Puluhan Tahun Gelap Gulita, 44 Desa di Papua Nikmati Listrik
PLN berhasil melistriki 44 desa di pedalaman Papua dan Papua Barat tahun ini. Untuk pertama kalinya dalam 50 tahun terakhir, masyarakat dapat menikmati layanan listrik di rumahnya.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 44 desa di pedalaman Papua dan Papua Barat akhirnya diterangi listrik negara setelah puluhan tahun gelap gulita. Namun, masih ada 58 desa lain di kawasan pegunungan Papua yang masih menunggu aliran listrik akibat terkendala kondisi keamanan.
Data PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat menyebutkan, desa-desa itu tersebar di sembilan kabupaten. Kawasan itu ada di Mappi, Asmat, Boven Digoel, Dogiyai, dan Deiyai di Papua. Selain itu, ada juga di Kaimana, Tambrauw, Maybrat, dan Fakfak di Papua Barat.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat Abdul Farid di Jayapura, Papua, Kamis (26/8/2021) memaparkan, hal ini merupakan implementasi dari Program Papua Terang dari pemerintah pusat. Di tengah kondisi geografis yang berat dan pandemi Covid-19, dia bersyukur upaya menerangi desa-desa itu bisa berbuah manis.
Fasilitas kelistrikan dalam Program Papua Terang meliputi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Rata-rata, ratusan desa ini mendapatkan layanan listrik dengan kapasitas daya 15 kilowatt (kW)-100 kW.
”Sebelumnya masyarakat di puluhan desa ini hidup dalam kondisi gelap gulita pada malam hari. Tahun ini, melalui Papua Terang, mereka akhirnya bisa mendapatkan layanan listrik,” ujar Abdul.
Akan tetapi, ia mengatakan, masih ada desa yang belum mendapat aliran listrik. Dia mencontohkan ada warga di Kabupaten Puncak, Puncak Jaya, Intan Jaya, dan Kabupaten Nduga yang belum menikmati penerangan ideal akibat kondisi keamanan yang belum stabil.
”Kami belum dapat melaksanakan survei untuk pemasangan listrik di 58 desa karena faktor keamanan. Desa-desa itu berada di pegunungan Papua,” kata Abdul.
Kelompok kriminal bersenjata (KKB) kerap beraksi di kawasan itu. Selama delapan bulan terakhir, 9 personel aparat keamanan dan 13 warga meninggal dunia. Sementara itu, 17 personel aparat keamanan dan 3 warga terluka karena terkena tembakan anggota KKB.
Selain memasang instalasi baru, ia menambahkan, PLN juga meningkatkan jam nyala listrik dari 18 jam menjadi 24 jam di Deiyai, Dogiyai, dan Paniai tahun ini. Sementara di Maybrat, dua desa, yakni Eway dan Ayawasi, kini mendapat akses listrik selama 24 jam.
”Pemasangan listrik dan peningkatan jam nyala ini diharapkan berdampak pada rasio elektrifikasi di sana. Kami akan terus meningkatkan cakupan Papua Terang hingga akhir tahun ini,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, jumlah Rasio Desa Berlistrik (RDB) Provinsi Papua saat ini mencapai 95,09 persen dari total 5.521 desa. Adapun di Papua Barat sebesar 97,33 persen dari 1.837 desa.
Bupati Paniai Meki Nawipa mengapresiasi upaya ini. Kerja keras PLN ini dapat membuat sistem kelistrikan di tiga kabupaten dapat beroperasi dari sebelumnya 18 jam menjadi 24 jam.
Ke depan, ia mengimbau warga agar mendukung PLN menjaga pasokan listrik ke pelanggan. Misalnya, masyarakat tidak menghambat kerja petugas PLN yang hendak memangkas bagian pohon yang berpotensi mengganggu jaringan listrik.
”Kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat, khususnya PLN. Usulan kami agar listrik dapat menyala selama 24 jam di Dogiyai, Deiyai dan Paniai, dapat terealisasikan,” ujarnya.
Anggota DPRP Papua Komisi IV Bidang Infrastruktur, Thomas Sondegau, berpendapat, rasio elektrifikasi di Papua hingga melebihi angka 90 persen menunjukkan hasil kebijakan Nawacita dari Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan pembangunan di daerah-daerah terpencil.
”Kami berharap semua desa di Papua segera terlistriki dalam waktu dekat. Dengan ini, (pemerintah) menunjukkan dapat meningkatkan pelayanan publik, khususnya di bidang pendidikan, ekonomi mikro, dan kesehatan, di pedalaman Papua,” harap Thomas.