Percepatan dan perluasan vaksinasi Covid-19 amat bergantung pada aparatur di daerah. Daerah-daerah yang dianggap cepat dalam program vaksin perlu segera dipasok agar stok tidak lekas kosong.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Surabaya, Bojonegoro, dan Jember di Jawa Timur berpeluang kehabisan stok vaksin Covid-19 kurang dari sepekan. Daerah-daerah yang agresif dalam percepatan dan perluasan vaksinasi perlu mendapat perhatian dalam pengiriman.
Menurut laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/, Jumat (27/8/2021), daerah dengan stok vaksin yang berpeluang habis dalam sepekan adalah Surabaya (129.346 dosis), Bojonegoro (46.304 dosis), dan Jember (24.852 dosis).
Kemampuan vaksinasi di Surabaya sepekan terakhir 18.600 dosis sehingga stok dinyatakan habis dalam sepekan. Kemampuan Bojonegoro 7.000 dosis sehingga stok akan habis dalam sepekan. Di Jember, kemampuannya 9.000 dosis sehingga stok akan habis dalam tiga hari.
Laman itu juga menyebut daerah yang stok vaksin dapat habis dalam 7-10 hari ialah Sidoarjo, Kota Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, dan Pacitan. Sementara 30 kabupaten/kota lain, stok vaksin akan habis dalam dua pekan atau lebih. Cepat atau tidaknya stok vaksin habis untuk kemudian dapat segera meminta ke Kementerian Kesehatan bergantung pada agresivitas aparatur daerah dalam program vaksinasi.
Masih menurut data itu, Surabaya, ibu kota Jatim, menjadi daerah dengan penerima dosis terbanyak, yakni 2,541 juta dosis vaksin. Namun, Surabaya amat agresif sehingga yang telah digunakan untuk vaksinasi mencapai 2,411 juta dosis vaksin. Tidak heran jika kemudian capaian vaksinasi di Surabaya yang berpenduduk hampir 2,9 juta jiwa tergolong tinggi di Jatim.
Di Surabaya, tercatat 1.778.950 warga atau setara 80 persen dari target sasaran telah menerima vaksinasi dosis 1. Adapun yang telah menerima dosis 1 dan dosis 2 sebanyak 1.264.160 warga atau setara 57 persen dari target.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita, percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi amat bergantung dari kelancaran pasokan oleh Kementerian Kesehatan. Surabaya selama ini agresif dalam ”meminta” pasokan baru ketika stok menipis.
Selain itu, Surabaya juga menerapkan prioritas vaksinasi terhadap tenaga kesehatan, ibu hamil, pelajar usia di atas 12 tahun, dan warga lanjut usia yang berkategori rentan. ”Sejauh ini, penerimaan vaksin belum memenuhi permintaan sehingga tidak bisa juga memaksakan percepatan dan perluasan cakupan secara agresif,” kata Febria.
Meski demikian, lanjut Febria, aparatur di Surabaya tetap bersiap menuntaskan vaksinasi bagi seluruh warganya. Vaksinator di 164 lokasi atau semua puskesmas telah siap bertugas. Itu belum termasuk vaksinator dari rumah sakit, sekolah kesehatan, kampus, atau instansi lain yang berwenang dan bisa diperbantukan serta bergerak hingga ke rumah-rumah warga.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Akhmad Yusep Gunawan mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah kota mengoperasikan 22 mobil respons cepat vaksin keliling. Dengan mobil-mobil ini diharapkan dapat mempercepat program vaksinasi bagi warga Surabaya.
”Mobil bisa bergerak mandiri sesuai arahan karena disertai vaksinator atau tenaga kesehatan, pengemudi, dan anggota TNI/Polri untuk pengamanan,” kata Yusep.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, percepatan vaksinasi amat bergantung pada agresivitas aparatur setempat dalam program tersebut. Posisi provinsi bukan sebagai penentu atau penilai suatu kabupaten/kota dianggap perlu segera mendapat kiriman pasokan baru atau tidak.
”Yang menentukan adalah Kementerian Kesehatan atau pemerintah pusat sehingga percepatan vaksinasi di Jatim pada prinsipnya bergantung pada situasi di kabupaten/kota,” kata Khofifah.
Ketua Umum Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim Eddy Widjanarko mengatakan, pengusaha turut terlibat dalam program percepatan vaksinasi. Misalnya dengan menyediakan sentra vaksinasi di Surabaya untuk mengakomodasi vaksinasi bagi para buruh atau karyawan industri yang tergabung dalam organisasi tersebut.
”Sentra vaksinasi didirikan di daerah industri terkemuka, yakni Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, dan Malang untuk mempercepat jangkauan terhadap para buruhnya,” kata Eddy. Di Forkas tergabung 44 asosiasi usaha dengan jumlah hampir 20.500 perusahaan berbagai sektor.