Presiden Joko Widodo meninjau langsung vaksinasi yang digelar dari pintu ke pintu di Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat, Selasa (31/8/2021). Setelah vaksinasi, pemulihan ekonomi kalangan rentan jadi tantangan selanjutnya.
Oleh
abdullah fikri ashri
·5 menit baca
Vaksinasi Covid-19 bagi Rudianto (59), warga Kampung Pengampaan, Kota Cirebon, Jawa Barat, ini terasa istimewa, Selasa (31/8/2021). Dia menerimanya di depan becaknya yang terparkir di depan rumah. Presiden Joko Widodo bahkan menyaksikan proses penyuntikannya. Kedatangan Presiden sedikit banyak meredakan kekhawatiran warga menghadapi pandemi.
Rudianto tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Sorot matanya berbinar. Bibirnya yang berbalut masker kerap tersenyum. ”Tadi ditanya Pak Jokowi, sakit enggak (divaksin)? Saya bilang, enggak. Tadi dikasih bingkisan sama amplop juga,” katanya.
Dia antusias menyiapkan hari istimewa ini. Saking senangnya bakal bertemu Presiden, penarik becak ini sampai telat tidur, tetapi terbangun sebelum pukul 06.00. Ia juga menjalani tes usap berbasis rantai reaksi polimerase (PCR) dengan hasil negatif Covid-19.
Kertas bertuliskan angka 1 menempel di balok penyangga rumahnya sebagai penanda presiden akan singgah. Spanduk berisi ”Vaksinasi Massal Door to Door” dengan lambang Badan Intelijen Negara tersebar di sejumlah rumah warga yang berdempetan.
Tidak hanya Rudianto yang bersiap menyambut kedatangan Jokowi. Sehari sebelumnya, jalan berlubang ditambal dan parit dibersihkan. Kampung itu berada tepat di belakang landasan pacu Bandara Cakrabhuwana, tempat Jokowi mendarat.
Kini, Rudianto lebih tenang setelah divaksin, seperti istri dan anaknya. ”Sebelumnya ada niat vaksin, tetapi kan saya kerja terus. Pas ada vaksinasi di sini, saya semangat sekali. Jadi, enggak repot-repot keluar (ke puskesmas),” katanya.
Saban hari, bapak lima anak ini sudah meninggalkan rumah sekitar pukul 06.00. Ia lalu mangkal di Penggung, sekitar 1 kilometer dari kediamannya. Ia baru pulang sore hari atau selepas magrib, tergantung ada tidaknya penumpang.
Akan tetapi, kerja kerasnya diuji pandemi. Penghasilannya menurun drastis. Dari biasanya bisa Rp 100.000 menjadi paling banyak Rp 50.000 per hari. ”Tragis (pendapatannya) berkurang. Kadang-kadang enggak dapat uang,” ungkapnya.
Kini, setelah divaksin, Rudianto merasa lebih terlindungi dari ganasnya virus korona baru. Ia pun bakal berjuang lebih keras mencari uang demi memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk membiayai kuliah anak pertamanya.
Tadinya, (saya) takut divaksin. Nanti gimana-gimana. Dengar-dengar ada yang sudah divaksin jadi sakit dan meninggal. Setelah Pak Presiden datang, saya yakin pasti vaksin aman. (Koyimah)
Koyimah (56), warga Pengampaan lainnya, juga mengapresiasi program vaksinasi dari pintu ke pintu. Ia tak mesti repot-repot ke puskesmas, sekitar 2 kilometer dari rumahnya, dan mengantre. Hatinya pun kian yakin untuk divaksin.
”Tadinya, (saya) takut divaksin. Nanti gimana-gimana. Dengar-dengar ada yang sudah divaksin jadi sakit dan meninggal. Setelah Pak Presiden datang, saya yakin pasti vaksin aman,” ujar Koyimah, yang juga menerima bingkisan sembako dari presiden.
Pedagang kecil ini mengumpamakan vaksinasi seperti seseorang yang mengendarai sepeda motor dan wajib mengenakan helm. Tujuannya, tentu saja keselamatan.
”Jadi, jangan terlalu panik dan gugup divaksin,” pesannya.
Ia berharap vaksin bisa membentenginya dari Covid-19. Dengan begitu, ia lebih leluasa mencari duit dengan menjalankan protokol kesehatan. Sejak pandemi tahun lalu, tiga anaknya kerap mewanti-wanti agar ia di rumah saja agar terhindar dari virus korona baru.
”Kalau saya di rumah, siapa yang ngasih makan? Waktu awal pandemi, anak-anak masih nganggur. Bapak (suami) sudah meninggal tahun 2019. Saya enggak dapat bantuan apa pun. Subsidi listrik juga tidak,” ujarnya. Genangan air di matanya sejenak membuatnya terdiam.
Sekarang, ia maksimal hanya membawa pulang Rp 50.000 per hari. Padahal, sebelum pandemi, ia meraup lebih dari Rp 100.000. Meski penghasilannya tidak sebesar dulu, Koyimah bakal berjuang terus.
”Saya harus sehat, enggak boleh sakit,” kata nenek empat cucu ini.
Koyimah dan Rudianto termasuk 13 warga lanjut usia dan masyarakat rentan yang menjalani vaksinasi door to door di Cirebon dan disaksikan Presiden. Kegiatan itu menargetkan vaksinasi bagi 500 warga Pengampaan. Dari target lebih kurang 18.000 warga di Kelurahan Kalijaga, termasuk Pengampaan, sebanyak 5.786 orang telah divaksin.
Di Kota Cirebon, cakupan vaksinasi dosis pertama mencapai 57,7 persen dari target 262.198 orang. Adapun warga lanjut usia yang telah menerima dosis lengkap baru 8.879 atau 34 persen dari target 25.784 orang.
Pak Jokowi bilang gimana (divaksin)? Ternyata rasanya kayak digigit semut. Ibu (istri) juga sudah divaksin. Alhamdulillah, enggak mesti ke puskesmas (Juneb)
Dalam keterangannya, Presiden Jokowi mengatakan, vaksinasi door to door atau jemput bola yang diinisiasi oleh BIN merupakan upaya mempercepat vaksinasi di masyarakat. ”Saya minta kepada masyarakat tetap protokol kesehatan dilakukan dengan disiplin dan secepat-cepatnya ikut program vaksinasi,” katanya.
Pada hari yang sama, Presiden juga menyaksikan vaksinasi door to door di Dusun Kliwon, Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, Kuningan. Juneb (64), warga setempat, mengatakan, sempat ketakutan divaksin. Penyebabnya berbagai informasi mengerikan tentang vaksin di media sosial.
Akan tetapi, kedatangan Presiden ampuh menghilangkan keraguannya. ”Pak Jokowi bilang gimana (divaksin)? Ternyata rasanya kayak digigit semut. Ibu (istri) juga sudah divaksin. Alhamdulillah, enggak mesti ke puskesmas,” katanya.
Ketua RT 002 RW 007 Desa Sangkanurip Roni Sahroni mengatakan, sebelumnya ada kekhawatiran warga dengan vaksin. ”Awal-awal ada tetangga desa disuntik besoknya meninggal. Semua takut divaksin. Padahal, itu karena penyakit lain,” ungkapnya.
Sebelum hari ini, katanya, hanya 17 orang yang divaksin dari 179 orang. Kini, hampir semuanya divaksin. Sebanyak 15 orang divaksin di rumah dengan disaksikan Presiden. Selebihnya, warga mengikuti vaksinasi di balai desa.
Persoalan vaksinasi mungkin mulai diatasi. Namun, belum ada kepastian perekonomian membaik. Apalagi, sebagian besar warga merupakan buruh tani dan kuli bangunan. Sebagian rumah warga masih berdinding bata, bahkan kayu.
”Dulu, dalam sebulan, paling seminggu libur nyangkul. Sekarang, dari sebulan, kerjanya cuma seminggu,” kata Edi Prianto (34), buruh tani dengan upah sekitar Rp 50.000 per hari. Kepada Presiden Jokowi, ia berharap, tiga anaknya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Pandemi tidak pandang bulu. Namun, kalangan rentan seperti lansia hingga ekonomi lemah bisa jadi terdampak paling fatal. Vaksinasi menjadi salah satu langkah ideal menata semuanya menjadi lebih baik lagi.