Sejak tahun 2018, Yandry Pamangin mengabdi sebagai seorang dokter di Puskesmas Elelim, Kabupaten Yalimo. Ia tetap bertahan meskipun menghadapi banyak tantangan berat di tempat tugasnya karena menyayangi warga setempat.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·5 menit baca
Yandry Pamangin mengabdikan dirinya di wilayah pegunungan Papua sebagai dokter muda. Selama tiga tahun terakhir, Yandri berjibaku memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, di tengah kondisi geografis yang sulit dan situasi konflik.
Dokter Yandry memulai pagi dengan sarapan ubi rebus dan segelas kopi hitam pada Senin (9/6/2021). Dia adalah salah satu dokter umum yang bertugas di Puskesmas Elelim di ibu kota Kabupaten Yalimo.
Yalimo adalah salah satu kabupaten yang berada di pegunungan tengah Papua. Kabupaten Yalimo dengan luas wilayah mencapai 4.330,29 kilometer persegi ini merupakan salah satu jalur Trans-Papua dari Kota Jayapura ke Kabupaten Jayawijaya.
Sekitar pukul 08.00, Yandry mulai meninggalkan rumah dinasnya yang berjarak sekitar 100 meter dari Puskesmas Elelim. Dengan mengendarai sepeda motor trail, dia mengunjungi dua rumah warga pada hari itu.
Kunjungan pertama ke rumah seorang warga di Kampung Molinggu yang berjarak sekitar 10 kilometer. Kemudian, ia kembali melanjutkan perjalanan ke Kampung Momonhusi yang berjarak 15 kilometer dari Elelim.
Dalam kunjungan ke rumah pertama, pria berusia 32 tahun ini mengobati seorang anak yang mengalami abses hingga bernanah di dahinya. Kemudian, di rumah kedua, ia memberikan obat terapi antiretroviral (ARV) kepada salah seorang penderita HIV/IDS.
Dalam melayani warga, Yandry bukan sekadar dokter umum puskesmas. Ia juga merawat orang dengan HIV/AIDS. Total sebanyak 86 orang berada di bawah pengawasan Yandry.
”Kunjungan ke rumah warga yang berstatus orang dengan HIV/AIDS sangat penting. Selain untuk memberikan obat ARV, saya juga memotivasi mereka menjaga kondisi kesehatan dan tidak boleh putus asa,” tutur Yandry.
Setelah menuntaskan tugas harian mengunjungi rumah warga, Yandry kembali ke puskesmas. Puskesmas biasanya didatangi warga dari 10 kampung yang tersebar di Distrik Elelim. Pelayanan kesehatan berlangsung dari Senin hingga Minggu.
Dalam sehari, puskesmas bisa melayani 100 orang. Namun, setelah terjadi konflik pilkada pada akhir Juni lalu, warga yang berobat di puskesmas hanya 10-20 orang per hari.
Yandry sering menolong warga dalam keadaan darurat, seperti ibu melahirkan dan korban kecelakaan yang cedera akut. Dalam dua bulan terakhir, ia telah menangani ibu hamil yang melahirkan dengan selamat.
Memenuhi janji
Yandry menghabiskan masa kecilnya di Serui, ibu kota Kabupaten Kepulauan Yapen, di pesisir utara Papua. Awalnya, ia bercita-cita menjadi pesepak bola. Namun, keinginan Yandry menjadi atlet tidak direstui orangtuanya. Anak pertama dari empat bersaudara ini disarankan menjadi dokter.
Ia pun melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih pada 2007. Dua tahun setelah kuliah, Yandry mendapatkan cobaan berat karena ayahnya, Yunus Alla, meninggal. Yandry tetap melanjutkan kuliah dengan mengandalkan beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen dan tabungan orangtuanya.
”Waktu itu saya merasa gagal. Sebagai seorang calon dokter, saya tidak bisa menyelamatkan ayah yang meninggal karena sakit. Namun, ibu selalu menguatkan saya untuk tegar dan terus melanjutkan kuliah,” ungkap Yandry.
Semasa menempuh ilmu di perguruan tinggi, Yandry berkenalan dengan banyak teman dari daerah pegunungan tengah Papua. Ia mendengar banyak kisah sedih tentang pelayanan kesehatan di daerah pegunungan Papua.
”Saya pun berjanji akan menjadi tenaga kesehatan di daerah pegunungan untuk membantu masyarakat setempat,” ucap Yandry.
Setelah lulus, dia menepati janjinya dengan memulai karier sebagai dokter umum di daerah pegunungan Papua pada pertengahan 2017. Awalnya, Yandry bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Tiom, Kabupaten Lanny Jaya.
Kemudian, ia melanjutkan kariernya dengan melamar sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT) di Kabupaten Yalimo. Yandry mulai bertugas di rumah sakit itu pada Maret 2018 hingga kini.
Selama tiga tahun di Yalimo, Yandry menghadapi berbagai tantangan sebagai tenaga kesehatan di daerah pegunungan Papua.
Pertama, kondisi geografis yang sulit dan banyak jalan yang terjal. Terdapat sejumlah ruas jalan dengan elevasi atau kemiringan jalan mencapai 40 derajat.
”Saya sudah tiga kali kecelakaan karena kondisi jalan yang berbatu saat mengunjungi rumah warga. Puji Tuhan, saya hanya mengalami luka ringan dan dapat kembali bertugas seperti biasanya,” ujar Yandry.
Tantangan kedua ialah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Rumah mereka, misalnya, tidak memiliki ventilasi udara. Mereka pun tidak mencuci tangan sebelum makan.
Ketika berkeliling kampung, Yandry tak pernah jenuh mengingatkan warga untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah. Sebab, di Yalimo, penyakit radang paru-paru, infeksi saluran pernapasan, dan gangguan pencernaan rentan terjadi.
Tantangan terakhir dan masih terjadi hingga saat ini ialah gangguan keamanan. Dalam dua bulan terakhir, situasi keamanan di Yalimo belum kondusif akibat konflik pemilihan kepala daerah.
Kondisi ini bermula dengan terjadinya insiden pembakaran 34 bangunan kantor pemerintah serta 126 rumah dan kios warga di Distrik Elelim pada 29 Juni 2021.
Sebanyak 1.025 warga mengungsi dari Yalimo ke Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya. Warga mengungsi karena rumah mereka terbakar dan menghindari konflik susulan di Elelim.
Bersama lima tenaga kesehatan lainnya, Yandry masih bertahan di tengah kondisi Elelim yang belum kondusif hingga kini. Sementara itu, tiga dokter dan 40 tenaga paramedis telah mengungsi ke Wamena dan Jayapura.
Yandry bukanlah dokter berstatus aparatur sipil negara. Ia masih pegawai kontrak. Ia pun baru menerima gaji untuk bulan Januari hingga Agustus pada September ini.
Dia bertahan hidup dengan menggunakan tabungan dan memanfaatkan hasil berkebun di pekarangan rumah, seperti singkong dan ubi. Warga setempat pun sering membawa ubi dan singkong karena mereka begitu menyayangi Yandry.
”Cinta warga Elelim kepada saya begitu besar. Sikap mereka menjadi motivasi bagi saya untuk terus bertugas di sini dan memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik,” ungkap Yandry.
Yandry Pamangin
Lahir: Sa’dan, Toraja Utara, 15 Januari 1989
Pendidikan terakhir: Sarjana Kedokteran Universitas Cenderawasih, Papua