Banjir di Katingan Memburuk, 13 Kecamatan Terendam
Banjir tahunan di Katingan kali ini jadi salah satu peristiwa yang terparah. Sebelumnya, banjir melanda 10 kecamatan lalu kini menerjang 13 kecamatan atau seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Katingan, Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kondisi banjir di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, kian buruk. Seluruh kecamatan terendam banjir dan terus meluas hingga ke wilayah hilir Sungai Katingan. Pemerintah pun menetapkan status tanggap darurat banjir.
Sebelumnya, dalam caatatan Kompas, banjir sudah mulai melanda Kabupaten Katingan sejak 19 Agustus 2021 di wilayah hulu dan merendam 10 kecamatan pada akhir Agustus lalu. Setidaknya, 1.536 orang terdampak, lalu lebih kurang 253 rumah, 5 unit bangunan sekolah, dan 2 unit tempat ibadah, juga terdampak banjir dengan ketinggian 50-200 sentimeter (Kompas, 23 Agustus 2021).
Banjir di Kabupaten Katingan merupakan banjir tahunan yang terjadi. Namun, tahun ini dinilai menjadi yang terburuk karena ketinggian air dan lamanya air bertahan merendam permukiman di wilayah yang memiliki 13 kecamatan dengan 154 desa dan tujuh kelurahan tersebut.
Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan seluruh kecamatan di Kabupaten Katingan terendam dengan total 67 desa. Setidaknya banjir berdampak pada 16.130 orang dengan ribuan rumah dan seluruh fasilitas publik lainnya yang juga terendam banjir.
Camat Katingah Tengah Yobie Sandra menjelaskan, banjir tahun ini merupakan salah satu yang terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena jauh lebih lama dari perkiraan masyarakat. Ia menjelaskan beberapa warganya saat ini bahkan mulai mengungsi ke rumah-rumah kerabatnya yang lebih aman dari banjir.
”Kami masih melakukan pendataan, ada beberapa desa yang akses masuknya tertutup banjir sehingga sulit melakukan pemantauan ke sana, tapi kami tetap menyisir semua lokasi dengan bantuan yang ada,” kata Yobie saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (6/9/2021).
Yobie menambahkan, selain ribuan rumah terendam banjir, sejumlah fasilitas umum, seperti Puskesmas Tumbang Samba, sekolah, dan beberapa ruas jalan, juga terendam banjir. ”Sampai saat ini belum ada laporan korban jiwa,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Provinsi Kalimantan Tengah Erlin Hardi menjelaskan, banjir disebabkan meluapnya air dari dua daerah aliran sungai (DAS) di Katingan, yakni DAS Samba dan DAS Katingan. Luapan terjadi karena tingginya intensitas hujan selama beberapa minggu belakangan di wilayah tersebut. Debit air yang besar tak mampu ditampung sungai sehingga merendam permukiman di sekitarnya.
”Kabupaten Katingan merupakan salah satu wilayah yang paling parah terdampak banjir. Pemerintah daerah juga sudah menetapkan status tanggap darurat sampai 23 September 2021 mendatang,” kata Erlin.
Erlin mengungkapkan, ketinggian air maksimal di Katingan mencapai dua meter. Beberapa wilayah banjir yang paling parah antara lain, Desa Samba Danum, Tumbang Kajamei, dan sebagian besar desa di Kecamatan Katingan Tengah. Di kecamatan tersebut, ketinggian air dimulai dari 40 sentimeter hingga dua meter.
”Ada beberapa wilayah di bagian hulu sungai itu sudah mulai surut atau mengalami penurunan tinggi muka air, tetapi masih berpotensi naik jika hujan dengan intensitas tinggi datang lagi,” kata Erlin.
Kabupaten Katingan merupakan salah satu wilayah yang paling parah terdampak banjir, pemerintah daerah juga sudah menetapkan status tanggap darurat sampai 23 September 2021.
Saat ini, lanjut Erlin, pihaknya berupaya mendata sekaligus mengevakuasi warga yang perlu mengungsi di posko yang sudah disiapkan. Pihaknya juga sedang menyalurkan beragam bantuan untuk warga yang terdampak.
”Kami sudah dirikan dapur umum dan mendistribusikan air bersih di lokasi terdampak banjir, meskipun demikian kebutuhan mereka juga masih banyak sekali, seperti obat-obatan, kebutuhan anak-anak, wanita, lansia, dan selimut,” ungkap Erlin.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya Ika Priti Widiastuti menjelaskan, BMKG memprediksi awal musim hujan terjadi pada periode September hingga Oktober. Namun, di beberapa wilayah Kalteng saat ini terpantau hujan dengan intensitas sedang sampai lebat.
”Intensitas hujan yang tinggi disebabkan oleh kejadian alam aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO),” ungkap Ika.
Ika menjelaskan, MJO menyebabkan curah hujan meningkat didukung dengan adanya belokan angin serta udara yang labil. Dari analisis itu, menurut dia, dalam satu minggu ke depan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bakal terus terjadi di seluruh wilayah Kalteng.