Janji Pemprov NTT Lengkapi Fasilitas Sekolah yang Dibangun Mandiri Warga
Pemprov NTT mengapresiasi pembangunan gedung sekolah oleh warga di pedalaman. Gerakan swadaya masyarakat untuk menghadirkan layanan pendidikan terus tumbuh di NTT.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengapresiasi insiatif masyarakat pedalaman dalam membangun gedung sekolah. Hal itu menandakan tingginya kesadaran masyarakat untuk menghadirkan layanan pendidikan di daerah mereka. Pemerintah pun berjanji akan melengkapi fasilitas lainnya agar penyelenggaraan pendidikan sesuai standar.
Menurut informasi yang dihimpun dari Dinas Pendidikan Provinsi NTT pada Rabu (1/9/2021), sepanjang tahun 2021 ini sudah belasan sekolah menengah atas atau sederajat yang dibangun masyarakat. Sebagian besar berada di wilayah pedalaman dan masih sulit terjangkau.
”Para tokoh masyarakat datang menyampaikan rencana pembangunan itu. Mereka menyerahkan lahan mereka untuk digunakan. Ini yang luar biasa sebab selama ini persoalan lahan selalu menjadi hambatan pembangunan gedung sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi.
Linus berjanji, pihaknya segera memproses izin pendirian agar sekolah dimaksud segera memiliki nomor pokok sekolah nasional (NPSN). Pihak dinas juga akan menempatkan guru-guru untuk bertugas di sana lewat berbagai skema rekrutmen, seperti pegawai negeri sipil dan guru kontrak yang dibiayai provinsi.
Jika sekolah sudah memiliki NPSN, pemerintah akan menggelontorkan anggaran untuk melengkapi pembangunan gedung sekolah serta fasilitas lainnya, seperti laboratorium dan area untuk berolahraga. Proses pembangunan itu sudah bisa dimulai satu tahun setelah terbitnya NPSN.
”Kunci utama adalah gerakan swadaya masyarakat, dan ini sangat membantu tugas pemerintah dalam menghadirkan pelayanan pendidikan di seluruh daerah ini. Pemerintah punya keterbatasan sehingga belum semua mendapat sentuhan yang optimal. Pemerintah sangat berterima kasih atas upaya ini,” ucap Linus.
Unismis Topmuti (45), tokoh masyarakat Desa Oelnaineno, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, mengatakan, di desa itu masyarakat menyerahkan lahan 10 hektar untuk pembangunan sekolah. Sekolah juga sudah dibangun secara swadaya oleh masyarakat dan kini telah beroperasi.
Bangunan sekolah menggunakan bahan alam. Atap dari daun, dinding dari pelepah, dan berlantai tanah. Meja dan kursi dibawa siswa dari rumah, sedangkan papan tulis dan perlengkapan sekolah lainnya dibeli menggunakan dana kampung. Sekolah itu telah ditetapkan menjadi SMA Negeri 4 Takari.
Menurut Unismis, masyarakat membangun sekolah itu lantaran banyak anak yang putus sekolah. Mereka tidak sanggup berjalan sejauh 12 kilometer dari rumah ke SMA terdekat. Mereka harus bangun pagi pukul 04.00 dan mulai jalan kaki melewati hutan dan sungai. Jika musim hujan, mereka meliburkan diri. Sekolah itu berjarak 130 kilometer dari Kota Kupang.
Sementara itu, tokoh masyarakat Desa Onuntono, Mika Mani (65), berharap pemerintah membangun asrama di dekat SMA Negeri 2 Amarasi Timur, Kabupaten Timur. Tujuannya agar siswa yang tinggal jauh dari sekolah itu bisa menempati asrama. Menurut dia, masih banyak anak tidak lanjut sekolah karena jarak.
”Memang masyarakat bisa saja bangun sekolah SMA di kampung, tapi jumlah siswa tidak memenuhi syarat. Harus ada SMP (sekolah menengah pertama) pendukung. Apalagi jarak antar-kampung berjauhan. Makanya, asrama menjadi salah satu solusi," katanya.
Hingga saat ini, jumlah SMA, sekolah menengah kejuruan, dan sekolah luar biasa yang berada di bawah tanggung jawah Pemerintah Provinsi NTT mencapai 903 sekolah. Total siswa sekitar 87.000 orang dan guru 28.000 orang.