Gali Embung untuk Pemancingan, Warga Temukan Terowongan Kuno di Klaten
Sebuah terowongan kuno ditemukan di Desa Sabrang Lor, Klaten, Jawa Tengah. Terowongan itu diperkirakan dibangun pada masa kolonial Belanda untuk pengairan perkebunan tembakau.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Sebuah terowongan kuno ditemukan di Desa Sabrang Lor, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Terowongan yang diperkirakan dibangun pada masa kolonial Belanda itu ditemukan sewaktu penggalian embung untuk pemancingan warga. Menurut rencana, terowongan itu akan dipertahankan dan dijadikan daya tarik wisata setempat.
Penjabat Kepala Desa Sabrang Lor Budi Andrianto menyampaikan, terowongan itu ditemukan setelah selama empat hari para pekerja menggali lokasi embung. Penggalian dimulai pada 27 Agustus 2021. Awalnya, dia tak mengetahui jika ada struktur bangunan menyerupai terowongan tersebut.
”Setelah dilakukan penggalian, baru kelihatan ada bentuk terowongan seperti itu. Sebelumnya, kami tidak ada yang tahu,” kata Budi, saat ditemui di lokasi penemuan terowongan, Rabu (8/9/2021).
Penggalian dilakukan di area seluas 1.000 meter persegi. Sebelum digali, area itu berupa lahan tak terawat yang dipenuhi tanaman liar. Lahan tersebut akan digali untuk pembuatan areal pemancingan dan sentra kuliner. Pembangunan bakal berlangsung tiga tahun dengan anggaran pada tahun pertama dialokasikan Rp 190 juta.
Setelah penggalian dilakukan, terowongan kuno itu pun ditemukan. Lebar terowongan pada bagian luar sekitar 261 sentimeter (cm), sedangkan pada bagian dalam lebarnya 197 cm dengan tinggi sekitar 130 cm. Terowongan dibangun dengan batu bata yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk lengkungan.
Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (BPCB Jateng) meninjau temuan tersebut pada Senin siang. Dari strukturnya, diduga terowongan tersebut difungsikan sebagai saluran air pada zaman dahulu.
”Tetapi, apakah untuk saluran irigasi atau saluran pembuangan, itu yang belum bisa kami pastikan,” kata Penanggung Jawab Substansi BPCB Jateng Deni Wahju Hidajat seusai meninjau lokasi penemuan terowongan.
Deni menyampaikan, pihaknya juga kurang mengetahui secara persis tahun pembuatan terowongan. Dilihat dari bentuknya, ia menduga terowongan tersebut dibangun pada masa kolonial Belanda. Hal itu dicirikan dari struktur pembangunan bata yang melengkung. Struktur seperti itu disebutnya sebagai keahlian orang Belanda.
Di sisi lain, ujar Deni, kawasan Trucuk juga dikenal sebagai sentra perkebunan tembakau di masa lalu. Pihaknya menduga terowongan kuno yang ditemukan itu salah satunya berfungsi untuk mengalirkan air ke wilayah perkebunan tembakau. Argumen Deni mengenai Belanda sebagai pembuat terowongan juga semakin kuat karena pada masa itu Belanda getol menggenjot produksi perkebunan.
”Diduga ini untuk mengairi perkebunan tembakau. Maka, dibangun infrastruktur irigasi seperti itu. Infrastruktur itu untuk menggenjot produktivitas,” kata Deni.
Deni menambahkan, pihaknya akan mencatat temuan tersebut. Ia juga meminta pemerintah desa agar situs terowongan kuno itu dipertahankan. Keberadaan situs itu justru bisa menjadi daya tarik bagi embung atau pemancingan yang tengah dibangun warga.
”Yang ini (terowongan) jangan diganggu. Pembangunan embung bisa jalan terus. Terowongan ini malah bisa jadi ikon Desa Sabrang Lor,” kata Deni.
Terkait hal itu, Budi mengungkapkan, pihaknya siap untuk tetap menjaga terowongan kuno tersebut. Pihaknya akan membuat terowongan itu menjadi bagian dari embung. Ia sepakat, keberadaan terowongan bisa menjadi daya tarik wisata khusus.