Ungkap Misteri, Polisi Bongkar Makam Tiga Bocah Bersaudara di Solok Selatan
Hasil visum forensik diharapkan bisa memberi kepastian penyebab kematian tiga bocah bersaudara, yakni Dafa Saputra (8), Muhammad Fadil (6), dan Muhammad Hafis (2,5).
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Polisi akhirnya membongkar makam tiga bocah bersaudara yang meninggal mendadak di Solok Selatan, Sumatera Barat, akhir Agustus lalu. Pembongkaran dilakukan usai orangtua korban setuju untuk dilakukan bedah otopsi mayat untuk visum forensik. Hasil visum diharapkan bisa memberikan kepastian penyebab kematian korban.
Kepala Bidang Humas Polda Sumbar Komisaris Besar Stefanus Satake Bayu Setianto, Kamis (16/9/2021), mengatakan, pembongkaran kuburan atau ekshumasi dilakukan pada Rabu (15/9/2021) kemarin pukul 09.00-15.30. Lokasinya di pemakaman kaum Jorong Pasa Nagari Surian, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Solok.
Satake melanjutkan, ekshumasi dilakukan Tim Forensik Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Sumbar didampingi personel Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Solok Selatan. Kegiatan juga disaksikan ayah kandung ketiga korban, Muhammad Jamil.
”Sampel yang diambil dari jenazah korban dibawa ke laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar di Kota Padang untuk diketahui apa penyebab kematian korban, apakah ada kelainan atau tidak,” kata Satake.
Satake menambahkan, belum diketahui hasil pemeriksaan. Petugas laboratorium masih memeriksa sampel ketiga korban. ”Nanti kalau sudah ada hasilnya, akan kami informasikan,” ujarnya.
Ketiga korban, Dafa Saputra (8), Muhammad Fadil (6), dan Muhammad Hafis (2,5) meninggal pada Sabtu (28/8/2021) dan Minggu (29/8/2021). Sebelum meninggal, mereka mengalami gejala mirip keracunan di tempat tinggal mereka di Nagari Pasir Talang Selatan, Kecamatan Sungai Pagu, Solok Selatan. Korban dilarikan ke RSUD Solok Selatan, tetapi tidak tertolong (Kompas.id, 5/9/2021).
Kepala Satreskrim Polres Solok Selatan Ajun Komisaris Dwi Purwanto, Minggu (5/9/2021), menerangkan, pada Sabtu pukul 19.00 anak pertama jatuh di dekat mobil sekitar rumah dan muntah darah. Waktu itu orangtuanya baru kembali dari Bukittinggi.
Korban langsung dilarikan ke RSUD. Tak berselang lama, anak kedua dan ketiga juga mengalami gejala serupa. Anak pertama dan kedua meninggal pada hari itu. Sementara anak ketiga sempat kritis, tetapi kemudian meninggal pada Minggu malam.
Awalnya mereka diduga keracunan makanan karena di rumah korban ditemukan bungkus makanan kemasan. Namun, dari pemeriksaan laboratorium oleh Balai Besar POM Padang terhadap sampel produk itu dan beberapa makanan lain yang dicurigai, tidak ditemukan kandungan arsenik dan sianida.
Mudah-mudahan secepatnya bisa terbongkar (kasusnya). (Dwi Purwanto)
Penyebab kematian ketiga bocah tersebut masih menyimpan misteri. Apalagi, sebelumnya, orangtua korban menolak dilakukan bedah otopsi terhadap ketiga anak mereka. Walakin, agar penyebab kematian korban menjadi jelas, akhirnya mereka bersedia untuk ekshumasi.
Dwi mengatakan, dengan ekshumasi tersebut, upaya penyelidikan semakin tajam. Dengan demikian, akan segera diketahui apakah ada unsur pidana atau tidak dalam kasus ini. ”Mudah-mudahan secepatnya bisa terbongkar (kasusnya). Kami pun sambil menunggu hasil dari Laboratorium Forensi Mabes Polri,” kata Dwi, Kamis (16/9/2021).
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman mengatakan, dinkes juga menunggu hasil pemeriksaan sampel oleh kepolisian. ”Mudah-mudahan penyebab meninggalnya menjadi terang,” kata Novirman.
Sebelumnya, Novirman menjelaskan, awalnya ketiga korban memang diduga keracunan makanan. Namun, dari informasi direktur RSUD dan tim survei dinkes bersama Puskesmas Muaralabuh, tidak ada tanda-tanda korban keracunan makanan, seperti mulut berbusa.
”Berdasarkan visum luar, tanda-tandanya hanya kejang-kejang dan sepsis atau kebiru-biruan di tubuh. Kami juga dapat laporan korban muntah darah. Namun, dari hasil analisis tidak ada tanda-tanda keracunan makanan,” kata Novirman, Minggu (5/9/2021).
Selain dugaan awal keracunan makanan, Novirman mengatakan, ada pula dugaan anak-anak tersebut keracunan pupuk. Sebab, rumah korban berdekatan dengan gudang pupuk di Pasar Baru, Muaralabuh.
”Anak usia paling besar mungkin menemukan sesuatu, termakan atau lain sebagainya (oleh ketiga kakak beradik itu) karena orangtuanya tidak di rumah saat itu. Itu baru dugaan sementara. Belum ditemukan tanda-tanda demikian, tetapi kemungkinannya ada. Kalau dari penyakit, saya kira tidak karena sakitnya berbarengan,” kata ujar Novirman.