Resmikan Bendungan Kuningan, Presiden Jokowi Minta Jaringan Irigasi Ditata
Bendungan Kuningan mampu menyediakan air untuk 3.000 hektar sawah. Adanya suplai air ini bisa meningkatkan produktivitas pertanian, dari sekali menjadi tiga kali tanam setahun. Syaratnya, irigasi harus ditata.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Kuningan di Jawa Barat, Selasa (31/8/2021) sore. Peresmian bendungan ini diharap bisa dilanjutkan dengan penataan jaringan irigasi sampai ke sawah-sawah masyarakat.
”Saya minta bendungan ini disambungkan dengan penataan jaringan irigasi mulai saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, sampai kuarter. Ini penting untuk ditekankan supaya bendungan betul-betul bermanfaat menyediakan air irigasi bagi petani,” tutur Presiden Jokowi sebelum meresmikan Bendungan Kuningan.
Saya minta bendungan ini disambungkan dengan penataan jaringan irigasi mulai saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, sampai kuarter. Ini penting untuk ditekankan supaya bendungan betul-betul bermanfaat menyediakan air irigasi bagi petani.
Dalam acara ini, Presiden didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Bendungan Kuningan dibangun mulai 2013 dengan anggaran Rp 515 miliar. Kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Brantas Abipraya mengerjakan bendungan dengan kapasitas tampung 25,9 juta meter kubik dan luas genangan 221,59 hektar ini.
Dengan luasan ini, fungsi utama Bendungan Kuningan adalah menyediakan air irigasi untuk 3.000 hektar sawah di Kabupaten Kuningan, Cirebon, dan Brebes. Di Kabupaten Brebes, lahan seluas 2.000 hektare bisa diairi. Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merencanakan rehabilitasi jaringan irigasi di periode 2022-2024. Adapun di Kabupaten Kuningan, pembangunan jaringan irigasi untuk sawah seluas 1.000 hektar disiapkan pada 2023-2024.
”Jika suplai air terus terjaga, petani bisa menambah frekuensi tanam dari satu kali setahun menjadi dua atau tiga kali setahun sehingga bisa meningkatkan produksi dan berdampak pada kesejahteraan petani,” kata Presiden.
Selain irigasi, Bendungan Kuningan disiapkan untuk menjaga ketahanan air, pengendalian banjir, serta memiliki potensi pembangkit listrik. Sebagai sumber air baku bagi Kabupaten Kuningan, Bendungan Kuningan bisa menyediakan air baku sebesar 0,3 meter kubik per detik. Adapun potensi sumber tenaga listrik 0,5 MW.
”Saya berharap bendungan ini bisa memberi nilai tambah pada daerah, bukan saja meningkatkan produktivitas pertanian, melainkan juga meningkatkan ketersediaan air minum masyarakat,” kata Presiden.
Bendungan Kuningan yang dibangun selama tujuh tahun ini mulai diisi air awal pada Juni 2021.
Bendungan Kuningan yang dibangun selama tujuh tahun ini mulai diisi air awal (impounding) pada Juni 2021. Dalam keterangan Kementerian PUPR, sebelum pengisian air awal, pemerintah membangun 491 rumah khusus untuk relokasi warga yang bermukim di area genangan. Rumah khusus dibangun di lahan seluas 9,49 hektar di Desa Sukarapih, Kecamatan Cibeureum, Kuningan, tidak jauh dari lokasi Bendungan Kuningan. Rumah khusus ini bertipe 28 dan diselesaikan pada Juni 2021.
Agustus ini, selain Bendungan Kuningan, tiga bendungan lain juga rampung dibangun dan siap diresmikan. Ketiga bendungan itu adalah Bendungan Way Sekampung Provinsi Lampung, Bendungan Bendo Kabupaten Ponorogo, dan Bendungan Paselloreng Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Bendung Gilireng sebagai sistem irigasi yang airnya bersumber dari Bendungan Paselloreng juga telah selesai dan siap diresmikan.
Basuki dalam keterangan yang diterima Kompas menyebutkan, empat bendungan ini adalah bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN.
Tujuannya meningkatkan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku, dan pengendalian banjir.