Masalah ”Testing” dan ”Tracing” Tak Kunjung Teratasi di Sulut
Penyebaran Covid-19 di Sulawesi Utara berkurang, tetapi Dinas Kesehatan Provinsi Sulut masih waspada karena pelacakan dan pengetesan rendah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 di Sulawesi Utara melambat sepekan terakhir. Namun, hal ini lagi-lagi disebabkan masalah yang berulang, yaitu capaian pengujian sampel yang rendah serta rasio pelacakan kontak erat dari pasien positif yang tak memenuhi standar.
Hingga Senin (6/9/2021), akumulasi kasus Covid-19 di Sulut telah menyentuh 32.804, dengan jumlah kasus aktif sebanyak 2.008. Kendati begitu, selama dua pekan terakhir, tampak tren menurun dari jumlah kasus baru yang teridentifikasi, yaitu 1.005 kasus selama 23-29 Agustus, disusul 783 kasus selama 30 Agustus-5 September.
Jumlah ini jauh lebih rendah daripada periode yang sama sebulan yang lalu, yaitu 2.648 pada 23-29 Juli dan 2.585 kasus sepanjang 30 Juli-5 Agustus. Kendati begitu, Satuan Tugas Covid-19 Sulut tidak buru-buru mengklaim hal ini sebagai suatu perkembangan yang baik.
Melalui siaran pers, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulut Steaven Dandel mengatakan, kasus cenderung menurun karena beberapa kabupaten kota tidak mampu memenuhi target pengecekan sampel yang ditetapkan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri dan rasio 1 per 1.000 penduduk yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hanya Manado yang mampu memenuhi target memeriksa 2.163 orang seminggu yang ditetapkan dalam Inmendagri. Per 31 Agustus, sebanyak 3.965 orang terperiksa di Manado. Sebaliknya, Bolaang Mongondow Timur yang hanya bertugas memeriksa 70 orang dalam seminggu tak mampu mengambil satu sampel pun.
”Ada 14 kabupaten/kota yang tidak memenuhi target Inmendgari. Selain itu, ada 10 kabupaten/kota yang juga tidak memenuhi target WHO. Jadi, belum bisa dibilang kita sudah meninggalkan puncak pandemi. Sebab, pada akhir pekan aktivitas laboratorium kita berkurang,” kata Steaven.
Di samping itu, pelacakan kontak erat juga loyo di ke-15 kabupaten/kota. Steaven mengatakan, tidak ada satu pun yang mampu memeriksa 15 orang kontak erat dari satu pasien Covid-19. Padahal, selama sepekan terakhir, ada setidaknya 111 kasus positif yang terkonfirmasi setiap hari sehingga seharusnya ada 1.665 kontak erat yang ditemukan.
Menurut Steaven, selain protokol kesehatan, vaksinasi juga masih menjadi senjata paling ampuh untuk melawan pandemi. Namun, capaiannya pun masih rendah. Catatan Satgas Covid-19 Sulut, pemberian vaksin dalam sehari pernah menjangkau 34.662 orang para 5 Juli lalu. Namun, pada 25 Agustus hanya 5.780 orang yang tervaksin.
Menurut dia, hal ini diakibatkan menurunnya jumlah vaksin yang diterima dari pemerintah pusat. Namun, Steaven meyakinkan, saat ini stok telah diperbanyak sehingga vaksinasi bisa kembali cepat. Gerai-gerai vaksinasi pun dibuka di sejumlah tempat demi menjangkau masyarakat luas, termasuk anak 12-17 tahun.
”Mulai 1 September, kami gelar Gebyar September Vaksinasi Covid-19 di seluruh kabupaten/kota, dimulai dari Bitug dan Minahasa Tenggara. Kegiatan ini akan berlangsung terus sampai semua peserta mencapat suntikan dosis kedua,” ujar Steaven.
Jadi, belum bisa dibilang kita sudah meninggalkan puncak pandemi. Sebab, pada akhir pekan aktivitas laboratorium kita berkurang.
Saat ini, sekolah tatap muka belum umum dilaksanakan di Sulut. Dua wilayah, yaitu Manado dan Minahasa, masih menerapkan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) level 4, sedangkan 13 kabupaten/kota sisanya menerapkan PPKM level 3. Pembatasan dijadwalkan berakhir pada Senin (6/9/2021).
Hingga kini, baru Kabupaten Kepulauan Sangihe yang menyatakan telah menerapkan pembelajaran tatap muka, yaitu sejak Senin (23/8). Sekretaris Dinas Pendidikan Kepulauan Sangihe Abednejo Hapendatu mengatakan, Sangihe sudah berada dalam zona oranye atau risiko sedang. Sekolah tatap muka pun telah diperbolehkan menurut surat edaran Gubernur Sulut, Juli lalu.
Abednejo menambahkan, sekolah telah diwajibkan mematuhi protokol kesehatan. Beberapa fasilitas telah disiapkan, seperti tempat cuci tangan, sekat antarbangku, dan penyanitasi tangan. ”Ini supaya tidak terjadi penularan di sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw berharap lebih banyak masyarakat yang mau divaksinasi. Ia juga mengupayakan agar lebih banyak institusi pemerintah dan swasta yang mau menjadi kolaborator vaksinasi. ”Mudah-mudahan itu dapat memotivasi bagi seluruh komponen masyarakat agar mau terlibat dalam penanganan Covid-19,” katanya.