Pembelaan Diri Terkait Kerumunan Justru Perburuk Citra Pejabat NTT
Narasi pembelaan diri dari kritik publik atas pelanggaran protokol Covid-19 di Pulau Semau, NTT, akan semakin memperburuk citra pejabat setempat. Publik bakal semakin apatis, bahkan dapat melakukan pembangkangan massal.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur diminta tidak membangun narasi pembelaan diri dari kritik publik atas pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 di Pulau Semau pada Jumat (27/8/2021). Pembelaan diri justru memperburuk citra pemerintah. Publik bakal semakin apatis sehingga penanganan Covid-19 di daerah itu akan jadi taruhan.
Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara Wilayah NTT Kristoforus Gega Welin pada Selasa (31/8/2021) mengatakan, pemberitaan lewat sejumlah media arus utama tepercaya serta video yang beredar kemudian viral di media sosial itu tidak bisa dibantah lagi. Publik sudah memegang bukti-bukti itu.
”Di video itu, kan, tampak juga Wakil Gubernur Josef Nai Soi tidak pakai masker di tengah kerumunan. Apa lagi yang mau dibantah? Semakin dibantah, citra pemerintah semakin buruk. Masyarakat tidak percaya lagi kepada pemerintah. Jangan salahkan juga jika nanti masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan,” kata Gega.
Gega menyarankan agar Pemerintah Provinsi Maluku menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas pelanggaran protokol kesehatan itu. Satgas Covid-19 NTT pun diminta mengambil langkah hukum sebagaimana yang dilakukan Satgas Covid-19 di daerah lain. Dengan begitu, masyarakat merasa ada keadilan.
Ia juga menyinggung tentang hukuman yang diberikan Satgas Covid-19 kepada masyarakat di berbagai kabupaten/kota di NTT, mulai dari teguran hingga kekerasan fisik. Di Kabupaten Sikka dan Timor Tengah Utara, misalnya, ada warga yang dipukul hingga berdarah-darah lantaran melanggar protokol kesehatan.
Polda bertindak
Senada dengan itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Marianus K Haukilo mendesak Polda NTT mengambil sikap terkait kerumunan itu. Ia mencontohkan, di Jakarta, polisi langsung menetapkan status tersangka kepada beberapa orang akibat kerumunan massal.
Semakin dibantah, citra pemerintah semakin buruk. Masyarakat tidak percaya lagi kepada pemerintah. Jangan salahkan juga jika nanti masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan.
Setelah viral berita kerumunan itu, di media sosial muncul gerakan pembangkangan. Ada pemilik akun Facebook di Kabupaten Sikka yang menantang Bupati Sikka F Roberto Diogo untuk datang menghentikan pesta yang akan digelar pada Jumat (3/9/2021) nanti. Pada saat acara di Semau itu, Diogo bernyanyi di atas panggung.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, acara pengukuhan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah Kabupaten/Kota Se-Nusa Tenggara Timur yang digelar di Pantai Otan, Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Jumat, itu melanggar protokol Covid-19. Acara itu dihadiri Gubernur NTT bersama wakil dan semua kepala daerah pada 22 kabupaten/kota di NTT.
Pemantauan Kompas, kegiatan itu diperkirakan menyebabkan ratusan hingga seribuan orang berkerumun. Namun, acara itu mengabaikan protokol kesehatan. Penyanitasi tangan disediakan di meja, tetapi tidak diberikan kepada setiap pengunjung yang datang. Pengukuran suhu, pembagian masker, terlebih tes antigen tidak dilakukan sebelum rombongan menyeberang dari Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, ataupun saat tiba di Pulau Semau.
Selama kegiatan berlangsung dari pagi hingga malam hari, mereka berinteraksi tanpa menjaga jarak. Saat acara pemaparan, mereka duduk kurang dari 1,5 meter di aula yang penuh. Sore harinya digelar acara hiburan di pantai dengan mengundang artis. Pejabat ataupun peserta bernyanyi, bahkan berteriak-teriak, sambil melompat-lompat dan baru bubar lewat pukul 00.00 (Kompas, 29/8/2021).
Secara terpisah, Sekretaris Daerah NTT Benediktus Polo Maing di Kupang pada Selasa (31/8) mengatakan, kerumunan itu terjadi di luar kendali penyelenggara kegiatan. Kerumunan terjadi seusai acara seremonial. Baginya, tidak ada niatan dari para pejabat setempat untuk sengaja melanggar protokol kesehatan.
Ia pun kembali menegaskan bahwa pelaksanaan kegiatan itu mengikuti protokol kesehatan ketat. Ia mengklaim telah dilakukan tes antigen sebelum ke Semau. Selain itu juga pemeriksaan suhu di lokasi kegiatan. Pantauan Kompas, hal itu tidak benar. Polo juga tidak hadir di acara tersebut.