Pembelajaran Tatap Muka di Jawa Timur Terapkan Skala Prioritas
Jawa Timur memulai pembelajaran tatap muka dengan pembatasan kehadiran sivitas dan waktu persekolahan serta penerapan protokol kesehatan dengan harapan menekan risiko penularan Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur memulai pembelajaran tatap muka SMA sederajat, Senin (30/8/2021), dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Selain itu, skala prioritas ditetapkan untuk menekan risiko penularan Covid-19.
”Pembelajaran tatap muka harus dilaksanakan terbatas, bertahap, dan sesuai keputusan bersama empat menteri (Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri),” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa seusai meninjau pembelajaran tatap muka di SMK Negeri 7 Surabaya, Senin pagi.
Pendidikan tatap muka dengan kehadiran sivitas di sekolah, lanjut Khofifah, perlu memperhatikan protokol kesehatan dan keselamatan seluruh warga sekolah mulai dari guru, tenaga pendidikan, hingga siswa. Idealnya, kehadiran di sekolah terbatas bagi sivitas yang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan atau dosis kedua.
Hal penting lainnya adalah membatasi kehadiran orang di sekolah dan waktu pembelajaran. Selain itu, menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan disiplin. Risiko penularan Covid-19 harus bisa ditekan dan diantisipasi agar tidak memperburuk kondisi pandemi.
Kepala SMK Negeri 7 Surabaya Bambang Purwo mengatakan, dalam sekolah tatap muka, hanya 121 pelajar dari 2.133 siswa atau 8 persen yang hadir. Pelajar yang hadir telah mendapat izin tertulis dari orangtua atau wali dan telah mendapat vaksinasi. Selama pembelajaran, diterapkan protokol kesehatan, terutama pengecekan suhu tubuh atau kondisi kesehatan pelajar, terus menjaga kebersihan, dan menjaga jarak dengan orang lain.
”Pembelajaran dalam jaringan (online) masih menjadi yang utama untuk mereka yang tidak bisa hadir atau belum mendapat izin dari keluarga,” kata Bambang. Pembatasan kehadiran sivitas, waktu pembelajaran, dan penerapan protokol diyakini akan menekan risiko penularan Covid-19 terhadap siswa.
Pembatasan kehadiran sivitas, waktu pembelajaran, dan penerapan protokol diyakini akan menekan risiko penularan Covid-19 terhadap siswa.
Secara terpisah, Kepala SMA Negeri 6 Surabaya Mamik Pujowati mengatakan, kehadiran pelajar dalam persekolahan hari itu 300 orang atau 33 persen dari 909 siswa sekolah di samping Gedung Negara Grahadi tersebut.
Sekolah memprioritaskan kehadiran bagi siswa kelas XII atau tingkat akhir sebagai persiapan menuju perguruan tinggi. Selain itu, sebagian dari pelajar kelas X. Untuk kelas XI, kata Mamik, persekolahan masih diadakan secara online.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, vaksinasi pelajar perlu dipercepat untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat, terutama para pelajar dalam pembelajaran tatap muka. Persekolahan offline tidak bisa dihindari karena menjadi tuntutan sebagian masyarakat meski sebagian lainnya masih menerima metode online.
”Kami akan terus berkoordinasi dengan bupati dan wali kota agar memprioritaskan vaksinasi bagi para pelajar,” kata Wahid.