Di Wonogiri terdapat 157.264 sasaran vaksinasi lansia. Ketika itu, cakupan vaksinasi lansia untuk dosis pertama 21,28 persen dan 16,34 persen untuk dosis kedua. Wonogiri mengonsolidasikan stok vaksin yang terbatas itu dari semua entitas pemegang kuota vaksin untuk dibagi-bagi ke 44 fasilitas pelayanan kesehatan.
Lantaran stok vaksin terbatas, pemerintah setempat memprioritaskan kelompok lansia lebih dahulu. Keputusan ini berkonsekuensi pada banyaknya pertanyaan yang berujung protes mempertanyakan vaksinasi untuk warga umum. Kepala Puskesmas Wonogiri 1 Pitut Kristianta Nugraha berkali-kali menjadi sasaran kekesalan warga.
”Ada yang marah-marah, ’Saya ini mau kerja ke Sumatera, harus menunjukkan kartu vaksin’, gitu. Ya, saya bilang kita ndak ada. ’Pokoknya saya mau minta’, katanya gitu. Lha mau minta ke mana? Wong kami ndak punya vaksin, kok,” kata Pitut, Selasa (3/8/2021)
Untuk menjangkau warga lansia saja, Wonogiri kekurangan stok, apalagi melayani vaksinasi umum. Bupati Wonogiri Joko Sutopo memanfaatkan semua sumber daya untuk melayani warga prioritas. Menurut Pitut, lambannya penambahan vaksin untuk kelompok lansia bukan karena faktor warga yang tidak mau, tetapi karena keterbatasan jumlah vaksin.
Baca juga:
Tidak mudah, kata Pitut, menyadarkan warga lansia yang belum divaksin. Akan tetapi, itu bisa dilakukan dengan melibatkan perangkat desa dan tenaga kesehatan (nakes) di puskesmas. ”Awalnya keluarga tidak bisa menerima. Karena ada bantuan penjelasan dari perangkat desa, baru akhirnya memahami,” katanya.
Menurut Bupati Wonogiri Joko Sutopo, distribusi vaksin merupakan persoalan mendasar yang dihadapi saat ini. Antusiasme warga sudah bagus, nakes dan fasilitas pelayanan kesehatan juga sudah siap. Namun, ketika stok vaksin kosong, pemda tidak berbuat banyak.
[video width="1920" height="1080" mp4="https://kompas.id/wp-content/uploads/2021/08/Vaksinasi-Golkar-Klaten.mp4"][/video]
Dengan stok 7.500 dosis untuk satu kabupaten, kata Joko, sulit baginya mengejar target pemerintah mencapai 70 persen warga pada akhir tahun ini. Dengan jumlah penduduk 1.091 juta jiwa, Wonogiri membutuhkan pasokan vaksin 200.000 dosis per bulan sehingga dapat melakukan vaksinasi pada 800.000 orang empat bulan ke depan. Namun, sebulan terakhir, saat Kompas ke sana, kabupaten ini hanya dapat pasokan 7.500 dosis.
Pemisahan alokasi
Kisah berikutnya dari tetangga Wonogiri, yaitu Kabupaten Klaten. Vaksinasi di wilayah terpisah-pisah dilakukan oleh pemerintah daerah, TNI, kepolisian, dan kolaborator lain. Target sasarannya pun berbeda. Vaksinasi pemda menyasar tenaga kesehatan, warga lansia, aparatur sipil negara, dan pegawai layanan publik. Sementara entitas di luar pemda menyasar target lain.
Meski demikian, capaian vaksinasi warga lansia di Klaten saat itu masih di bawah Wonogiri, yaitu 20,71 persen untuk dosis pertama dan 16,75 persen untuk dosis kedua. Target vaksinasi kelompok lansia di kabupaten ini sebanyak 193.827 sasaran. Sementara cakupan vaksinasi secara umum 18,87 persen (189.957 orang) dari target 1,65 juta sasaran.
Belakangan, Klaten mendapatkan vaksin berkali-kali dari jalur Pemprov Jawa Tengah, TNI, Polri, dan entitas lain, salah satunya partai politik. Pelaksanaan vaksinasinya pun berjalan sendiri-sendiri, tidak terintegrasi dengan rencana prioritas pemda setempat. Seperti yang terjadi pada Kamis (12/8/2021) malam, nakes di Klaten menerima perintah penyuntikan kepada 1.000 sasaran vaksin Moderna yang merupakan karyawan dari lima perusahaan.
Pejabat Dinas Kesehatan Klaten meminta nakes menyuntikkan vaksin tersebut Jumat (13/8/2021) pagi. Perintah lisan melalui grup percakapan di telepon seluler itu membuat nakes kaget. ”Kapan, Bu? Pelaksanaannya di mana? Apakah benar ini Moderna, kami yang nakes belum dapat, lho?”, rentetan pertanyaan itu bertubi-tubi muncul setelah pemberitahuan vaksinasi.
Ibu pejabat Dinas Kesehatan Klaten itu tidak banyak merespons. Dia hanya meyakinkan bahwa jatah untuk nakes sudah ada, bisa dijadwalkan pada lain kesempatan. Setelah percakapan itu, surat perintah formal beredar dengan tanda tangan Kepala Dinas Kesehatan Klaten Cahyono Widodo agar nakes siap dalam kurang dari 24 jam setelah perintah disampaikan. ”Ini vaksin yang kami tunggu-tunggu. Ternyata karyawan perusahaan yang dapat dulu,” kata dokter berinisial R yang menyuntik karyawan tersebut.
R dan seluruh nakes yang ditugaskan rumah sakit pun harus siap esok harinya. Setelah penyuntikan, ada beberapa dosis tersisa karena peserta dari PT Panen Mas Yogya tidak hadir. Sisa vaksin itu dimanfaatkan sebagian nakes untuk suntikan ketiga sebagai booster mereka. Seusai penyuntikan, nakes tidak mendapatkan anggaran penyuntikan seperti biasanya.
Hari itu, R dan nakes di lima rumah sakit yang ditugaskan masih menyimpan tanya. Mereka adalah nakes di RSD Bagas Waras Klaten, RSU I Klaten, RSU PKU Muhammadiyah Jatinom, RS Cakra, dan RSKB Diponegoro 21. Jumat pagi, mereka menerima nama-nama dari perusahaan yang menerima vaksin. Dari 200 sasaran yang terdaftar, tersisa 25 dosis. ”Sisa itu kami suntikkan ke nakes kami. Itu pun kami harus izin ke Dinkes dan Polres Klaten dulu,” kata R.
Tiga hari berikutnya, nakes mendapat giliran vaksin tersebut. Tidak serempak, tetapi bergelombang karena kawatir ada dampak ikutan setelah vaksin. Menanggapi vaksinasi itu, Kepala Polres Klaten Ajun Komisaris Besar Eko Prasetyo mengatakan, sasaran vaksin Moderna itu memang warga usia produktif. Program pemberian vaksin Moderna itu melanjutkan yang sudah berjalan sebanyak 5.400 pada dosis pertama. Di Klaten, Polri sudah menyalurkan vaksin untuk 17.800 warga.
Adapun vaksinasi Moderna digelar di lima rumah sakit itu karena Polres Klaten tidak ada tempat yang memadai. ”Untuk pembiayaan vaksinasi. Mau tidak mau butuh logistik, tenda, honor nakes, dan konsumsi. Saat ini dibantu CSR perusahaan dan pemda,” kata Eko.
Vaksinasi Moderna dari Polres Klaten menyasar karyawan di 74 perusahaan. Pihak perusahaan sudah dihubungi sebelumnya, tinggal menunggu prosesnya saja. ”Ada vaksin langsung disuntik, tergantung nanti vaksinnya apa,” kata Eko.
Beberapa hari setelah itu, Pemkab Klaten mendapat 40.000 dosis vaksin Moderna. Vaksin inilah yang disuntikkan kepada nakes, warga lansia, ASN, dan masyarakat rentan lain. Meski alokasi ditambah, diperlukan strategi yang tepat dalam pendistribusian kepada sasaran penerima.
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengingatkan, strategi vaksinasi amat menentukan keberhasilan program ini. Dari berbagai permodelan penelitian, faktor usia paling besar dalam memengaruhi penurunan tingkat kematian.
”Jika ada perdebatan dari mana memulai vaksinasi, sains sudah memberikan jawabannya. Banyak negara mendahulukan lansia dalam vaksinasi. Mempriotiaskan vaksinasi kepada warga di atas 60 tahun dapat menurunkan 23 persen tingkat kematian. Usia itu faktor paling kuat menurunkan faktor risiko,” kata Dicky.