Petani kembali menghadapi rendahnya harga jual cabai, termasuk di Malang, Jatim. Saat ini harga cabai rawit di pasar grosir hanya Rp 8.000 per kg, anjlok drastis dari harga pada akhir Juli Rp 35.000 per kg.
Oleh
Defri Werdiono
·4 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Cabai segar baru saja dipetik oleh petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (29/8/2021).
MALANG, KOMPAS — Sejumlah petani di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengeluhkan harga cabai yang terus merosot dalam beberapa pekan terakhir. Tanaman-tanaman cabai yang telah siap panen pun kini dibiarkan begitu saja. Langkah itu dilakukan petani karena hasil penjualan tidak sebanding dengan biaya perawatan.
Harga cabai rawit di Pasar Grosir Sayur Mayur Mantung, Kecamatan Pujon, terus merosot dan saat ini hanya bertengger di angka Rp 8.000 per kilogram (kg). Sementara harga cabai besar Rp 5.500 per kg, cabai rawit hijau Rp 4.000 per kg, dan cabai keriting Rp 6.000 per kg.
Padahal, pada akhir Juli lalu, harga cabai rawit di pasar ini tercatat masih di angka Rp 35.000 per kg. Adapun harga cabai besar Rp 8.000 per kg, cabai rawit hijau Rp 13.000 per kg, dan cabai keriting Rp 16.000 per kg.
Bahkan, harga cabai pada pertengahan Agustus masih tembus Rp 13.000 per kg untuk rawit, Rp 6.000 per kg untuk cabai besar, Rp 10.000 per kg untuk cabai rawit hijau, dan Rp 8.000 per kg untuk cabai keriting.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Buah cabai merah dibiarkan layu di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (29/8/2021), karena harga yang anjlok saat ini.
Soal rendahnya harga cabai ini dibenarkan Didik (47), petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso. Menurut dia, masuknya cabai dari daerah lain ke Malang diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya harga jual petani setempat.
Harga cabai rawit di tingkat petani di Bocek pernah menyentuh angka terendah dalam beberapa tahun terakhir, yakni Rp 6.000 per kg, pada pekan lalu. ”Sekarang sudah naik, tetapi masih di bawah Rp 10.000 per kg. Semua cabai sekarang harganya anjlok, tidak hanya cabai rawit, tetapi juga cabai besar,” katanya, Minggu (29/8/2021).
Menurut Didik, rendahnya harga jual membuat beberapa petani di daerahnya sengaja membiarkan begitu saja buah cabai di lahan, tidak dipetik. Dari pengamatan Kompas, khususnya cabai besar dibiarkan menggantung di tangkai hingga sebagian di antaranya layu.
”Untuk ongkos petik saja Rp 40.000-Rp 45.000 per orang sehari. Biaya petik ini tidak sebanding dengan pendapatan. Akhirnya tanaman dan buahnya dibiarkan begitu saja. Tidak lagi dirawat sampai musim tanam berikutnya,” ujarnya.
Sukardi (70), petani lain di Desa Bocek, mengatakan, meski harga rendah, cabai hasil panen petani tetap terjual. Tengkulak tetap datang dan mereka baru membayar setelah cabai itu terjual di pasar. Mereka biasa mengambil margin Rp 700-Rp 1.000 per kg dari harga jual di pasar.
”Nasib petani seperti ini. Pasrah saja, rezeki sudah ada yang mengatur. Kadang harga cabai mahal, tetapi tidak jarang harganya anjlok. Kalau mahal, ya untung, dan sebaliknya,” katanya.
Anjloknya harga cabai lebih disebabkan pasokan yang melimpah.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang Budiar Anwar mengatakan, anjloknya harga cabai lebih disebabkan pasokan yang melimpah. Saat kemarau, banyak petani menanam cabai. Di sisi lain, daya serap pasar agak berkurang akibat banyak restoran, warung, dan kafe tutup karena pandemi Covid-19.
Sebagai gambaran, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi cabai rawit di Kabupaten Malang tahun 2020 mencapai 779.323 ton dan cabai besar 293.024 kuintal. Produksi 2020 lebih besar dari 2019 yang hanya 693.900 kuintal untuk cabai rawit dan 281.565 kuintal untuk cabai besar.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Tanaman cabai milik petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (29/8/2021).
Adapun daerah penghasil cabai rawit (2020) ada di Kecamatan Wajak (206.106 kuintal), diikuti Poncokusumo (139.240 kuintal) dan Tumpang (130.578 kuintal). Sementara daerah penghasil cabai besar ada di Poncokusumo (103.180 kuintal), Karangploso (53.113 kuintal), dan Pujon (33.725 kuintal).
”Ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Malang, tetapi juga daerah lain. Selama musim kemarau, bulan-bulan ini panenan cabai memang banyak,” ucap Budiar, sekaligus membantah bahwa ada cabai dari luar daerah yang masuk ke Malang.
Menurut Budiar, sejauh ini Kabupaten Malang sudah bekerja sama dengan industri makanan untuk menyerap produk pertanian. Namun, hal ini masih terbatas pada komoditas kentang. Adapun untuk cabai belum terjalin, tetapi sudah ada rencana kerja sama serupa.
Dinas berharap petani bisa lebih jeli melihat situasi. Hal ini mencakup bagaimana menanam komoditas cabai secara berbeda sesuai kebutuhan pasar sehingga saat panen raya harganya tidak anjlok.