Kesetiakawanan Pembaca ”Kompas” bagi Kaum Difabel Surakarta
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menyalurkan 300 paket bantuan kepada para difabel di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Selama pandemi Covid-19, DKK menargetkan bantuan bagi kelompok marjinal yang paling rentan terdampak.
Oleh
FERGANATA INDRA/GREGORIUS M FINESSO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menyalurkan 300 paket kebutuhan pokok kepada penyandang disabilitas di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (10/9/2021). Bantuan yang dihimpun dari pembaca harian Kompas tersebut diharapkan dapat mengurangi beban kaum difabel yang kondisinya kian terpukul di masa pandemi Covid-19.
Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Koordinator Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) Budi Suwarna kepada Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani, di Balai Kota Surakarta, Jumat. Turut hadir sejumlah perwakilan penyandang disabilitas di Kota Surakarta. Penyerahan bantuan tetap memenuhi protokol kesehatan, termasuk aturan jaga jarak.
Budi mengatakan, bantuan dari para pembaca Kompas tersebut diharapkan meringankan beban penyandang disabilitas yang tergolong kelompok paling rentan terdampak pandemi. ”Selama pandemi, Yayasan DKK memprioritaskan bantuan sosial kepada kelompok-kelompok paling rentan, seperti difabel, ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), hingga para mahasiswa perantau. Mereka selama ini kami nilai belum banyak terjangkau bantuan,” ungkapnya.
Bantuan sosial tersebut, antara lain, berupa beras, gula pasir, minyak goreng, teh, makanan kaleng, tepung terigu, vitamin, masker medis, dan masker kain. Sejak awal pandemi, DKK telah menyalurkan ribuan paket bansos di sejumlah daerah di Indonesia.
Di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta misalnya, Yayasan DKK bersama Forum Komunikasi Daerah (FKD) Kompas Gramedia setempat telah menyalurkan bantuan di Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Surakarta. Para penerima bansos adalah kalangan ekonomi lemah, seperti tukang gali kubur, penjaga makam, pedagang asongan, tukang becak, hingga terakhir kaum difabel.
Ahyani, yang mewakili Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, mengapresiasi bantuan bagi penyandang disabilitas tersebut. Dia sepakat, kolaborasi antara pemerintah dan swasta perlu diperkuat untuk membantu warga yang kehidupannya paling terdampak sejumlah kebijakan di masa pandemi.
”Kami berterima kasih kepada Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas yang telah menyalurkan bantuan dari para pembaca harian Kompas. Peran swasta sangat kami apresiasi untuk meringankan beban warga kami,” tutur Ahyani.
Peran swasta sangat kami apresiasi untuk meringankan beban warga kami. (Ahyani)
Menurut dia, sejak awal pandemi, Pemkot Surakarta telah menggulirkan banyak bantuan kepada warga, mulai dari bansos bagi warga dan pelaku UMKM hingga restrukturisasi retribusi bagi pengusaha. Untuk meraih kekebalan kelompok demi harapan memulihkan aktivitas kembali secara bertahap, Pemkot Surakarta juga menggencarkan vaksinasi bagi masyarakat.
Kemudahan vaksinasi diakui Cahyo (43), salah satu penyandang disabilitas. ”Memang kalau vaksin, di Surakarta relatif gampang. Tinggal datang, bawa KTP,” ucapnya.
Pukulan ganda
Diakui sejumlah penyandang disabilitas, pandemi Covid-19 memberi pukulan ganda bagi mereka. Selain sejak semula memiliki sejumlah keterbatasan yang membuat akses dan mobilitas mereka tak seoptimal warga lain, pandemi juga menyebabkan aktivitas ekonomi mereka terpukul.
Argo Murdanso (61), penyandang disabilitas daksa, misalnya mengungkapkan, selama ini, menggantungkan ekonomi keluarga dari aktivitasnya memberi kursus karawitan di sejumlah tempat. Namun, selama pandemi, praktis kesibukan mengajar karawitan terhenti.
”Dalam kondisi seperti ini, prioritas warga pasti untuk memenuhi kebutuhan utama seperti makan. Kebutuhan untuk kursus musik, misalnya, pasti kebanyakan sudah tak jadi prioritas lagi. Padahal, saya mengandalkan pendapatan dari itu,” tutur warga Mojosongo, Kecamatan Jebres tersebut.
Tini Ismayati (45), penyandang disabilitas yang juga mantan atlet balap kursi roda, menuturkan, pendapatannya dari berjualan bawang goreng anjlok hingga 50 persen selama kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Bahkan, dia mengaku, belum pernah mendapat bantuan sosial selama pandemi ini.
”Tetangga-tetangga yang tidak difabel justru sudah dapat, saya dan keluarga belum pernah. Maka, saya sangat berterima kasih kepada bapak ibu pembaca harian Kompas yang telah memberikan bantuan kepada kami,” ucap warga Pucangsawit, Kota Surakarta, ini.
Pada penyaluran bantuan dari DKK di Surakarta tersebut, sejumlah penyandang disabilitas yang tergabung dalam Difa Elektra juga menyerahkan satu unit tempat sampah elektrik karya mereka kepada Pemkot Surakarta. Heru Sasongko, Ketua Difa Elektra, mengungkapkan, meski terdampak pandemi, mereka tetap berusaha menunjukkan hasil karya terbaik. Tempat sampah elektrik tersebut diharapkan dapat membantu penyandang disabilitas yang beraktivitas di kantor Pemkot Surakarta.