Musim Hujan, Sepuluh Kawasan Rawan Banjir Kota Bandung Dipantau Ketat
Sepuluh titik yang dipantau kerap terendam banjir saat hujan deras turun dalam waktu lama di kawasan Bandung Raya. Pemantuaan ketat ini diharapkan bisa meningkatkan kewaspadaan pada musim hujan kali ini.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sepuluh kawasan rawan banjir di Kota Bandung, Jawa Barat, diperhatikan lebih ketat menghadapi musim hujan pada akhir 2021. Selain persiapan infrastruktur penampung air, pengerukan hingga penghijauan daerah hulu juga dilakukan untuk mengurangi potensi banjir.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Yul Zulkarnaen, Kamis (16/9/2021), memaparkan, daerah-daerah rawan tersebut meliputi Jalan Cibaduyut, Jalan Kopo, Jalan Terusan Pasirkoja, Jalan Rumah Sakit, Jalan Margacinta, Jalan AH Nasution, Jalan Rancabolang, Jalan Pasirkoja, simpang perempatan Gedebage, dan Pasar Induk Gedebage.
”Titik-titik ini masuk ke dalam pemantauan ketat karena sering terjadi luapan air sungai saat musim hujan. Namun, daerah rawan ini berkurang dari beberapa tahun sebelumnya yang mencapai 68 titik,” ujarnya.
Antisipasi banjir ini, lanjut Yul, dilakukan dengan sejumlah kegiatan, seperti pengerukan sedimentasi dan sampah, perbaikan kirmir, hingga pembangunan kolam retensi yang diharapkan bisa menahan laju air dari hulu. Kota Bandung saat ini telah memiliki tujuh kolam retensi dari sejumlah titik.
Kolam retensi ini, antara lain, berada di Taman Lansia, Kandaga Puspa, Sarimas, Sirnaraga, Rancabolang, Cisurupan, dan Gedebage. Kolam retensi dengan penampungan terbesar berada di Rancabolang, Kecamatan Gedebage, dengan kapasitas 8.904,4 meter kubik.
Selain itu, satu kolam retensi di Jalan Bima, Kecamatan Cicendo, juga direncanakan rampung akhir 2021. Yul memaparkan, kolam ini akan menjadi parkir air bagi aliran Sungai Citepus dari daerah Pagarsih dengan kapasitas 5.512,5 meter kubik.
Selain pembuatan kolam retensi, sejumlah kegiatan, seperti pembangunan sumur imbuhan hingga penghijauan di kawasan hulu, juga dilakukan untuk mengantisipasi banjir pada musim hujan 2021. Menurut dia, sebanyak 18 wilayah telah membangun sumur imbuhan atau serapan, seperti di Kecamatan Panyileukan dan Gedebage.
Pengangkutan sampah dan pengerukan sedimentasi menjadi langkah sangat efektif mengurangi luapan air saat musim hujan.
”Pengangkutan sampah dan pengerukan sedimentasi menjadi langkah sangat efektif mengurangi luapan air saat musim hujan karena membuat air sungai mengalir lebih lancar dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Persiapan ini dilakukan untuk menghadapi fenomena La Nina yang diprediksi muncul di akhir 2021. Fenomena alam La Nina ditandai dengan curah hujan tinggi sehingga Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Dani Ramdan mengingatkan setiap daerah untuk bersiap mengantisipasi banjir.
Menurut Dani, sebagian besar daerah di Jabar memiliki potensi bencana hidrologi, seperti banjir, tanah longsor, dan tsunami. Untuk itu, sebagai daerah rawan bencana, Jabar harus bersiap mengantisipasi dengan berbagai tindakan, mulai dari persiapan infrastruktur hingga pencegahan berupa penghijauan dan merawat aliran sungai.
”Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi La Nina muncul akhir 2021. Saat ini, pengurangan risiko bencana lebih menekankan upaya pencegahan. Jadi, segala upaya prabencana dilakukan, seperti pelestarian lingkungan,” ujarnya.