Permintaan Ekspor Menjanjikan, Petani Lampung Garap Budidaya Porang
Budidaya porang menggeliat di Lampung. Meningkatnya permintaan ekspor porang mendorong petani membudidayakan tanaman tersebut untuk menambah penghasilan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Budidaya porang di Lampung menggeliat seiring keuntungan besar yang berpotensi diraih. Namun, di tengah usaha pembibitan porang yang mulai bermunculan di sejumlah daerah, petani belum mampu memenuhi banyaknya permintaan konsumen.
Suhesi (45), petani porang di Kecamatan Natar, Lampung Selatan, mengatakan mulai membudidayakan porang sejak tahun lalu di lahan seluas setengah hektar. Dalam satu kali panen, Suhesi bisa mendapat 17 ton dengan keuntungan besar. Saat panen pada Mei 2021, misalnya, harga jual porang di tingkat petani Rp 7.000 per kilogram. Suhesi berhasil meraup keuntungan sekitar Rp 50 juta.
”Budidaya tanaman ini menjanjikan karena sudah ada perusahaan yang mau membeli. Porang dikirim ke sejumlah daerah, antara lain Jakarta dan Jawa Timur,” katanya pada Jumat (10/9/2021).
Menurut Suhesi, minat menanam porang muncul setelah dirinya mengetahui bahwa permintaan ekspor porang meningkat. Dia lalu mengikuti pelatihan budidaya porang dan bergabung bersama petani porang lainnya. Suhesi membeli bibit porang dari Koperasi Sabalam di Bandar Lampung.
Ketua Koperasi Sabalam Supriyanto menuturkan, ada lebih kurang 300 petani di Lampung yang membeli bibit porang. Harga jual bibit porang katak bervariasi, mulai dari Rp 170.000 hingga Rp 250.000 per kilogram, tergantung pada ukuran bibit.
Selain menjual bibit porang, koperasi itu juga membina petani yang ingin membudidayakan tanaman porang. Koperasi juga mendampingi petani untuk bisa mendapat pinjaman modal dari perbankan.
”Minat petani Lampung untuk membudidayakan porang mulai bermunculan. Saat ini sudah ada 1.053 petani yang mengajukan pinjaman kredit usaha dari perbankan,” kata Supriyanto.
Menurut dia, Koperasi Sabalam tidak memberikan pinjaman modal untuk petani karena biaya budidaya terbilang besar. Saat ini, koperasi hanya fokus pada pengembangan usaha pemasaran porang.
Hairudin (40), petani porang Kabupaten Tanggamus, menuturkan, usaha pembibitan tanaman porang berkembang dengan baik. Saat ini, permintaan bibit porang dari sejumlah daerah sangat besar. Dalam setahun, dia memprediksi, kebutuhan bibit porang untuk Lampung dan Sumatera Selatan mencapai 2 juta buah.
Akan tetapi, Hairudin masih menemui sejumlah kendala. Dengan sumber daya yang terbatas, dia belum mampu memenuhi seluruh permintaan bibit porang tersebut. Sejauh ini, pihaknya hanya mampu memenuhi kebutuhan bibit tanaman porang untuk Lampung berkisar 1.000-5.000 batang per bulan. Satu batang bibit tanaman porang dijual Rp 3.000.