Waspadai Euforia, Pengawasan Prokes di Jabar Ditingkatkan
Pemprov Jabar meningkatkan pengawasan protokol kesehatan di tengah penurunan kasus Covid-19. Langkah tersebut untuk memastikan masyarakat tetap waspada terhadap penularan Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Satuan Polisi Pamong Praja Jawa Barat berkolaborasi dengan sejumlah komunitas untuk meningkatkan pengawasan protokol kesehatan di ruang publik. Kerja sama tersebut mengingatkan masyarakat agar tidak hanyut dalam euforia karena penularan Covid-19 masih terjadi.
Di Pasar Perumnas, Kota Cirebon, Kamis (16/9/2021), misalnya, petugas bersama komunitas Punakawan menyosialisasikan protokol kesehatan (prokes). Mereka mengenakan riasan wajah, masker, hingga pakaian yang menyerupai tokoh Punakawan, yakni Semar, Petruk, dan Gareng.
Selain mengimbau pedagang dan pengunjung pasar, mereka juga membawa aneka spanduk kecil berisi ajakan disiplin prokes. Misalnya, ”latar disapu amber bli suker, kang yayu tetap anggo masker (halaman disapu supaya bersih. Mas dan Mbak tetap pakai masker)”.
”Dalam satu jam saja, kurang lebih 10 (orang) yang tidak pakai masker,” kata Kepala Satpol PP Jabar Ade Afriandi saat meninjau penegakan prokes di Pasar Perumnas. Pihaknya masih mengedepankan upaya persuasif bagi pelanggar prokes, bukan sanksi pidana.
Selain di Perumnas, pengawasan serupa juga dilakukan di Pasar Jagasatru dan Pasar Pagi yang kerap dipadati pengunjung. Sejak pekan lalu, pihaknya berjaga di lokasi tersebut selama tiga hari sepekan setiap pukul 09.00-11.00 dan 13.00-15.00.
Selama Rabu-Jumat (8-10/9/2021) lalu, pihaknya mencatat tingkat kepatuhan masyarakat di ketiga pasar tersebut sebanyak 89,02 persen. Dari 5.092 warga yang dipantau, sebanyak 552 orang tidak mengenakan masker.
Selain Cirebon, pengawasan prokes juga dilaksanakan di Kabupaten Pangandaran yang menjadi destinasi wisata. Selama Jumat-Minggu (10-12/9/2021), pihaknya memantau Pantai Batu Karas, Pangandaran Sunset, Skywalk, tempat pelelangan ikan, dan Tugu Marlyn.
Dari kegiatan tersebut, tingkat kepatuhan warga tercatat 87,5 persen. Dari 4.719 orang yang diawasi di empat lokasi itu, sebanyak 197 orang tidak mengenakan masker dan 396 orang salah memakai masker.
Ade menuturkan, kepatuhan wisatawan luar daerah mencapai 73,5 persen, sedangkan ketaatan penduduk lokal Pangandaran hanya 14 persen. ”Kenapa? Karena begitu dibuka (tempat wisata), euforia, kan. Pelaku wisata dan pelaku usaha lupa lagi terhadap prokes,” ujarnya.
Menurut Ade, sebagian masyarakat sudah menjalankan protokol kesehatan, tapi belum 100 persen. Apalagi, warga seolah tenang dengan penurunan kasus Covid-19. ”Pada saat (level) PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) turun, euforianya naik,” katanya.
Kita tetap harus waspada karena Covid-19 ini bisa menyerang saat kita lengah. Kalau kita lupa protokol kesehatan, kasus bisa naik lagi.
Saat ini, dari 27 kabupaten dan kota di Jabar, hanya dua daerah yang masuk level 4 PPKM atau termasuk wilayah berisiko tinggi penularan Covid-19. Kabupaten tersebut adalah Cirebon dan Purwakarta, selebihnya berada di level 2 dan 3 PPKM.
Hingga Kamis sore tercatat penambahan 384 kasus positif Covid-19 selama 24 jam terakhir di Jabar. Dengan demikian, total kasus positif secara kumulatif mencapai 699.569 orang. Sebanyak 14.501 orang di antaranya meninggal, 5.983 pasien dirawat, dan 679.085 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Berbagai data tersebut menggambarkan bahwa penularan Covid-19 masih terjadi. Oleh karena itu, Ade mendorong pemerintah daerah meningkatkan pengawasan prokes secara berkala agar kasus Covid-19 tidak melonjak lagi.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi telah mengingatkan satuan kerja perangkat daerah agar mengantisipasi pelanggaran prokes. Apalagi, sejumlah kegiatan besar yang mengundang kerumunan digelar di Cirebon.
Pada 14 September-10 Oktober nanti, misalnya, seleksi calon aparatur sipil negara digelar di Universitas Muhammadiyah Cirebon. Jumlah pesertanya sekitar 15.000 orang. Selanjutnya, ada pemilihan kuwu (kepala desa) di 135 desa pada 21 November mendatang dengan jumlah pemilih diperkirakan 500.000 orang.
”Kita tetap harus waspada karena Covid-19 ini bisa menyerang saat kita lengah. Kalau kita lupa protokol kesehatan, kasus bisa naik lagi,” kata Imron.