Bali Tak Henti Berkreasi demi Bangkit dari Pandemi
Pandemi Covid-19 memang menghadirkan tekanan yang tidak mudah. Namun, pelaku seni dan usaha kecil menengah di Bali terus berkreasi untuk bangkit.
Kreativitas seni dan usaha kecil di Bali serasa abadi, pantang mati. Di saat tekanan pandemi Covid-19 mendera, pemerintah daerah, seniman, dan para pelaku usaha bahu-membahu menghasilkan inovasi untuk beradaptasi dan menjaga eksistensi.

Kota Denpasar yang menjadi ibu kota Provinsi Bali tidak ketinggalan beradaptasi dengan perkembangan zaman, tetapi tanpa meninggalkan sejarah dan budaya. Warga Kota Denpasar menyiapkan sesajen untuk persembahyangan saat Hari Suci Pagerwesi, Rabu (1/9/2021).
Gedung Dharma Negara Alaya Kota Denpasar di kawasan Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Minggu (22/8/2021), terlihat sepi dari luar. Namun di dalamnya, dari ruang audio visual Gedung Dharma Negara Alaya, terasa semangat warga Kota Denpasar untuk tetap bergerak meskipun dalam situasi serba terbatas akibat pandemi Covid-19.
Di ruang itu, Ketua Harian Badan Kreatif (Bkraf) Kota Denpasar I Putu Yuliartha menerangkan langkah Pemerintah Kota Denpasar dalam membuat terobosan inovatif dan kreatif untuk mendukung pemulihan ekonomi Denpasar dan Bali secara umum. Ia mengenalkan lokapasar baliola.com, platform pemasaran digital rintisan dari pengembang aplikasi Kepeng.io yang diinkubasi Bkraf Kota Denpasar.
Baliola.com memanfaatkan teknologi berbasis blockchain untuk mendukung seniman dan para kreator Bali, termasuk di Kota Denpasar, agar tetap berkarya dan produktif. Upaya ini berangkat dari kegelisahan atas pandemi Covid-19 yang sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat Bali. Pada situasi yang sama, teknologi berkembang dan perkembangan teknologi digital saat ini juga merambah hingga cara pemasaran yang mengadopsi perkembangan teknologi digital.
”Kami di Bkraf Kota Denpasar berupaya mencari sumber daya pendukung para kreator, salah satunya melalui teknologi berbasis blockchain,” kata Yuliartha di Gedung Dharma Negara Alaya Kota Denpasar.
Baca juga : Menjaga Semangat Kreatif Warga Kota Denpasar
Pengembangan lokapasar baliola.com yang dikenalkan Bkraf Denpasar ini menjadi lompatan kreatif Kota Denpasar menghadapi era digital. Hal itu sekaligus upaya meneruskan semangat Pemerintah Kota Denpasar yang sudah mencanangkan visi sebagai kota kreatif yang berwawasan budaya.
Pihak pengembang baliola.com, yang juga CEO Kepeng.io, I Gede Putu Rahman Desyanta mengungkapkan, laman pemasaran baliola.com menjadi alternatif yang menjanjikan monetasi karya kreatif atau produk seni dari seniman dan kreator Bali, dengan menggunakan sistem non-fungible token (NFT).
Sistem NFT memungkinkan orang memiliki aset digital dari sebuah karya seni dan dapat diperjualbelikan. Aset digital dari karya seni ini memiliki token digital yang dapat dianggap sebagai sertifikat kepemilikan.

Suasana peluncuran lokapasar baliola.com, platform pemasaran digital rintisan dari pengembang aplikasi Kepeng.io yang diinkubasi Badan Kreatif Kota Denpasar, di Gedung Dharma Alaya Negara Kota Denpasar, Minggu (22/8/2021).
Baca juga : Pemkot Denpasar Genjot Pengembangan Ekonomi Kreatif
Platform baliola.com yang diluncurkan pada Minggu (22/8/2021) di Gedung Dharma Alaya Negara Kota Denpasar adalah versi alpha. Desyanta meyakini, sistem NFT mempunyai prospek untuk berkembang meski saat ini masih belum banyak dikenal.
Pegiat kreatif Abdes Prestaka, yang juga Direktur Kita Satu Bali, ketika ditemui di Kuta, Badung, Jumat (20/8/2021), mengungkapkan pihaknya juga menggunakan kemajuan teknologi digital untuk semakin mendekatkan karya seni para perupa di Tanah Air ke kalangan generasi muda.
Ketika mengadakan pameran lukisan dan karya seni visual Kita Art Friend (KAF) bertajuk ”Hopes”, Abdes memasukkan teknologi realitas berimbuh (augmented reality/AR) di beberapa lukisan dan menggunakan sistem NFT untuk memberikan pengalaman baru bagi penikmat seni rupa dan kolektor.
Kreativitas
Pameran secara virtual menjadi alternatif dan sekaligus upaya merawat daya kreatif warga, termasuk para seniman dan insan kreatif di Bali. Perihal itu diungkapkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Indonesia Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Bali Ni Putu Putri Suastini Koster dalam pembukaan pameran seni rupa secara virtual bertajuk ”Merajut Asa Menilik Rupa” yang diselenggarakan Dekranasda Provinsi Bali, Senin (7/6/2021).
”Mau tidak mau, suka tidak suka, para seniman harus mengikuti perkembangan teknologi informatika agar bisa tetap survive,” kata Suastini, yang juga istri Gubernur Bali, dalam sambutannya.
Suastini menyatakan seniman di Bali tidak ingin dimanjakan. Namun, seniman tetap membutuhkan apresiasi sehingga mereka tetap bersemangat dan berkarya. Untuk itulah Dekranasda Provinsi Bali menggelar pameran berjudul ”Merajut Asa Menilik Rupa” secara virtual itu melalui galeri virtual di Balimall.id.
Baca juga : Transformasi Denpasar Festival Membuka Peluang di Tengah Keterbatasan

Proyek masker seni Kita Art Friends (KAF) mengadaptasi lukisan sebagai gambar desain masker yang diproduksi insan kreatif Kita Satu Bali di Badung. Staf Kita Satu Bali, Jumat (20/8/2021), menunjukkan contoh masker bergambar yang desainnya mengadopsi lukisan berjudul ”Tegak Garudaku” karya I Made Wiradana.
Perupa I Made Wiradana mengatakan, seniman dan insan kreatif dituntut mampu menjaga kreativitas. Bahkan, seniman dituntut menjadi lebih kreatif meskipun mereka sedang menghadapi situasi sulit, termasuk kondisi pandemi Covid-19. Alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu mengaku, pandemi Covid-19 juga mendorong dirinya untuk lebih beradaptasi dan berinovasi.
Sebagai seniman, ia juga berkeinginan mendapatkan apresiasi dari publik atas karya seni yang dihasilkan. Di tengah pandemi, ia beradaptasi melalui pameran secara virtual dan memanfaatkan perkembangan teknologi digital.
”Akibat pandemi, pameran secara konvensional menjadi terbatas dan sangat jarang digelar,” kata Wiradana, pelukis yang bermukim di Denpasar Utara, Kota Denpasar.
Sebentuk kreativitas juga dihadirkan manajemen klub sepak bola di Bali, Bali United, dalam seragam tim untuk kompetisi sepak bola Liga 1 2021-2022. Bali United menggunakan motif tie dye untuk kaus seragam (jersey) terbaru mereka.
Motif tie dye dihasilkan dari pewarnaan dengan cara mengikat kain dengan tali dan mencelupkannya ke pewarna. Bidang kain yang bersinggungan dengan tali tidak tersentuh pewarna sehingga memunculkan motif yang unik. Adapun motif tie dye sudah lama dikenal dalam industri pakaian di Bali, yakni sebagai motif baju Barong. Jersey Bali United itu diproduksi perusahaan garmen Indonesia, yakni PT Mitra Kreasi Garmen (Mills sport).
Marketing Communication Mills Fachry Assegaf menerangkan, Mills mengapresiasi pihak Bali United karena memercayakan produksi seragam klub asal Bali kepada pihak Mills. Adapun motif tie dye untuk jersey Bali United terbaru, menurut Fachry, adalah hasil desain Bali United.
Rintis usaha

Ketua Harian Badan Kreatif Kota Denpasar I Putu Yuliartha dalam acara peluncuran lokapasar baliola.com, platform pemasaran digital rintisan dari pengembang aplikasi Kepeng.io yang diinkubasi Badan Kreatif Kota Denpasar, di Gedung Dharma Alaya Negara Kota Denpasar, Minggu (22/8/2021).
Baca juga : Ada 12 Kota Raih Penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada menyepinya sektor pariwisata di Bali berimbas pula terhadap para pekerja di sektor pariwisata. Hal itu diakui I Made Oka Wijaya (42), pengelola Koperasi Konsumen Arak Semeton Bali, salah satu koperasi arak Bali yang beralamat di Kota Denpasar.
Made Oka mengungkapkan, mayoritas dari sekitar 720 anggota Koperasi Konsumen Arak Semeton Bali adalah pekerja sektor pariwisata yang diistirahatkan atau dirumahkan seiring lesunya aktivitas pariwisata di Bali.
”Tidak sedikit dari anggota koperasi kami ini memiliki keahlian bartender,” kata Made Oka yang juga pernah bekerja di sektor pariwisata. Melalui koperasi, menurut Made Oka, mereka menyalurkan keahlian anggota ke beberapa sektor usaha, di antaranya penyelenggaraan acara, pembuatan desain grafis, pengiriman barang, dan juga produksi minuman beralkohol khas Bali yang sedang tahap rintisan.
Pemilik Hatten Wines, yang juga penerus perusahaan brem dan arak Bali merek Dewi Sri, Ida Bagus Rai Budarsa (56), mengungkapkan, perusahaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan berinovasi sehingga dapat bertahan dan berkembang. Gus Rai mengenalkan pembuatan wine sekitar 1990-an di usaha milik keluarganya, Fa Udiyana, yang sudah dikenal sebagai produsen brem dan arak khas Bali dengan merek Dewi Sri sejak 1968.
”Meskipun saat ini sedang mengalami situasi sulit akibat hantaman pandemi Covid-19, kami tetap berupaya menjaga produksi,” kata Gus Rai. Menurut Gus Rai, upaya kreatif dan keberanian berinovasi diperlukan agar perusahaan juga dapat berkembang selain tetap eksis dalam menghadapi perubahan zaman.
Pandemi Covid-19 memang menghadirkan tekanan yang tidak mudah. Namun, Bali terus bergeliat untuk bangkit.