Demi Vaksin, Enggak Ngojek Dulu
Warga di Kota Cirebon, Jawa Barat, rela meninggalkan pekerjaannya sejenak demi mengikuti vaksinasi Covid-19. Vaksinasi menjadi salah satu jalan keluar dari pandemi.
Antusias warga di berbagai daerah ikut vaksinasi Covid-19 semakin tinggi. Mereka menyediakan waktu meski harus kehilangan penghasilan harian. Namun, ketersediaan vaksin dan kemudahan penyuntikannya harus betul-betul diperhatikan pemerintah. Jangan ada lagi kisah warga susah payah mencari vaksin untuk masa depan lebih baik.
Ary Djunaedi (49) sudah berdiri di depan Kantor Dinas Perhubungan, Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (13/9/2021) pukul 08.17. Bersama ratusan warga lainnya, penduduk Kelurahan Kasepuhan ini mengantre untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Antrean vaksinasi mengular sekitar 30 meter dari halaman dishub hingga area pedestrian di luar kantor. Bahkan, beberapa warga yang belum teregistrasi secara daring terpaksa harus balik kanan. Belum ada jatah vaksinasi buat mereka hari itu.
Beruntung, Ary mendaftar melalui platform ojek daring tempatnya bekerja. Setelah menunggu 1 jam, Ary akhirnya menerima suntikan vaksin dosis pertama.
”Udah tah, Bu? Enggak terasa,” ucapnya sambil tersenyum kepada petugas vaksinator.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Sasar Pekerja Pelabuhan dan Pelajar di Cirebon
Seharusnya, pagi itu ia mencari penumpang, termasuk banyak anak sekolah yang mulai belajar tatap muka. ”Pagi ini saya sengaja off (libur) dulu karena mau vaksin saja,” ucap bapak dua anak ini.
Jika tetap mencari penumpang, Ary bisa menerima 15 orderan atau berpenghasilan lebih dari Rp 100.000. Angka itu masih di bawah jumlah penumpang yang bisa mencapai 20 orang lebih sebelum pandemi Covid-19.
Meski demikian, jumlah itu sudah lebih baik dibandingkan dua bulan lalu. Ketika itu, Kota Cirebon masuk dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 hingga berjilid-jilid.
Artinya, risiko penyebaran Covid-19 sangat tinggi sehingga pusat perbelanjaan hingga sekolah ditutup. Mendapatkan penumpang pun sulit. Oleh karena itu, saat pelonggaran kebijakan ditetapkan kali ini, banyak orang memanfaatkannya untuk mengembalikan keuntungan yang hilang sebelumnya.
Akan tetapi, bagi Ary, lebih baik tidak meraup Rp 100.000 hari ini dibandingkan tidak vaksin sama sekali. ”Kalau belum divaksin, saya enggak bisa masuk mal kalau ada orderan. Saya juga mikir-mikir ambil penumpang karena takut tertular,” katanya.
Selain itu, Ary ingin divaksin agar ikut mencegah keganasan virus korona baru yang tak kasatmata itu. Jika sakit, ia wajib isolasi dan tidak bisa mencari uang untuk anaknya yang duduk di bangku SMA dan seorang lagi berusia 7 tahun.
Apalagi, biaya perawatan pasien Covid-19 mahal. Dalam rilis LaporCovid-19 pada 18 Agustus lalu, terungkap biaya penanganan pasien Covid-19 mencapai sekitar Rp 200-Rp 600 juta sesuai waktu perawatan dan tingkat keparahannya.
Dari mana orang kecil seperti Ary meraup uang sebanyak itu? Kalaupun ditangani negara, tetap saja harus ada biaya yang dikeluarkan.
Belum lagi apabila efek panjang Covid-19 ia derita. Bahkan, dampak buruk pandemi bakal lebih lama jika dia ikut menularkan virus kepada orang lain. Itu sebabnya ia ingin divaksin meskipun mengaku sempat khawatir dengan efek sampingnya.
”Sampai sekarang saya enggak merasa apa-apa,” ujarnya.
Mardi (36), pengendara ojek daring, juga tidak mencari penumpang pagi ini. Ia memilih memburu vaksin dosis kedua yang sudah tertunda lebih dari sebulan. Seharusnya, ia menjalani vaksinasi dosis kedua pada 28 Juli lalu.
Sebelumnya, ia menerima vaksinasi dosis pertama pada 30 Juni di Markas Arhanud-14 PWY Cirebon. Namun, ternyata tidak ada jaminan buat dia mendapat dosis kedua. Menurut rencana, ia mendapatkan vaksin dosis kedua di RS Ciremai Cirebon. Hanya saja, karena keterbatasan pasokan, ia urung divaksin.
Ia juga pernah mencoba ikut vaksinasi di daerah Kesenden. Namun, lagi-lagi, warga Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, ini tidak kebagian. ”Susah banget dapat vaksin dosis kedua. Alhamdulillah, di sini bisa,” katanya.
Vaksinasi Covid-19 yang digelar Dishub Kota Cirebon itu memang menyasar pelaku transportasi dan masyarakat. Baru dua hari dibuka, sebanyak 1.200 orang sudah melakukan registrasi.
”Padahal, vaksin yang kami siapkan hanya 1.000 dosis. Masyarakat sangat antusias ikut vaksinasi,” kata Kepala Dishub Kota Cirebon Andi Armawan. Kegiatan itu dirangkaikan dengan Hari Perhubungan Nasional pada 17 September.
Andi belum mengetahui pasti berapa pelaku transportasi di Kota Cirebon yang sudah divaksin. Namun, pihaknya terus menggenjot vaksinasi di bidang transportasi. Pada 1 September lalu, 3.000 dosis vaksin disiapkan untuk pekerja dan masyarakat di Pelabuhan Cirebon.
Andi mengatakan, pelaku transportasi termasuk kelompok rentan terpapar Covid-19. ”Mereka bertemu langsung dengan banyak orang, termasuk yang luar kota. Ini yang dikhawatirkan (tertular Covid-19),” katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, vaksinasi menjadi salah satu jalan keluar dari pandemi, selain protokol kesehatan dan upaya surveilans. Ary dan Mardi yang bersemangat divaksin termasuk orang-orang yang mendukung pengendalian pandemi.
Mereka tidak hanya melindungi diri dan keluarganya, tetapi juga orang lain. Bahkan, mendukung perekonomian daerah. ”Semakin banyak yang divaksin, perekonomian semakin cepat berputar,” kata Andi.
Pandemi memang menguras kantong rakyat dan pemerintah. Pemkot Cirebon, misalnya, menyiapkan anggaran Rp 81,2 miliar untuk penanganan Covid-19. Anggaran itu digunakan untuk vaksinasi, tes, dan menyewa hotel untuk isolasi pasien.
Apabila tidak diantisipasi dengan baik, besar kemungkinan dana yang dibutuhkan untuk tetap bertahan di tengah virus yang merajelala bakal lebih tinggi. Rencana bangkit bisa gagal apabila terus berputar pada lingkaran mematikan yang sama.
Hingga kini, total kasus positif Covid-19 di kota berpenduduk 340.000 jiwa itu mencapai 12.757 orang. Sebanyak 526 orang di antaranya meninggal, 12.157 orang sembuh, dan 74 pasien masih menjalani isolasi.
Kepala Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Cirebon Bastijan mengatakan, cakupan vaksinasi Covid-19 terus ditingkatkan. Hingga kini, sebanyak 166.484 warga atau sekitar 63,5 persen dari target 262.198 orang telah disuntik vaksin dosis pertama.
Adapun vaksinasi dosis kedua berkisar 36,7 persen atau sebanyak 96.253 orang, sedangkan vaksinasi dosis ketiga masih 1.770 orang atau 0,68 persen. Setiap hari, kecepatan vaksinasi di Kota Cirebon, katanya, bisa lebih dari 3.000 orang.
Kami targetkan vaksinasi (dosis pertama) selesai akhir tahun ini.
”Kami targetkan vaksinasi (dosis pertama) selesai akhir tahun ini,” katanya. Jika rencana itu terwujud, Kota Cirebon bisa membentuk kekebalan kelompok dari ancaman virus korona baru.
Meski demikian, pasokan vaksin menjadi kendala. ”(Penyaluran) vaksin dosis pertama kami belum dapat lagi. Kalau dosis kedua, kami selalu siapkan cadangannya. Misalnya, hari ini 1.000 vaksinasi dosis pertama, kami sudah ada 1.000 vaksin untuk dosis kedua juga,” katanya.
Bastijan tidak tahu pasti jumlah stok vaksin yang tersisa di dinkes. Namun, ia mendapat informasi bahwa Pemerintah Provinsi Jabar akan memasok vaksin dalam jumlah besar pada 28 September mendatang.
”Tim kami sudah siap, tinggal tunggu vaksinnya saja,” katanya.
Kini, gas percepatan vaksinasi ada di tangan pemerintah. Jangan sampai semangat orang-orang untuk divaksin seperti Ary dan Mardi runtuh karena ketidaksiapan pamerintah.
Baca Juga: Berebut, Terinjak, dan Hilang Sandal demi Beras Presiden