Kalbar Masih Punya Pekerjaan Rumah untuk Atasi Covid-19
Pengendalian Covid-19 di Kalimantan Barat relatif baik di Kalimantan. Namun, aspek manajemen infeksi masih perlu dibenahi terutama dengan memperluas cakupan vaksinasi Covid-19.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Kalimantan Barat relatif dapat mengendalikan Covid-19 terlihat dari skor indeks pengendalian Covid-19 yang sedikit di atas rata-rata nasional. Meskipun demikian, aspek manajemen infeksi perlu ditingkatkan terutama memperluas vaksinasi. Ketidakdisiplinan, lemahnya pelacakan, hingga masih rendahnya vaksinasi bisa membuat pengendalian Covid-19 di Kalbar turun.
Skor indeks pengendalian Covid-19 Kalimantan Barat tertinggi se-Kalimantan dengan skor 70, sedikit tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 69. Kalbar menunjukkan perbaikan pengendalian Covid-19 selama delapan minggu pengukuran. Jika dilihat dari aspek manajemen pengobatan, Kalbar sudah relatif lebih baik. Namun, aspek manajemen infeksi masih lemah termasuk wilayah Kalimantan yang lainnya.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Minggu (12/9/2021), menuturkan, saat ini keterjangkitan masih ada, tetapi fatalitasnya rendah. Salah satu menurunkan angka fatalitas vaksinasi. Capaian vaksinasi Kalbar ke depan pun ditarget tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalbar Harisson mengatakan saat ini capaian vaksinasi pertama per 11 September sebanyak 20,04 persen, sementara vaksinasi kedua 11,72 persen. Total jumlah sasaran sekitar 3,8 juta orang. ”Vaksinasi pertama di bawah angka nasional, yaitu 34,42 persen,” ungkapnya.
Hambatan dalam pencapaian vaksinasi karena pernah terjadi keterbatasan vaksin. Baru pada minggu-minggu terakhir ini Kalbar diberikan stok vaksin mencukupi. Itu pun baru diberikan 1.615.410 dosis atau 20,77 persen dari kebutuhan Kalbar 7.744.954 dosis.
Pada bulan-bulan sebelumnya, vaksin yang diterima sangat terbatas, bahkan kurang. Ini yang menyebabkan capaian vaksinasi rendah. Pemerintah Provinsi Kalbar akan memperbanyak vaksinator sehingga dapat melaksanakan vaksinasi lebih massif ke daerah-daerah di samping itu bekerja sama dengan TNI-Polri serta organisasi kemasyarakatan.
Jumlah warga yang divaksin dalam sehari di Kalbar saat ini bisa mencapai 65.000 orang. Bahkan, vaksinasi pernah mencapai 67.000 per hari. Jika vaksin tersedia terus-menerus dalam sebulan, bisa sekitar 1 juta penduduk yang divaksin.
Tantangan vaksinasi ke depan pada saat sudah mencapai 50 persen, kemungkinan untuk daerah-daerah terpencil. Akses ke daerah-daerah itu susah dan lama. Hal ini memerlukan strategi khusus untuk mencapai tempat-tempat yang jauh dari fasilitas-fasilitas kesehatan yang melaksanakan vaksinasi.
Saat ini rasio kasus positif (positivity rate) Kalbar per tanggal 9 September per minggu sebesar 5,86 persen. Angka tersebut masih di atas angka yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk nilai terkendali, yakni 5 persen. Positivityrate berfluktuasi, terkadang di bawah yang ditetapkan WHO dan bisa juga lebih tinggi, tergantung pelacakan.
”Jika puskesmas mengirimkan sampel-sampel dari pasien bergejala yang berkunjung ke rumah sakit, positivity rate akan tinggi,” kata Harisson.
Positivity rate bergantung pada tes dan pelacakan di kabupaten/kota. Kabupaten/kota harus melaksanakan tes dan pelacakan sebanyak-banyaknya. Jika ada satu orang terkonfirmasi positif Covid-19, maka harus dilakukan pelacakan kepada 14 orang kontak erat. Apabila ada yang positif, maka harus dilakukan isolasi di tempat yang telah disiapkan.
Kasus konfirmasi di Kalbar rata-rata seminggu belakangan per tanggal 9 September berada pada posisi 26,96 orang per 100.000 penduduk. Jika 100.000 penduduk dites, ada 26-27 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Pelaksanaan protokol, tes, pelacakan dan vaksinasi menjadi tantangan.
Untuk angka pelacakan di Kalbar 3,78 artinya jika ada satu orang terkonfirmasi positif Covid-19, Satgas hanya mampu melaksanakan pelacakan terhadap orang di sekitarnya sebanyak 3-4 orang. Padahal, WHO mengharuskan 14 orang kontak erat harus dites. Total warga Kalbar yang sudah dites sejak Januari-September 2021 sebanyak 167.604 orang. Total jumlah penduduk di Kalbar sekitar 5,47 juta orang.
Tantangan lainnya ke depan pandemi Covid-19 sudah terlalu lama, setidaknya sekitar dua tahun. Hal ini membuat kejenuhan dan kelelahan baik dari masyarakat, tenaga kesehatan, maupun dari Satgas. Hal ini kadang menjadi hambatan. Satgas kabupaten/kota jika dilihat banyak yang abai terhadap pencegahan Covid-19.
Ke depan Covid-19 akan menjadi endemi seperti demam berdarah dengue dan TB paru. Maka, diperlukan gerakan bersama baik pemerintah, akademisi, pengusaha, dan kelompok masyarakat berkomitmen melaksanaan pencegahan Covid-19.
Kepala Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Agus Fitriangga, menuturkan, vaksinasi perlu ditingkatkan karena masih rendah. Selain itu, yang juga penting adalah terkait integrasi kegiatan pelaporan ke puskesmas.
”Karena data siapa yang pernah terpapar Covid-19 dan yang memiliki komorbid tetapi belum divaksin semua datanya hendaknya ada di puskesmas,” ujarnya.
Agus mengingatkan, euforia masyarakat dengan adanya kelonggaran perlu menjadi perhatian pula. Jangan sampai masyarakat dan pemangku kebijakan terlena dalam melaksanakan tes, pelacakan dan pengobatan. Pelacakan kontak erat perlu terus diperkuat dengan memperkuat fungsi puskesmas sebagai pelayanan primer.
Masih terkait manajemen infeksi, data kontak erat hendaknya dipastikan terintegrasi dengan puskesmas. Data masyarakat yang melakukan tes usap (PCR ataupun antigen) hendaknya dipastikan masuk ke puskesmas sehingga bisa terpantau dan mendapatkan pengobatan sebagaimana mestinya.