Penurunan Kasus Aktif Covid-19 di Kota Kupang Rawan Picu Sikap Abai
Kasus aktif di Kota Kupang menurun. Namun, hal ini rentan memicu sikap abai warga terhadap protokol kesehatan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kasus aktif Covid-19 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menurun drastis. Namun, pengawasan dan pencegahan oleh semua pihak tidak boleh kendur karena kondisi ini rawan memicu sikap abai sebagian warga.
Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Kota Kupang, Ernest Ludji, Jumat (17/9/2021) pagi, mengatakan, kasus aktif Covid-19 di Kota Kupang tercatat 286 atau 1,9 persen dari total kasus 15.012. Jumlah kasus aktif ini turun jauh dibandingkan dengan sebulan sebelumnya. Saat itu, kasus aktif tercatat sekitar 20 persen.
Kini, dari 51 kelurahan, enam di antaranya masuk zona hijau (tanpa kasus), 25 zona kuning (paling banyak lima kasus aktif), 5 zona coklat (paling banyak 10 kasus aktif), dan selebihnya zona merah. Sebulan sebelumnya, tak ada satu pun kelurahan di kota berpenduduk 430 jiwa itu masuk zona hijau.
Kendati melandai, lanjut Ernest, penelusuran kontak terus dilakukan untuk mendeteksi penyebaran virus. Penelusuran dilakukan pada warga bergejala dan kontak erat dengan orang terinfeksi. Saat ini, 2.943 spesimen juga sedang diperiksa. Artinya, besar kemungkinan kasus baru masih akan bertambah.
”Ini adalah kerja keras dari kita semua, terutama dalam menerapkan protokol kesehatan. Di sisi lain, kekebalan individu mulai terbentuk setelah warga menerima vaksinasi. Kita jaga momentum ini menuju kekebalan kelompok yang kini sudah di depan mata,” katanya.
Hingga Kamis (16/9/2021), jumlah warga Kota Kupang yang sudah menerima vaksinasi dosis pertama sebanyak 223.029 orang atau 66,84 persen dan dosis kedua 137.914 orang atau 41,33 persen. Target warga yang harus menerima vaksinasi 333.628 orang.
Perilaku warga
Akan tetapi, saat kasus Covid-19 menurun, sebagian warga Kota Kupang mulai abai protokol kesehatan. Pada Kamis siang hingga malam, digelar pesta yang menimbulkan kerumunan, misalnya di Jalan Amabi, Kelurahan Maulafa. Warga berkumpul untuk makan bersama, berjoget, dan berdansa.
Perilaku abai juga tampak di Pasar Oesapa pada Jumat pagi. Banyak pengunjung serta hampir semua pedagang tidak mengenakan masker. Mereka berdesakan dalam ruang sempit. Setiap hari, ribuan orang beraktivitas di pasar. Pasar merupakan titik penyebaran Covid-19 tertinggi.
”Sangat sulit memberikan pemahaman kepada mereka karena menganggap remeh bahaya Covid-19. Mereka akan pakai masker kalau ada patroli. Setelah petugas pergi, mereka buka masker. Perilaku ini mulai dari Covid-19 pertama kali masuk Kupang,” kata Joy (45), pedagang bawang di pasar tersebut.
Di sisi lain, pedagang pasar merasa kondisi ekonomi semakin membaik. Tasya Ndolu (25), penjual sayur, menuturkan, semakin banyak orang datang berbelanja di pasar. Saat ini, ia bisa membawa pulang uang hingga Rp 200.000 per hari. Saat kasus Covid-19 tinggi, penghasilannya tidak lebih dari Rp 75.000 per hari.
Sayangnya, Tasya termasuk pedagang yang tidak patuh protokol Covid-19. Saat melayani pembeli, ia tidak mengenakan masker. Di sela-sela menjual, ia mengobrol dengan pedagang di sampingnya yang berjarak kurang dari 1 meter. Keduanya sama-sama tidak mengenakan masker.