Panglima Komando Armada 2 Laksamana Muda Iwan Isnurwanto berbagi pengalaman akan pentingnya budaya menulis yang dalam tugas kemiliteran ternyata menjadi senjata melawan stres dan upaya memelihara kedalaman pengetahuan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
Panglima Komando Armada 2 Laksamana Muda Iwan Isnurwanto pernah bertugas 18 tahun di Satuan Kapal Selam. Di KRI Nanggala-402, yang kini patroli abadi di kedalaman Laut Bali, Iwan pernah menjabat sebagai perwira pelaksana (2000-2005). Setelah itu, lelaki kelahiran Situbondo, Jawa Timur, 9 November 1955, ini menjabat Komandan KRI Cakra-401 (2005-2007).
Bertugas di kapal selam dianggap sebagai personel tergila karena risiko dan tekanannya amat tinggi. Dalam suatu tugas bersama Cakra dari Surabaya ke Tual, kapal selam tidak muncul selama seminggu.
”Sebelum berangkat tugas, saya selalu membawa kopi dokumen; majalah, koran, buku, arsip, dan dokumen untuk bahan bacaan dan bahan penulisan,” kata Iwan saat berkunjung ke Redaksi Kompas Biro Jawa Timur di Surabaya, Rabu (8/9/2021).
Menulis menjadi obat serta senjata melawan musuh berupa stres, kejenuhan, dan kegilaan yang berpotensi muncul. Tulisan bisa berupa catatan perjalanan, cerita pendek, berita cuaca, atau penjabaran tugas dari atasan.
Kata Iwan, lulusan program S-3 hukum laut Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, tulisannya selalu dibaca oleh seluruh kru kapal selam. Karena itu, setelah tugas, biasanya kertasnya rusak, lecek, dan dibuang.
”Saya masih terus menulis untuk memelihara kedalaman pengetahuan dan berharap bisa membukukan disertasi doktoral saya tentang hukum laut,” ujarnya.
Karena senang menulis, Iwan tak sungkan bertanya dan ingin terus belajar sehingga terampil seperti kalangan jurnalis. Dekat dengan jurnalis atau media massa bukan sekadar untuk memelihara hubungan persahabatan, melainkan juga untuk diskursus gagasan dalam pengetahuan kemaritiman.