Air Baku Masih Tercemar, Produksi Air PDAM di Cepu Kembali Terancam
Pada Kamis-Jumat, tingkat kepekatan air baku di Cepu lebih dari 200 TCU, yang merupakan batas ambang agar air bisa diolah. Adapun pada Sabtu siang, tingkat kepekatan diperkirakan 70 TCU. Membaik, tetapi belum ideal.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Limbah yang mencemari Sungai Bengawan Solo masih mengancam produksi air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amerta, Blora, Jawa Tengah. Air baku dari sungai itu sempat pekat pada Kamis-Jumat (9-10/9/2021), lalu membaik pada Sabtu. Namun, beberapa hari ke depan, diperkirakan kembali pekat.
Direktur PDAM Tirta Amerta Blora Yan Riya Pramono di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bendo, Kecamatan Cepu, Blora, Sabtu (11/9/2021) sore, mengatakan, air baku yang pekat mulai terdeteksi pada Kamis, yang membuat aliran bersih pada 12.000 pelanggan di lima kecamatan, yakni Cepu, Sambong, Jepon, Jiken, dan Blora, terhenti sepanjang Jumat.
Pada Sabtu pagi, kondisi air Bengawan Solo, yang menjadi andalan sumber air baku di Cepu dan sekitarnya, membaik, meski belum normal. Tingkat kepekatan yang berkurang membuat produksi kembali dilakukan, terutama untuk Kecamatan Cepu. Sementara distribusi ke empat kecamatan lain menunggu pembersihan tuntas.
Rasa-rasanya mereka ’siluman’ yang membuang itu memang menantang pemerintah. Menurut saya, ini sudah kebangetan karena bukan hanya area di Blora, di Solo juga kena. Ini yang hari ini coba kita cari.
”Kondisi saat ini lebih baik sehingga bisa setidaknya untuk mandi, cuci, tetapi untuk konsumsi tampaknya belum. Namun, ini sudah ada laporan bahwa di Kracakan (Ngloram) atau 4 km ke arah hulu, sudah datang lagi limbah. Mungkin, akan sampai sini 2-3 hari. Bisa jadi stop produksi lagi,” kata Yan.
Yan menuturkan, pada Kamis-Jumat, tingkat kepekatan lebih dari 200 true color unit (TCU) yang merupakan batas ambang agar air bisa diolah. Adapun pada Sabtu siang, tingkat kepekatan diperkirakan 70 TCU. Kendati bisa diolah dan diproduksi, angka tersebut belum mencapai ideal, yakni di bawah 15 TCU.
Koordinator Produksi IPA Benda, PDAM Blora, Imam Shofan, menambahkan, hampir setiap musim kemarau, setiap tahun, air baku tercemar. Sering kali produksi memang berhenti karena kepekatannya melebih batas ambang. Menurut dia, sebagian warga sudah biasa jika air PDAM tak terdistribusi karena Bengawan Solo tercemar.
Pembersihan
Imam mengemukakan, selama kondisi air baku belum normal, produksi memang tidak memungkinkan. ”Yang kami lakukan pembersihan bak-bak tampungan di IPA. Membuangi lumpur-lumpur akibat limbah. Kalau sudah normal, baru bisa produksi lagi. Dari air awal masuk ke instalasi hingga didistribusikan, perlu waktu sekitar sejam,” ucapnya.
Hamid (37), warga Cepu, mengatakan, Sungai Bengawan Solo yang tercemar praktis memengaruhi hasil tangkapan ikan. ”Memang ada ikan-ikan yang kondisinya terdampak limbah sehingga mudah ditangkap. Tapi saya khawatir juga kalau untuk dikonsumsi. Lebih baik ikan yang biasa saja. Mudah-mudahan segera normal,” katanya.
Kejadian di Cepu menyusul pencemaran di Sungai Bengawaan Solo, wilayah Solo Raya. Sejak Selasa (7/9/2021) pagi, salah satu instalasi PDAM Toya Wening Kota Surakarta sempat berhenti beroperasi selama beberapa jam akibat pencemaran air baku. Limbah diduga berasal dari industri kecil menengah pembuatan minuman beralkohol jenis ciu.
”Waktu yang pertama (Selasa), saya diberi kabar sama teman yang jaga malam. Ada buangan limbah di aliran sungai. Setelah berkoordinasi dengan pimpinan, pengolahan diminta dihentikan sementara,” kata Purnomo (38), operator instalasi pengolahan air PDAM Toya Wening Kota Surakarta, Kamis (9/9/2021). (Kompas.id 9/9/2021)
Kepala Seksi Penegakan Hukum dan Kehutanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng Aris Warsito mengungkapkan, limbah yang mencemari aliran Bengawan Solo diduga dari IKM minuman beralkohol berjenis ciu. Pembuangan limbah diduga pada malam hari. Sebab, temuan kepekatan aliran sungai selalu terjadi pada pagi hari.
Adapun Gubernur Jateng Ganjar Pranowo akan mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan persoalan berulang tersebut. Pihaknya sudah rapat virtual bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Rabu (8/9/2021), serta berkoordinasi dengan kepolisian agar ada tindakan tegas terkait pencemaran tersebut.
”Kami sudah bicara, tidak boleh ada yang main-main. Rasa-rasanya mereka ’siluman’ yang membuang itu memang menantang pemerintah. Menurut saya, ini sudah kebangetan karena bukan hanya area di Blora, (tetapi) di Solo juga kena. Ini yang hari ini coba kita cari,” kata Ganjar, Rabu.