Cuaca Buruk Picu Sejumlah Kecelakaan Laut di Kepri
Dalam tujuh hari terakhir, sedikitnya terjadi empat kecelakaan di perairan Kepulauan Riau. Basarnas mengimbau warga mengurangi aktivitas di laut.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Dalam tujuh hari terakhir sedikitnya terjadi empat kecelakaan di perairan Kepulauan Riau. Badan SAR Nasional mengimbau warga agar mengurangi aktivitas di sekitar laut. Adapun nelayan diminta membawa perangkat komunikasi yang memadai apabila terpaksa harus melaut.
Pelaksana Harian Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Tanjung Pinang Miswadi, Senin (6/9/2021), mengatakan, satu minggu terakhir, hujan lebat memicu gelombang tinggi di sejumlah wilayah Kepri. Ia meminta warga mewaspadai dampak cuaca buruk mengingat dalam satu minggu terakhir sudah terjadi empat kecelakaan di perairan Kepri.
Basarnas mencatat, dalam tujuh hari terakhir, ada tiga orang di Batam, Tanjung Pinang, dan Bintan meninggal karena kecelakaan saat berenang dan memancing. Selain itu, pada 3 September, Kapal Motor Sempurna tenggelam di Kepulauan Anambas. Enam awak kapal tersebut berhasil diselamatkan petugas Basarnas.
”Beberapa hari terakhir sering terjadi warga hanyut ke laut saat berenang atau memancing. Kami mengimbau warga Kepri agar menunda dulu aktivitas wisata di sekitar laut selama cuaca buruk ini masih berlangsung,” kata Miswadi.
Selain itu, ia juga mengimbau nelayan membawa perlengkapan keamanan, terutama jaket pelampung, apabila harus melaut di tengah cuaca buruk untuk mencari nafkah. Selain itu, nelayan juga diminta membawa alat komunikasi yang memadai.
”Kapal yang berukuran di atas 5 gros ton seharusnya menganggarkan dana untuk membeli EPIRB (emergency position indicating radio beacon). Alat itu membantu petugas SAR untuk mengetahui posisi mereka saat dalam keadaan darurat,” ujar Miswadi.
Kami mengimbau warga Kepri agar menunda dulu aktivitas wisata di sekitar laut selama cuaca buruk ini masih berlangsung.
Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bintan Syukur Hariyanto mengatakan, hanya sedikit nelayan yang memiliki alat tersebut. Selama ini, kebanyakan nelayan tradisional hanya membawa ponsel biasa saat melaut.
”Kami sangat berharap pemerintah bisa memberikan bantuan alat navigasi dan alat komunikasi yang memadai. Di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia tidak ada sinyal ponsel. Kami sangat kesulitan meminta pertolongan bila mengalami kendala saat melaut,” kata Syukur.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam Suratman mengatakan, di daerah kepulauan seperti Kepri, hujan memang bisa mengguyur sepanjang tahun. Akan tetapi, di daerah kepulauan pun tetap ada masa puncak hujan, yakni Mei dan Desember, dan masa puncak kering, yakni Februari.
”Yang terjadi saat ini, intensitas hujan memang lebih tinggi dari biasanya. Hal itu dipicu terbentuknya siklon tropis di sebelah barat Pulau Kalimantan dan sebelah utara Pulau Sumatera,” ucap Suratman.
Ia menambahkan, siklon tropis tersebut akan segera berakhir dalam waktu dekat sehingga intensitas hujan akan segera menurun. Akan tetapi, hujan dengan intensitas sedang akan tetap mengguyur Kepri hingga Desember.