Ada Tendangan Lutut dalam Penderaan Taruna Yunior PIP Semarang
Tindak kekerasan dilakukan oleh lima taruna senior kepada 15 orang yunior mereka, termasuk Zidan Muhammad Faza (21) yang kemudian meninggal. Zidan diketahui dipukul di bagian perut hingga tak sadarkan diri.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tendangan lutut kepada 1 dari 15 taruna Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Jawa Tengah, terungkap dalam reka adegan kasus itu di Mapolrestabes Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/9/2021). Sementara penyebab korban Zidan Muhammad Faza (21) meninggal sejauh ini diketahui akibat pemukulan di daerah perut.
Sebelumnya, Polrestabes Semarang menetapkan lima tersangka, yakni Aris Riyanto (25), Andre Arsprilla (25), Albert Jonatan (23), Caesar Richardo (22), dan Budi Darmawan (22). Peristiwa terjadi saat kelimanya, yang akan diwisuda di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, mengundang para yunior ke mes atau kontrakan mereka, Senin (6/9/2021), dengan alasan pembinaan dan syukuran. Namun, nyatanya ke-15 taruna yunior itu dipukuli dengan dalih tradisi.
Meninggalnya Zidan awalnya direkayasa oleh salah satu tersangka, yakni Caesar Richardo. Kepada polisi, ia bercerita seolah-olah korban meninggal tidak di lingkungan mes, tetapi di jalan raya. Cerita yang dikarang berupa penyerempetan yang berujung pemukulan di Jalan Tegalsari Barat Raya. Namun, polisi akhirnya mengetahui bahwa itu rekayasa.
Dalam reka adegan pada Kamis (16/9), diperagakan sebanyak 20 adegan. Saksi yang hadir ialah 14 rekan seangkatan Zidan serta 6 rekan seangkatan para tersangka. Para tersangka memukul setiap saksi sebanyak 1-2 kali, termasuk kepada korban Zidan.
”Ada temuan-temuan baru. Sebelumnya pemukulan diketahui hanya sekali, dengan tangan. Namun, dari rekonstruksi terbukti ada hantaman dengan lutut kepada saksi. Jadi, disesuaikan dengan kejadian di TKP,” ujar Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang Ajun Komisaris Agus Supriyadi.
Agus menambahkan, sejauh ini penyebab korban meninggal ialah akibat pemukulan di daerah perut. Adapun keterangan terkait dengan kondisi korban yang diterima masih berdasarkan visum luar.
Dalam reka adegan, setiap tersangka bergilir memperagakan pemukulan terhadap para yunior yang berdiri berjajar, termasuk Zidan. Adapun tendangan dengan lutut dilakukan kepada 1 dari 14 saksi, yang memiliki postur relatif lebih besar. Sementara kepada para saksi lain, termasuk korban, para tersangka memukul dengan tangan.
Saat ditanya oleh polisi dan jaksa peneliti tentang perlakuan yang diterima dari para tersangka, beberapa saksi awalnya ragu-ragu menjawab. Mereka lalu diminta untuk berbicara apa adanya dan tidak takut kepada para senior.
Adapun Zidan, yang diperankan pemeran pengganti, diketahui tiba-tiba terjatuh setelah dipukul oleh para tersangka pada bagian perut. Dahinya sempat sedikit terluka karena terbentur lantai. Zidan lalu dibopong oleh enam rekannya dan satu tersangka untuk kemudian dibawa ke RS Roemani Semarang dengan sepeda motor. Namun, nyawanya tak tertolong.
Saat ditanya oleh polisi dan jaksa peneliti tentang perlakuan yang diterima dari para tersangka, beberapa saksi awalnya ragu-ragu menjawab.
Lebih jelas
Niam Firdaus dari tim jaksa peneliti Kejaksaan Negeri Kota Semarang mengatakan, fakta-fakta baru yang ditemukan dalam reka adegan diharapkan dapat membuat konstruksi perkara lebih jelas. Apabila masih ada hal-hal yang perlu diperdalam, dapat dilakukan kembali pada penyidikan oleh kepolisian.
Sementara itu, kuasa hukum para tersangka, Suseno, berharap PIP, yang berada di bawah Kementerian Perhubungan, untuk tetap membantu mengeluarkan ijazah lima tersangka serta enam rekan seangkatannya yang menjadi saksi. Pihaknya akan mengupayakan hal itu karena terkait dengan masa depan mereka.
”Kami dari LBH Ratu Adil berharap bisa membantu mereka mendapat ijazah. Meski harus tetap menjalani proses hukum, masa depan mereka kan tetap ada. Kami harap ijazah mereka dikeluarkan dan diberikan karena mereka sudah menempuh pendidikan dan ujian hingga selesai,” katanya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kemenhub A Arif Priadi mengatakan, pihaknya fokus menginvestigasi internal terkait dengan tindakan kekerasan tersebut. Ia tidak menoleransi kejadian itu meski berlangsung di luar lingkungan kampus.
”PIP Semarang saya minta fokus dan mengambil langkah-langkah percepatan untuk mengusut insiden ini dan mencegah kejadian serupa terulang kembali,” ujar Arif, dikutip dari laman BPSDMP Kemenhub, Kamis (9/9/2021).
Sebagai langkah preventif, ia meminta PIP Semarang untuk sesegera mungkin menyelenggarakan peningkatan pembinaan karakter, secara virtual, kepada semua sivitas akademika. Ia pun menekankan agar pengelola kampus menerapkan standar prosedur pengawasan dan pencegahan tindak kekerasan di lingkungan sekolah.