Kerja Sama Pemerintah dan Swasta, Kunci Kepri Terbaik Tangani Pandemi di Sumatera
Pada mulanya, Kepulauan Riau gagap menghadapi badai pandemi Covid-19. Namun, kerja sama yang baik antara pemerintah dan swasta secara bertahap membantu provinsi ini perlahan mengendalikan wabah.
Kepulauan Riau sempat gagap menghadapi badai pandemi Covid-19. Di tengah ketidaksiapan fasilitas kesehatan, provinsi ini harus menyiapkan lokasi karantina untuk ratusan ribu pekerja migran yang pulang dari luar negeri.
Saat itu, pertengahan 2020, pemerintah daerah kesulitan mendapat alat-alat kesehatan seperti alat pelindung diri (APD) dan alat tes Covid-19. Ribuan orang terdeteksi mengidap gejala Covid-19. Namun, deteksi amat lambat karena pengujian sampel swab masih harus dilakukan di Jakarta.
Melihat hal itu, pemerintah dan warga Singapura sebagai tetangga terdekat tergerak untuk membantu. Melalui Temasek Foundation International, mereka memberi dua mesin PCR Bio-Rad CFX-9 beserta reagen dan alat pendukungnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kepri Tjetjep Yudiana, Senin (13/9/2021), mengatakan, selain dari Temasek, pemerintah daerah juga mendapat banyak bantuan dari pihak swasta dalam negeri. Salah satunya dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri.
Pada April 2020, Apindo menyerahkan bantuan Rp 5 miliar untuk penanganan pandemi di Batam. Mereka juga menyumbang 5 juta masker dan 30.000 kemasan cairan pembersih tangan. Selain itu, Apindo juga memasok makanan untuk 1.000 orang per hari selama satu tahun.
”Dukungan dari swasta sangat membantu kerja pemerintah pada masa awal pandemi. Dukungan itu masih berlanjut sampai sekarang,” kata Tjetjep.
Data hingga 13 September 2021 menunjukkan, jumlah kasus Covid-19 di Kepri bertambah 37 orang sehingga total menjadi 53.040 orang. Sementara kasus aktif berkurang 4 orang menjadi 578 pasien. Adapun total jumlah pasien meninggal 1.702 orang.
Angka kasus baru di Kepri itu menurun secara signifikan dengan rata-rata di bawah 50 kasus per hari. Sebelumnya, pada pertengahan Juli lalu, kasus Covid-19 di Kepri pernah bertambah hingga 900 orang per hari.
Saat ini, seluruh kabupaten/kota di Kepri menjalankan PPKM level 3. Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri No 41/2021, Kepri dengan jumlah penduduk 2,3 juta orang harus menjalankan tes Covid-19 terhadap 5.061 orang dalam tujuh hari.
Target itu dilampaui Kepri yang pada 7-12 September melakukan tes Covid-19 terhadap 31.780 orang atau enam kali lipat lebih banyak dari target. Adapun angka kepositifan (positivity rate) di Kepri saat ini 1,40 persen.
Tjetjep menyatakan penurunan kasus itu dicapai berkat pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang ketat. Kepri memanfaatkan karakteristik wilayah kepulauan untuk mengontrol penularan wabah dengan lebih efektif.
”Tidak mudah menjalankan kebijakan itu karena harga tes Covid-19 terkadang lebih mahal daripada harga tiket kapal. Maka, butuh sosialisasi yang ekstra agar warga paham pentingnya menjalankan tes sebelum melakukan perjalanan antarpulau,” ucap Tjetjep.
Indeks pengendalian
Kompas sejak pertengahan Juli 2021, di saat Indonesia mengalami puncak lonjakan kasus Covid-19, melakukan pengukuran yang menghasilkan indeks untuk melihat arah dan kecepatan pengendalian Covid-19 pada level provinsi.
Indikator yang digunakan dalam indeks ini dibagi menjadi dua aspek utama, yaitu manajemen Infeksi dan manajemen pengobatan. Aspek manajemen infeksi mengukur upaya-upaya penanganan yang dilakukan sampai terjadinya kasus infeksi, sedangkan aspek manajemen pengobatan mengukur upaya-upaya penanganan yang dilakukan setelah terjadinya infeksi.
Skor pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) ini menggunakan skala 0-100 yang merupakan penggabungan skor Manajemen Infeksi (0-50) dan skor Manajemen Pengobatan (0-50). Semakin tinggi skor maka semakin baik.
Dalam delapan minggu pengukuran, Kepri merupakan salah satu dari dua daerah di Sumatera yang berhasil melakukan perbaikan pengendalian Covid-19 secara konsisten. Kepri mengantongi nilai 75 dalam, di atas rata-rata nilai IPC-19 secara nasional, yakni 69.
Baca juga : Bagaimana ”Kompas” Mengukur Indeks Pengendalian Covid-19?
Vaksinasi tinggi
Kepri merupakan provinsi dengan capaian vaksinasi Covid-19 tertinggi setelah Bali dan Jakarta. Hingga 12 September, Kepri sudah menyuntikkan 191.431 vial dari total 244.881 vial stok vaksin yang diberikan pemerintah pusat.
Di Kepri, vaksinasi untuk usia di atas 18 tahun telah menjangkau 1,07 juta orang (78,07 persen) dari target 1,37 juta warga. Adapun vaksinasi untuk usia 12-17 tahun telah menjangkau 155.225 orang (74,76 persen) dari target 297.663 warga.
Menurut Tjetjep, tingginya capaian vaksinasi di Kepri itu berkat kerja keras semua pihak, termasuk TNI dan Polri. Kedua instansi itu mengerahkan petugas hingga satuan terkecil untuk menyosialisasikan pentingnya vaksinasi hingga ke daerah paling pelosok sekalipun.
Selain itu, banyak pihak swasta dan organisasi masyarakat yang turut membantu pemerintah menyelenggarakan vaksinasi massal. Salah satunya Apindo yang membantu vaksinasi massal kepada lebih dari 200.000 orang di Batam.
Ketua Apindo Kepri Cahya mengatakan, dalam satu hari, Apindo bisa membantu vaksinasi bagi 8.000-10.000 orang. Ke depan, Apindo berniat terus menyelenggarakan vaksinasi massal, terumata di Batam yang menjadi rumah bagi lebih dari 52 persen penduduk Kepri.
”Batam itu kecil karena itu para pengusaha saling kenal baik. Maka, dari dulu kultur (saling membantu) itu sudah ada. Sekarang, kultur itu semakin bertumbuh selama pandemi,” ujar Cahya.
Menurun
Menurut Tjetjep, bantuan dari banyak pihak dalam hal sosialisasi dan distribusi vaksin tersebut membuat manajemen infeksi di Kepri menjadi lebih baik. Dampaknya, penularan Covid-19 dan tingkat keterisian rumah sakit mulai menurun.
Kini, rata-rata tingkat keterisian tempat tidur 35 rumah sakit di Kepri berada di angka 10,54 persen. Adapun tingkat keterisian tempat tidur di 29 lokasi karantina terpadu berada di angka 5,45 persen
”Penularan Covid-19 ini betul-betul sudah turun. Kalau ada rekayasa data, pasti BOR (bed occupancy ratio/tingkat keterisian tempat tidur) di RS masih tinggi,” ucap Tjetjep.
Akan tetapi, ia menambahkan, Pemerintah Provinsi Kepri masih memiliki pekerjaan rumah untuk lebih giat menyosialisasikan adaptasi kebiasaan baru agar warga lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan. Ia mendapati, kini semakin sering terlihat warga berkerumun di kedai kopi tanpa jaga jarak.
Bersua di kedai kopi adalah kebiasaan yang erat kaitannya dengan budaya masyarakat Melayu. Namun, di masa pandemi ini, alangkah baik apabila semangat kebersamaan itu disalurkan kepada hal lain yang berkontribusi terhadap penanganan pandemi, seperti membantu warga yang terpapar Covid-19.
Sejak awal Agustus lalu, Pemerintah Provinsi Kepri menyalurkan bantuan sosial Rp 1 juta untuk pasien Covid-19 dari golongan ekonomi rentan. Yang termasuk dalam kriteria itu adalah pasien Covid-19 yang perekonomiannya bergantung pada penghasilan harian, korban pemutusan hubungan kerja, dan warga lanjut usia.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Kepri juga memberi bantuan Rp 3 juta kepada warga yang anggota keluarganya meninggal akibat Covid-19. Tjetjep berharap, bansos itu dapat membantu warga memenuhi kebutuhan selama menjalani karantina.
Baca juga : Kala Tetangga Bergerak Lebih Cepat dari Ibu Kandung