Banjir di Kalteng Mulai Pindah ke Bagian Hilir Sungai
Banjir di Kalimantan Tengah perlahan berpindah dari hulu ke hilir sungai. Pemerintah mulai mengantisipasi banjir di permukiman bagian hilir sungai.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah diprediksi berpindah dari wilayah hulu ke wilayah hilir sungai. Saat ini banjir di wilayah hulu mulai surut. Meskipun demikian, puluhan ribu orang masih terdampak banjir tahun ini.
Sebelumnya, banjir melanda di tujuh kabupaten, yakni Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Lamandau, dan Kabupaten Kotawaringin Barat.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, banjir melanda di 23 kecamatan, 123 kelurahan dan desa, dengan jumlah 12.006 keluarga atau 17.759 orang terdampak banjir. Saat ini, sebanyak 109 keluarga mengungsi ke posko-posko darurat yang disiapkan pemerintah kecamatan.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Erlin Hardi menjelaskan, banjir terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Sungai pun meluap hingga permukiman warga.
”Saat ini memang sebagian besar (banjir) terjadi di hulu sungai, dan diprediksi akan berlanjut ke wiilayah hilir,” kata Erlin di Palangkaraya, Rabu (1/9/2021).
Erlin menjelaskan, saat ini kondisi banjir di wilayah hulu sungai perlahan surut, tetapi masih terdapat beberapa wilayah yang masih direndam air. ”Kami sudah berikan peringatan ke setiap kabupaten/kota untuk antisipasi banjir di wilayah hilir,” ujarnya.
Di Kabupaten Kotawaringin Timur, dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, warga yang terdampak mencapai 10.585 orang. Banjir melanda 50 desa dan 1 kelurahan yang semuanya berada di lima kecamatan. Lima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Antang Kalang, Telaga Antang, Tuwalan Hulu, Mentaya Hulu, dan Kecamatan Kota Besi.
Saat ini memang sebagian besar terjadi di hulu sungai, dan diprediksi akan berlanjut ke wiilayah hilir.
Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor menjelaskan, terdapat empat desa lagi yang terendam banjir, yakni Desa Baamapah, Kawan Batu, Bantur, dan Desa Hanjalipan. Empat desa itu merupakan desa perbatasan antara hulu dan hilir Sungai Mentaya di Kotawaringin Timur.
”Air di wilayah utara Kotawaringin Timur sudah mulai surut dan aktivitas sudah mau normal, tetapi memang ada tambahan warga yang terdampak banjir,” ungkap Halikinnor.
Halikinnor mengungkapkan, banyaknya desa yang terdampak membuat pemerintah daerah kesulitan untuk memberikan bantuan. Salah satunya karena persoalan akses masuk ke wilayah desa yang terputus arus banjir yang sangat deras.
”Bantuan akan terus kami salurkan sesuai ketersediaan karena di tengah pandemi ini anggaran jadi sangat terbatas,” katanya.
Halikinnor menambahkan, pihaknya mendapatkan bantuan dari beragam perusahaan yang berinvestasi di Kotawaringin Timur untuk disalurkan ke korban terdampak banjir. ”Bahkan kami pejabat juga ikut patungan untuk berikan bantuan,” ungkapnya.
Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangkaraya Rolan Binery menjelaskan, terdapat enam wilayah yang berstatus siaga banjir, yakni Kabupaten Murung Raya, Gunung Mas, Katingan, Seruyan, Kota Palangkaraya, dan sebagian besar wilayah Kotawaringin Timur. Hal itu dilihat dari intensitas hujan yang bakal terjadi dua-tiga hari ke depan.
Sementara beberapa wilayah lain, seperti Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Kotawaringin Barat, dan Lamandau, berada dalam status Waspada. ”Masih ada potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir beberapa hari ke depan,” katanya.
Rolan mengimbau masyarakat yang melakukan aktivitas di daerah pesisir pantai juga waspada terhadap prospek tinggi gelombang mingguan sekitar 0,5-2,0 meter (rendah-sedang) di wilayah perairan selatan Kalteng.
”Jika kondisi tersebut lama dengan intensitas tinggi, dapat meningkatkan tinggi gelombang air laut sehingga dapat mengancam keselamatan nelayan, terutama yang menggunakan kapal kecil,” tuturnya.