Penurunan Kasus Wajib Disertai Tes dan Pelacakan Memadai
Klaim penurunan kasus perlu dipastikan apakah tes dan pelacakan sudah ideal atau belum. Data sementara Kemenkes, hanya ada enam daerah di Jateng yang rasio kontak eratnya di atas 8. Padahal, diharapkan mencapai 15.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penurunan kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa Tengah menjadi kabar baik setelah terjadi lonjakan yang dimulai pasca-Lebaran 2021. Namun, penurunan itu perlu juga diikuti penguatan tes dan pelacakan untuk menunjukkan penularan sudah benar-benar menurun. Semua pihak diminta tidak lengah.
Menurut data corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan Selasa (31/8/2021) pukul 16.00, terdapat 10.998 orang dirawat/isolasi mandiri (kasus aktif) di Jateng. Jumlah itu menurun signifikan dibandingkan dengan 2 Agustus 2021, misalnya, yang terdapat 37.729 kasus aktif di provinsi tersebut.
Namun, menurut data vaksin.kemkes.go.id/#/sckab per Senin (30/8/2021), yang bersifat provisional, dari 35 kabupaten/kota di Jateng, hanya Kota Surakarta (86,25 persen) yang capaian pemeriksaannya di atas 50 persen dari target yang ditetapkan dalam Instruksi Mendagri, dalam sepekan terakhir. Setelah itu ada Kota Magelang (48,99 persen), Kota Salatiga (42,18 persen), dan Kota Semarang (40,90 persen).
Sementara pada rasio kontak erat per kasus konfirmasi, hanya Pati (15,43), Demak (13,88), Grobogan (13,42), dan Rembang (12,90), Pemalang (8,80), dan Temanggung (8,18) yang angkanya di atas 8. Padahal, dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri disebutkan bahwa tracing atau pelacakan perlu dilakukan hingga lebih dari 15 kontak erat per kasus konfirmasi.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Budiyono, Rabu (1/9/2021), mengatakan, penurunan kasus Covid-19 di Jateng disebabkan sejumlah faktor. Mulai dari penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat hingga terus bergulirnya vaksinasi.
”Masih perlu memastikan apakah betul tes dan pelacakan sudah ideal? Itu penting agar segala upaya yang dilakukan selama ini sudah maksimal dan penurunan kasus memang benar-benar terjadi,” kata Budiyono.
Di tengah harapan untuk kembali beraktivitas, keterbukaan data perihal kemampuan tes dan pelacakan penting. Apabila hanya berdasarkan zonasi, warna hijau misalnya, masyarakat bisa menganggap situasi sudah aman. Padahal, bisa jadi masih ada kasus tersisa dan penularan sewaktu-waktu kembali merebak.
Masih perlu memastikan apakah betul tes dan pelacakan sudah ideal? Itu penting agar segala upaya yang dilakukan selama ini sudah maksimal dan penurunan kasus memang benar-benar terjadi. (Budiyono)
Menurut dia, semua pemimpin daerah perlu menyampaikan data terkait dengan tes dan pelacakan itu. ”Sebab, kita tidak boleh terlena dan nantinya kasus meningkat lagi. Kewaspadaan ini penting,” kata Budiyono.
Di Kota Semarang, menurut data siagacorona.semarangkota.go.id yang dimutakhirkan Rabu (1/9/2021) pukul 10.00, terdapat 129 orang dirawat/isolasi (kasus aktif). Dari jumlah itu, 89 orang merupakan warga Semarang, sedangkan 40 orang warga luar kota. Jumlah kasus aktif jauh lebih rendah dari 7 Juli 2021, misalnya, dengan 2.179 kasus.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengakui tes dan pelacakan terkait dengan Covid-19 masih menjadi pekerjaan rumah. Dari data Pemerintah Kota Semarang, rasio kontak erat per kasus baru 2,4 dari seharusnya 14. Menurut dia, salah satu kendala belum optimalnya pelacakan dan tes disebabkan keterbatasan sumber daya manusia kesehatan.
Berdasarkan data, testing dan tracing Kota Semarang, menurut Hendrar, dalam posisi yang tak begitu baik. Untuk petugas pelacakan, selain akan mengoptimalkan sumber daya manusia, termasuk bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, ditingkatkan pula kerja sama dengan TNI-Polri. ”Untuk sarana-prasarana, seperti PCR, dapat kami anggarkan. Kami juga mendorong integritas dan kejujuran warga,” katanya.
Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo telah meminta setiap daerah memperluas jangkauan tes dan pelacakan. ”Umpama ada 32 penambahan (kasus per hari) di satu kabupaten, testing-nya minimal dikalikan delapan. Targetnya sebenarnya 15, tetapi ini minimal delapan,” ucapnya, Senin (23/8/2021).
Didampingi
Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2021, saat ini tinggal dua daerah di Jateng yang berada pada PPKM level 4, yakni Kabupaten Purworejo dan Kota Magelang. Sementara daerah lainnnya berada pada level 3 dan 2.
Ganjar mengatakan akan memberikan pendampingan khusus pada dua daerah tersebut agar segera turun level. ”Saya ditelepon Pak Menko Marinves soal ini. Ada beberapa daerah termasuk Purworejo yang angka kematiannya masih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Kami akan dampingi agar problemnya bisa diselesaikan,” katanya Selasa (31/8/2021).
Ia juga meminta bupati/wali kota dua daerah tersebut untuk tetap kencang menerapkan protokol kesehatan. Pasalnya, jika situasi berlarut, warga daerah tersebut akan bergerak ke daerah tetangga yang kondisinya sudah lebih baik.
Kepada semua kabupaten/kota di Jateng, ia juga meminta disiplin menjaga protokol kesehatan. ”Banyak masyarakat yang mulai euforia dan tidak disiplin protokol kesehatan. Ini harus hati-hati. Semua daerah tidak boleh kendur dan terus eling lan ngelingke (ingat dan saling mengingatkan). Daerah-daerah yang sudah bagus tetap jaga protokol kesehatan,” ujarnya.