Mewaspadai Euforia Masyarakat di Tengah Pelonggaran
Masyarakat, khususnya di Kabupaten Bengkayang di Kalbar, diminta berhati-hati karena ini salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sebab, kini kasus di negeri jiran tersebut masih tinggi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
Covid-19 di Kalimantan Barat relatif bisa dikendalikan sejauh ini. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di kabupaten/kota ada yang berada pada level 3 dan 2 dengan berbagai pelonggaran. Euforia masyarakat dengan adanya pelonggaran perlu diwaspadai agar kasus tidak kembali bertambah.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, di Kalimantan Barat ada empat kabupaten yang berada pada PPKM level 2. Keempat kabupaten itu adalah Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, dan Kabupaten Sekadau.
Sepuluh kabupaten/kota lain berada pada PPKM level 3, di antaranya Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kayong Utara, Kota Pontianak, Kota Singkawang, dan Kabupaten Kubu Raya. Selain itu, Kabupaten Landak, Kabupaten Melawi, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Sintang. PPKM di 14 kabupaten/kota di Kalbar tersebut berlaku pada 7-20 September.
Seiring dengan pelonggaran tersebut, aktivitas ekonomi dan ruang publik di sejumlah daerah di Kalbar pun mulai dibuka meski hanya terbatas. Sejumlah lokasi, termasuk ruang publik, juga cukup ramai dikunjungi masyarakat, terutama pada akhir pekan, misalnya di Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar.
Di lokasi-lokasi tertentu, masyarakat beranggapan seolah pandemi Covid-19 telah usai. Protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dengan benar dan menjaga jarak, sulit dijalankan di lokasi tertentu.
Yang mengkhawatirkan adalah tingkat mobilitas penduduk sudah tampak seperti situasi normal. Hal ini sangat berpotensi memicu munculnya kasus positif baru seiring pelonggaran.
Pengendalian Covid-19 di Kalbar sejauh ini relatif baik. Hal itu ditunjukkan dengan indeks pengendalian Covid-19 yang baik dibandingkan dengan wilayah Kalimantan yang lain. Meski demikian, aspek manajemen infeksi masih perlu diperbaiki. Euforia di tengah pelonggaran saat ini dikhawatirkan dapat membuat kasus kembali meningkat.
”Euforia masyarakat dengan adanya kelonggaran perlu menjadi perhatian. Jangan sampai masyarakat dan pemangku kebijakan terlena dalam melaksanakan tes, pelacakan, dan pengobatan,” ujar Kepala Departemen Kedokteran Komunitas Universitas Tanjungpura, Pontianak, Agus Fitriangga, Minggu (12/9/2021).
Euforia tersebut jangan sampai membuat semua pihak terlena. Tes, pelacakan, dan pengobatan perlu terus dilakukan. Investigasi kontak erat pasien terkonfirmasi juga perlu terus dilakukan, terutama pada tingkat pelayanan primer di puskesmas.
Hal serupa dikhawatirkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalbar Harisson. Akhir-akhir ini, masyarakat sudah mulai lengah terhadap protokol kesehatan karena menganggap Covid-19 sudah tidak ada. Satgas kabupaten/kota hendaknya terus mengingatkan masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Apalagi, berdasarkan data Dinkes Kalbar, di Kabupaten Bengkayang beberapa hari lalu muncul kembali kluster Covid-19 dari salah satu kampus. Sebanyak 139 mahasiswa terkonfirmasi positif Covid-19.
Meskipun sebelum proses belajar tatap muka sudah dilakukan tes usap antigen kepada para mahasiswa, dalam proses pembelajaran terjadi penularan. Hal itu mengakibatkan pembalajaran tatap muka di kampus tersebut dihentikan dua pekan ke depan.
Apalagi, Kalbar berbatasan langsung dengan Malaysia. Harisson mengingatkan Pemerintah Kabupaten Bengkayang untuk berhati-hati karena Bengkayang salah satu daerah di Kalbar yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Di Malaysia, jumlah kasus masih tinggi.
Selain Bengkayang, daerah lain di Kalbar yang berbatasan langsung dengan Malaysia adalah Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sambas, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Catatan Kompas, ada sekitar 50 jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di Sarawak, Malaysia, dengan desa-desa di Kalbar.
Tantangan ke depan, karena pandemi Covid-19 sudah terlalu lama, hampir dua tahun, timbul kejenuhan dan kelelahan baik dari masyarakat, tenaga kesehatan, maupun satgas.
Kepala Dinkes Kota Pontianak Sidig Handanu juga mengkhawatirkan mobilitas masyarakat saat ini. ”Yang mengkhawatirkan adalah tingkat mobilitas penduduk sudah tampak seperti situasi normal. Hal ini sangat berpotensi memicu munculnya kasus positif baru seiring pelonggaran,” ungkap Handanu.
Di tengah pelonggaran pada PPKM level 3, masyarakat jangan lengah dalam menjalankan protokol kesehatan. Sebab, pandemi Covid-19 belum usai. Dinkes terus melaksanakan pengetesan dan pelacakan.
”Kerumunan dan ketertiban masyarakat menggunakan masker masih perlu diingatkan. Beberapa negara bahkan bersiap menghadapi gelombang ketiga,” katanya.
Razia dan vaksinasi
Di sisi lain, upaya menjaga ketertiban masyarakat menjalankan protokol kesehatan terus diupayakan. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak Syarifah Adriana menuturkan, Kota Pontianak tetap berada pada PPKM level 3. Namun, masyarakat jangan terbuai. Satpol PP tetap melakukan razia di sejumlah lokasi sebagaimana biasanya.
”Jadi, kami tetap melakukan razia pukul 22.00. Jika ada warga yang berada di kafe melebihi batas waktu, apalagi jika ada kerumunan, akan dibubarkan. Hal itu dilakukan setiap hari,” ungkap Adriana.
Titik razia biasanya di warung kopi. Selain itu, di taman-taman. Jika ada warga yang tidak menggunakan masker, sanksinya berupa peringatan pertama. Warga harus berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Adriana mengimbau masyarakat Pontianak untuk tetap menaati protokol kesehatan. Sebab, Covid-19 belum berakhir. Jangan sampai jika ada yang terkena Covid-19 menularkannya kepada orang lain.
Selain itu, upaya mengejar target kekebalan kelompok terus dilakukan melalui vaksinasi massal. Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, cakupan vaksinasi ke depan harus lebih besar agar tingkat fatalitas bisa lebih kecil. Sekarang keterjangkitan ada, tetapi fatalitasnya rendah.
Semua pihak gotong royong memperluas cakupan vaksinasi. Jumlah warga yang divaksin dalam sehari di Kalbar saat ini bisa mencapai 65.000 orang. Bahkan, vaksinasi pernah mencapai 67.000 orang per hari. Karena itu, jika vaksin tersedia terus-menerus, dalam sebulan bisa sekitar 1 juta penduduk yang divaksin.
Berdasarkan data Dinkes Kalbar, capaian vaksinasi pertama per 11 September sebanyak 20,04 persen, sementara vaksinasi kedua 11,72 persen. Total jumlah sasaran sekitar 3,8 juta orang. Vaksinasi pertama di bawah angka nasional, yaitu 34,42 persen.
Kebutuhan vaksin Kalbar 7.744.954 dosis. Dari kebutuhan tersebut, yang diterima Kalbar baru 1.615.410 dosis atau 20,77 persen dari kebutuhan vaksin. Pemerintah Provinsi Kalbar akan memperbanyak vaksinator sehingga dapat melaksanakan vaksinasi lebih masif ke daerah-daerah serta bekerja sama dengan TNI-Polri dan organisasi kemasyarakatan.
Antusiasme masyarakat dalam mengikuti vaksinasi akhir-akhir ini sangat tinggi. Hal itu, misalnya, tampak saat ada vaksinasi massal di salah satu pusat perbelanjaan di Pontianak, warga berbondong-bondong untuk vaksin.
Terkait perkembangan kasus di Kalbar, secara kumulatif hingga 12 September di Kalbar terdapat 38.528 kasus konfirmasi. Sebanyak 36.984 orang (95,99 persen) di antaranya sudah sembuh dan 1.015 orang (2,63 persen) meninggal. Sementara kasus aktif 529 orang.