Guru-Murid Berlarian Menghindari Gedung Sekolah Ambruk di Cirebon
Bangunan SDN 2 Cangkoak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ambruk pada Selasa (14/9/2021). Peristiwa itu memaksa siswa kehilangan kelas.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
Pagi itu, Suhemi sedang duduk santai di ruang guru SD Negeri 2 Cangkoak, Cirebon, Jawa Barat, ketika suara gemuruh muncul, Selasa (14/9/2021) pukul 08.30. Perempuan kepala sekolah berusia sekitar 50 tahun itu segera bangkit dan lari keluar ruangan.
Guru-guru dan para murid juga kabur ke luar kelas. Hujan deras saat itu tak dihiraukan lagi. ”Rasanya seolah-olah ada lindu. Makanya, kami lari,” kata Suhemi ditemui di SD Negeri 2 Cangkoak, Rabu.
Setelah diperiksa, suara seperti gempa itu berasal dari ruangan kelas 4 seluas 25 meter persegi yang ambruk. Plafon yang lapuk termakan rayap ambrol, rata dengan tanah. Tembok berbahan batu bata dan semen retak.
Ruang kelas itu kini beratap langit. Salah satu sisi berdinding pemandangan sawah nyata. Hanya foto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang masih menempel di dinding. Ruangan toilet juga hancur tertimpa reruntuhan.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. ”Sejak April 2020, satu kelas itu sudah dikosongkan. Mebel dan peralatan lainnya sudah kami pindahkan,” ucapnya.
Beberapa pekan sebelumnya, pihaknya bersama dinas terkait juga mengecek dua kelas lainnya. Ternyata, ruangannya juga terancam ambruk. Plafonnya berlubang. Jika hujan, air masuk ke kelas. Akhirnya, dua kelas tersebut dikosongkan.
Hingga Selasa pagi, hujan yang mengguyur hampir 24 jam memicu bangunan ambruk. Empat ruangan, termasuk kantor guru, harus dikosongkan. Tali rafia dipasang mengelilingi bangunan itu pertanda larangan mendekat.
Siswa terpaksa belajar di luar kelas. Mereka menempati perpustakaan, mushala, bahkan emperan kelas. Ada yang beralas tikar, ada yang hanya duduk di lantai. ”Di sini dingin,” ucap Muhammad Davin (12), siswa kelas VI.
Anak penjual taplak meja itu lebih senang belajar di kelas karena bisa duduk di kursi. Namun, kelas yang ambruk memaksanya duduk belajar di teras perpustakaan. ”Ini lagi ujian Matematika,” kata Davin yang bercita-cita jadi astronot.
Rizwan Maulana (12), siswa kelas VI lainnya, juga mengeluh harus belajar di luar kelas. Namun, ia tidak terlalu mempersoalkan asal bisa belajar tatap muka. ”Daripada belajar di rumah, enggak enak,” kata Rizwan yang baru tiga minggu ini ke sekolah.
Pembelajaran tatap muka di SD Negeri 2 Cangkoak berlangsung dengan pembatasan. Dari 220 siswa, hanya 50 persen yang diizinkan masuk sekolah secara bergantian. Selebihnya, belajar melalui daring.
Kondisi ini cukup membantu siswa karena dari tujuh kelas, hanya tersisa empat ruangan yang bisa digunakan. Setidaknya, masih ada yang kebagian kelas meski selebihnya harus lesehan.
Akan tetapi, guru juga kini tidak punya tempat karena ruangannya terancam ambruk. ”Kami juga enggak tahu harus mengungsi ke mana. Bangunannya sudah keropos,” ujar Suhemi yang sudah tujuh tahun bertugas di sana.
Menurut dia, sekolah yang berada di dekat saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) itu dibangun sekitar tahun 1973, 48 tahun lalu. ”Pernah direhab (renovasi) ringan tahun 2012. Namun, enggak tahu apa yang diperbaiki,” katanya.
Pihaknya beberapa kali ingin memperbaiki bagian atap ruangan. ”Kalau mau diberesin, yang disuruh juga takut. Kami sudah mengajukan perbaikan ruangan ke dinas terkait. Katanya bulan depan ada renovasi,” ujar Suhemi.
Koordinator Lapangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon Faozan mengatakan, tenda darurat bakal didirikan di halaman sekolah. Kelas darurat itu diharapkan membantu siswa belajar.
Sekolah-sekolah harus mengecek bangunannya.
Menurut dia, hujan deras dan angin kencang memicu ambruknya bangunan sekolah itu. ”Sekolah-sekolah harus mengecek bangunannya. Berdasarkan koordinasi dengan BMKG, seminggu ke depan ini cuaca ekstrem. Harus waspada,” katanya.
Apalagi, kasus ambruknya bangunan sekolah bukan kali ini saja terjadi di Cirebon. Pada 1 Oktober 2019, misalnya, 19 siswa dan seorang guru terluka akibat atap di dua kelas ambruk. Sejumlah siswa terjepit di meja.
Tanpa perawatan dan rehabilitasi berkala, bangunan sekolah yang menjadi tempat menimba ilmu bisa menjelma bahaya. Cukup SD Negeri 2 Cangkoak yang ambruk dan memaksa para siswa kehilangan kelas.