Banjir masih mengancam sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Curah hujan yang tinggi dan kerusakan sejumlah daerah aliran sungai menjadi penyebab banjir setiap musim hujan.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Hingga Rabu (1/9/2021) sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan masih terendam banjir. Hujan deras yang turun sejak Jumat pekan lalu membuat beberapa sungai meluap dan merendam permukiman. Di Kabupaten Wajo, seluruh kecamatan telah terendam dengan ketinggian air hingga 4 meter.
Informasi yang diperoleh, selain Wajo, banjir juga di antaranya terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Luwu, dan Sidrap. Di Wajo, banjir disebabkan luapan Sungai Walanae dan Danau Tempe.
Adapun di Luwu Utara, tiga sungai besar yang menyebabkan banjir bandang tahun lalu kembali meluap akibat curah hujan yang tinggi di daerah hulu. Luapan sungai di Luwu Utara menyebabkan banjir dengan ketinggian air antara 70 sentimeter dan 2 meter.
”Sampai pagi ini seluruh kecamatan telah terendam yang meliputi ratusan desa dan kelurahan. Ketinggian air sampai 4 meter. Sebagian yang tinggal di rumah panggung masih berada di rumah mereka dan yang rumahnya rendah memilih mengungsi ke kerabat,” kata Andi Muhlisin, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Wajo, Rabu (1/9/2021).
Di Wajo kerusakan Daerah Aliran Sungai Walanae membuat warga harus merasakan banjir setiap tahun. Sungai ini bermuara ke Danau Tempe. Adapun air di Danau Tempe bermuara di Teluk Bone. Saat hujan di hulu Sungai Walanae, permukiman di sepanjang aliran sungai dan sekitar danau akan terendam.
Karena setiap tahun daerahnya diterjang banjir, sebagian warga melakukan antisipasi. Selain rumah panggung dengan tiang setinggi 2 meter, warga juga menyiapkan semacam panggung di dalam rumah. Biasanya panggung bongkar pasang ini akan dipasang lebih tinggi saat ketinggian air juga bertambah.
Untuk keluar rumah, warga biasanya meniti jembatan bambu yang dipasang tinggi dan menghubungkan rumah hingga jalan raya. Sebagian menggunakan perahu.
”Saat ini kami sedang menambah titian bambu di jalan-jalan desa untuk menjadi akses warga keluar desa. Perahu juga disiapkan. Sejauh ini kerugian (akibat) banjir belum total dihitung. Tapi, dari sektor pertanian saja, kerugian mencapai Rp 7 miliar akibat sawah dan kebun terendam,” kata Muhlisin.
Sementara di Luwu Utara, banjir menggenangi beberapa kecamatan, di antaranya Malangke, Malangke Barat, dan Baebunta.
Banjir bandang
”Sungai yang meluap adalah Sungai Rongkong, Sungai Masamba, dan Sungai Radda yang juga menyebabkan banjir bandang tahun lalu. Wilayah-wilayah yang terendam berada di sepanjang aliran sungai dari hulu ke hilir,” kata Kepala Pelaksana BPBD Luwu Utara Muslim Mukhtar, Selasa (31/8/2021) malam.
Saat ini kami sedang menambah titian bambu di jalan-jalan desa untuk menjadi akses warga keluar desa. Perahu juga disiapkan. (Muhlisin)
Muslim mengatakan, sejak Jumat lalu curah hujan di hulu sungai cukup tinggi. Jarak antara hulu sungai dan muara sejauh lebih dari 100 kilometer. Ini menyebabkan luapan air sungai di hulu bisa sampai ke muara dalam waktu lebih dari 24 jam. Sering kali hujan tidak terjadi di hilir, tetapi tetap terjadi genangan akibat hujan di hulu.
Cuaca di Sulawesi Selatan memang tidak menentu belakangan ini. Hujan deras sering terjadi di beberapa wilayah. Di kabupaten seperti Wajo, Sidrap, Soppeng, dan wilayah Luwu, hujan umumnya terjadi mulai sore hingga malam.