Ikrimah. Masyarakat harap tenang,” kata Mahfud.
Dalam keterangannya, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah yang juga penanggung jawab Operasi Madago Raya Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi mengatakan, dengan ditangkapnya dua teroris tersebut, sisa teroris Poso tinggal empat orang. Rudy meminta agar keempat orang tersebut segera menyerahkan diri ke aparat keamanan.
”Sebelum dilakukan tindakan tegas terukur apabila bertemu di lapangan,” kata Rudy.
Keempat orang anggota MIT yang tersisa dan kini menjadi buron Satgas Madago Raya adalah Askar Alias Jaid Alias Pak Guru, Nae Alias Galuh Alias Muklas, Suhardin Alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali Alias Ahmad Panjang.