Tes dan Pelacakan Masih Jadi Pekerjaan Rumah bagi Kota Semarang
Dari data Pemkot Semarang, rasio kontak erat per kasus baru per minggu 2,4. Padahal, seharusnya lebih dari 14. Menurut Wali Kota Semarang, salah satu kendala belum optimalnya pelacakan dan tes karena keterbatasan SDM.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Warga mengantre untuk menerima vaksin Covid-19 dosis kedua di Klinik Pratama Kartika I, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (12/8/2021). Mereka mengalami penundaan penyuntikan vaksin dosis kedua. Sebelumnya, mereka mengikuti vaksinasi massal yang diadakan TNI.
SEMARANG, KOMPAS — Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di wilayah aglomerasi Semarang Raya, termasuk Kota Semarang, turun dari level 3 ke level 2, Senin (30/8/2021) malam. Namun, masih ada pekerjaan rumah bagi ibu kota Jawa Tengah tersebut, yakni belum optimalnya tes dan pelacakan.
Menurut data siagacorona.semarangkota.go.id per Selasa (31/8/2021) pukul 16.40, terdapat 86.761 kasus positif Covid-19 kumulatif di Kota Semarang. Sebanyak 135 orang dirawat atau isolasi mandiri, 66.960 orang sembuh, dan 6.293 orang meninggal. Dari 135 kasus aktif, 95 orang merupakan warga Kota Semarang, sedangkan 40 orang lainnya warga luar kota.
Jumlah kasus aktif itu jauh lebih rendah dari 7 Juli 2021, misalnya, yang mencapai 2.179 kasus. Begitu juga tingkat keterisian tempat tidur (TT) isolasi Covid-19 RS, yang menurun setelah melonjak bulan lalu. Menurut data keterisian TT isolasi Covid-19, RSUP Dr Kariadi kini tercatat 17,14 persen, RSUD KRMT Wongsonegoro (6,1 persen), dan isolasi terpusat rumah dinas wali kota (1 persen).
Warga menunggu dan mengantre pengisian ulang tabung oksigen yang digunakan untuk perawatan bagi pasien Covid-19 di halaman Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/8/2021). Sebagian besar kebutuhan oksigen ini untuk membantu warga yang menjalani isoman di rumah mereka.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mensyukuri penurunan level PPKM tersebut. Namun, ia tetap mengingatkan warga tetap waspada serta disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
”Kata kuncinya, Covid ini belum selesai. Pandemi ini masih tetap berjalan. Ke depan, kita harus lakukan hal-hal yg mampu mengatasi persoalan Covid, baik terkait kesehatan maupun sosial, budaya, dan ekonomi,” ujar Hendrar.
Hendrar menuturkan, pekerjaan rumah saat ini ialah meningkatkan pelacakan dan tes terkait Covid-19. Rasio kontak erat per kasus baru 2,4. Padahal, seharusnya lebih dari 14. Menurut dia, salah satu kendala belum optimalnya pelacakan dan tes dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia kesehatan.
”Data yang ada, testing dan tracing kami dalam posisi yang tidak begitu baik. Untuk petugas pelacakan, selain mengoptimalkan SDM, termasuk bantuan dari BNPB, kami akan tingkatkan kerja sama dengan TNI-Polri. Untuk sarana prasarana, seperti PCR, dapat kami anggarkan. Selain itu, kami juga mendorong integritas dan kejujuran warga,” ucap Hendrar.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memberikan keterangan di Balai Kota Semarang, Sabtu (20/6/2020).
Menurut data vaksin.kemkes.go.id/#/sckab, yang bersifat provisional, per Senin (30/8/2021), target pemeriksaan per minggu di Kota Semarang, dalam sepekan terakhir sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri adalah 27.888 orang. Namun, capaian Kota Semarang baru 11.405 orang.
Hendrar menambahkan, vaksinasi juga akan terus ditingkatkan, termasuk bagi siswa SMP. Menurut data vaksin.kemkes.go.id yang dimutakhirkan Selasa pukul 12.00, vaksinasi dosis 1 di Kota Semarang mencapai 988.601 atau 75,75 persen dari target. Sementara dosis 2 yakni 690.219 atau 52,89 persen dari target.
Dari pantauan dalam sepekan terakhir, kedisiplinan warga mengenakan masker di pusat-pusat keramaian di Kota Semarang relatif baik. Namun, jika masuk ke area permukiman yang jauh dari pusat kota, tidak sulit menemukan warga yang tak mengenakan masker atau mengenakannya dengan tidak benar.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) disuntik vaksin Covid-19 di Balai Desa Blubuk, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (21/8/2021). Dalam kegiatan itu, 26 ODGJ berhasil divaksin. Selain dilakukan di balai desa dan puskesmas, vaksinasi khusus ODGJ juga dilakukan dari rumah ke rumah.
Jangan terlena
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, penurunan level PPKM di sejumlah aglomerasi di Jateng menumbuhkan optimisme. Namun, ia tetap mengingatkan agar seluruh pihak tetap ketat dalam protokol kesehatan. Jangan sampai situasi tersebut membuat semua terlena.
”Jangan sampai menjelang finis ada gangguan-gangguan karena ketidakdisiplinan kita. Ini yang mesti kita siapkan. Sudah mulai banyak yang bertanya statusnya turun, pariwisata boleh tidak? Silakan diuji coba dulu untuk dibuka. Kami cenderung lebih menyiapkan saja agar adaptasi kebiasaan barunya nanti berjalan,” kata Ganjar.
Salah satu upaya untuk terus menurunkan penyebaran Covid-19 di Jateng yakni mempercepat vaksinasi. Menurut data vaksin.kemkes.go.id, Selasa pukul 18.00, vaksinasi dosis 1 di Jateng mencapai 7.382.641 atau 25,7 persen dari target. Sementara dosis 2 yakni 4.269.537 atau 14,86 persen dari target.
Sejauh ini, antrean warga tampak di beberapa sentra vaksin. Seperti pada Senin, tingginya antusiasme warga membuat antrean mengular hingga lebih dari 30 meter di sekitar Kelurahan Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik. Sementara saat ini, ketersediaan vaksin masih terbatas.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, Jateng mendapat kiriman sekitar 990.000 dosis vaksin. Ia berterima kasih atas kiriman vaksin itu. Namun, ia pun berharap, sebelum penentuan alokasi vaksin untuk kabupaten/kota, pusat agar dapat berkomunikasi dulu dengan Pemprov Jateng.