Kemarau melanda Jayapura selama dua bulan terakhir. Kondisi ini menyebabkan debit air di sejumlah ”intake” milik PDAM Jayapura menurun.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Musim kemarau melanda Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua, selama dua bulan terakhir. Kondisi ini menyebabkan debit air di sejumlah mata air yang menjadi penyuplai Perusahaan Daerah Air Minum Jayapura menurun hingga 25 persen.
Hal ini diungkapkan Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura Entis Sutisna, saat dihubungi dari Jayapura, Senin (30/8/2021). Ia memaparkan, dari pantauan petugas di sejumlah intake atau sumber penampung air, yang mengalami penurunan debit hingga 25 persen, antara lain, intake Entrop, intake Ajen, dan intake Kampwolker.
Biasanya, debit air di intake Entrop mencapai 75 liter per detik, debit di intake Ajen 50 liter per detik, dan intake Kampwolker dengan debit air mencapai 100 liter per detik.
”Biasanya dalam seminggu terjadi beberapa kali hujan. Kini jarang terjadi hujan. Kalaupun hujan, durasinya hanya satu hingga dua jam. Hal inilah yang menyebabkan debit air terus menurun,” ungkap Entis.
Ia menuturkan, terdapat juga faktor perambahan hutan dan perusakan fasilitas pipa milik PDAM Jayapura yang berdampak pada berkurangnya debit air. Selama beberapa bulan terakhir, petugas menemukan adanya aksi perusakan 11 pipa di daerah Kampwolker.
”Kami telah memperbaiki 11 pipa di intake Kampwolker yang dirusak oknum tak bertanggung jawab. Kami telah bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus ini,” tuturnya.
Selain itu, Entis pun mengimbau agar masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah mata air agar menghentikan penebangan pohon yang menjadi sumber air. Sementara pelanggan PDAM Jayapura diminta lebih berhemat menggunakan air di tengah musim kemarau saat ini.
Secara terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jayapura Doni Kristianto memaparkan, musim kemarau telah berlangsung sejak Juli. Fenomena ini tidak hanya melanda wilayah Jayapura, tetapi juga Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Keerom.
Dalam 10 hari terakhir, Doni mengatakan, suhu maksimum di Jayapura mencapai 34-36 derajat celsius. Masyarakat pun diimbau menyiapkan alat pelindung diri, seperti topi saat beraktivitas di luar rumah karena cuaca yang menyengat itu.
Selain itu, Doni juga berharap masyarakat tidak membakar lahan di tengah musim kemarau yang melanda Jayapura dan sejumlah daerah. ”Kondisi ini akan terjadi hingga Oktober mendatang,” katanya.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Welliam Manderi telah berkoordinasi dengan seluruh jajaran di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua. Hal ini untuk mengantisipasi lebih dini dampak perubahan cuaca yang ekstrem.