Tren penurunan kasus Covid-19 di Kalimantan bisa jadi bom waktu ledakan kasus jika tidak diimbangi dengan peningkatan penerapan protokol kesehatan dan perluasan cakupan vaksinasi.
Oleh
Emanuel Edi Saputra/Jumarto Yulianus/Sucipto
·4 menit baca
Konsistensi pengendalian Covid-19 menjadi tantangan di Kalimantan. Dari lima provinsi di sana, hanya Kalimantan Barat yang relatif konsisten dalam pengendalian Covid-19. Meski demikian, semua provinsi memiliki pekerjaan rumah dalam meningkatkan upaya pencegahan.
Hasil pengukuran indeks pengendalian Covid-19 yang dilakukan Litbang Kompas menunjukkan bahwa Kalbar relatif dapat mengendalikan Covid-19. Hal ini terlihat dari skor indeks pengendalian Covid-19 yang hampir selalu di atas rata-rata nasional.
Walakin, aspek manajemen infeksi di Kalbar perlu ditingkatkan, terutama dalam memperluas vaksinasi. Jika manajemen infeksi diperbaiki, pengendalian Covid-19 di Kalbar lebih optimal.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menyadari, cakupan vaksinasi perlu ditingkatkan agar tingkat fatalitasnya bisa ditekan. Saat ini, keterjangkitan ada, tetapi fatalitasnya rendah.
”Vaksinasi menjadi cara mencegah fatalitas dari keterjangkitan Covid-19,” ujarnya, Minggu (12/9/2021).
Untuk memacu vaksinasi, ia mendorong semua pihak bergotong royong memperluas cakupan vaksinasi. Jumlah warga yang divakin dalam sehari di Kalbar saat ini mencapai 65.000 orang. Bahkan, vaksinasi pernah mencapai 67.000 orang per hari. Jika vaksin senantiasa tersedia, dalam sebulan bisa lebih dari 1 juta penduduk divaksin.
Saat ini, capaian vaksinasi di Kalbar masih jauh dari target. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalbar Harisson merinci, capaian vaksinasi pertama per 11 September sebanyak 20,04 persen dan vaksinasi kedua 11,72 persen. Adapun total jumlah sasaran vaksinasi sekitar 3,8 juta orang.
”Vaksinasi pertama di bawah angka nasional, yaitu 34,42 persen,” ucapnya.
Hambatan dalam pencapaian target vaksinasi adalah pasokan vaksin dari pusat terbatas. Baru pada minggu-minggu terakhir ini Kalbar diberikan stok vaksin mencukupi. Itu pun baru diberikan 1.615.410 dosis atau 20,77 persen dari kebutuhan Kalbar 7.744.954 dosis.
Tantangan vaksinasi ke depan bakal tidak mudah, terutama saat harus menjangkau daerah-daerah terpencil. Akses ke daerah itu susah dan lama sehingga memerlukan strategi khusus untuk mencapai target.
Kepala Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Agus Fitriangga menuturkan, vaksinasi perlu ditingkatkan karena masih rendah. Selain itu, yang juga penting adalah terkait integrasi kegiatan pelaporan ke puskesmas. ”Karena data siapa yang pernah terpapar Covid-19 dan yang memiliki komorbid, tetapi belum divaksin, semua data hendaknya ada di puskesmas,” ujarnya.
Tantangan vaksinasi ke depan bakal tidak mudah, terutama saat harus menjangkau daerah-daerah terpencil. Akses ke daerah itu susah dan lama sehingga memerlukan strategi khusus untuk mencapai target.
Tantangan lain adalah konsistensi penerapan protokol kesehatan. Akhir-akhir ini masyarakat tampak mulai longgar menerapkan protokol kesehatan karena menganggap kasus Covid-19 sudah menurun.
Agus mengingatkan, euforia masyarakat dengan adanya kelonggaran perlu menjadi perhatian pula. Jangan sampai masyarakat dan pemangku kebijakan terlena dalam melaksanakan protokol kesehatan, tes, pelacakan, dan pengobatan.
Di luar Kalbar, pengendalian Covid-19 di provinsi lain di Kalimantan masih di bawah rata-rata nasional. Kalimantan Selatan, misalnya, pada awal pengukuran indeks mendapat skor cukup tinggi (55), lebih tinggi dari rata-rata nasional (44). Namun, pada minggu-minggu selanjutnya terjadi penurunan tajam hingga minggu keempat pengukuran. Titik balik terjadi pada minggu kelima, tetapi skornya kurang meyakinkan karena selalu di bawah rata-rata nasional.
Ketua Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat Iwan Aflanie mengatakan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan periode 15 Agustus-5 September terlihat ada penurunan testing rasio kasus positif (positivity rate) di Kalsel sebesar 79 persen, dari 42,5 persen menjadi 8,9 persen.
Di sisi lain, ada peningkatan rasio pelacakan kontak erat sebesar 36,8 persen, dari 2,61 persen menjadi 3,57 persen. Juga ada penurunan perawatan berdasarkan tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit sebesar 51,4 persen, dari 75,21 persen menjadi 36,54 persen.
”Berdasarkan analisis data tersebut, Kalsel sudah mulai memperbaiki kualitas proses 3T (testing, tracing, dan treatment). Namun, hal itu masih perlu dioptimalkan, terutama pada konsistensi proses testing dan tracing agar dapat merepresentasikan kondisi perkembangan kasus Covid-19 yang sebenarnya,” kata Iwan.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Muhammad Muslim mengatakan, ada tren penurunan kasus aktif dan kasus konfirmasi serta peningkatan angka kesembuhan di Kalsel. Meskipun demikian, kabupaten/kota di Kalsel masih perlu membatasi kegiatan secara terukur untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Hingga Minggu (12/9), kasus aktif Covid-19 di Kalsel tercatat 2.337 kasus atau 3,42 persen dari total 68.333 kasus positif. Angka kesembuhan 93,23 persen, sedangkan angka kematian 3,35 persen atau 2.290 orang.
”Kami terus berupaya agar kasus aktif, kasus konfirmasi, dan angka kematian turun, sedangkan angka kesembuhan naik sejalan dengan tracing dan testing yang harus semakin ditingkatkan,” katanya.
Di samping itu, menurut Muslim, tak kalah pentingnya adalah pencegahan di hulu dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas) serta vaksinasi Covid-19.
Langkah pengendalian Covid-19 di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Tengah juga perlu ditingkatkan. Mobilitas warga, capaian vaksinasi, dan daerah perbatasan menjadi tantangan dalam menekan penularan.
Sebagai provinsi ”termuda”, Kaltara memiliki skor pengendalian terendah dibandingkan provinsi lain. Pekerjaan rumah yang harus dibenahi juga tidak mudah, apalagi memiliki wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga.
”Mobilitas, misalnya. Akses dengan provinsi lain dan negara lain sudah ada pengawasan di posko perbatasan. Bagaimanapun, tidak bisa terpantau sedetail mungkin,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kaltara Agust Suwandy.
Memiliki wilayah luas dan kondisi geografis yang tidak mudah memang memberikan tantangan bagi pemerintah daerah di Kalimantan untuk mengendalikan Covid-19. Namun, dengan adanya tren penurunan kasus, fokus perhatian bisa lebih dicurahkan dalam memperbaiki manajemen infeksi, termasuk memperluas vaksinasi.