Jumlah Tes PCR Mandiri di Surakarta Tak Naik meski Harga Turun
Sejumlah rumah sakit di Kota Surakarta, Jawa Tengah, telah menurunkan harga pengetesan sampel usap dengan metode PCR. Penurunan harga belum menunjukkan adanya peningkatan jumlah tes mandiri.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Sejumlah rumah sakit di Kota Surakarta, Jawa Tengah, telah menurunkan harga pengetesan sampel usap dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR). Penurunan harga belum menunjukkan adanya peningkatan jumlah tes mandiri. Fokus pengetesan masih pada penelusuran kontak erat dari kasus positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan, permintaan penurunan harga tes PCR dari pemerintah pusat telah disampaikannya kepada seluruh pengelola fasilitas layanan kesehatan di kota tersebut. Pemberitahuan dilakukan baik melalui pertemuan daring maupun surat tertulis.
”Kemarin sudah kami kumpulkan pihak laboratorium dan rumah sakit. Kami sudah menyampaikan untuk mematuhi ketentuan dari Kementerian Kesehatan. Kami juga sudah mengirimkan surat,” tutur Wahyuningsih saat ditemui di kompleks Balai Kota Surakarta, Kamis (26/8/2021).
Penurunan harga tes PCR ini awalnya diminta oleh Presiden Joko Widodo pada 15 Agustus 2021. Saat itu, Presiden meminta agar harga tes PCR turun menjadi Rp 450.000 hingga Rp 550.00. Setelah dibahas lebih lanjut, harga tes PCR yang disepakati senilai paling besar Rp 495.000 untuk wilayah Jawa-Bali, sedangkan Rp 525.000 bagi wilayah di luar Jawa-Bali. Hasil tes juga harus sudah keluar dalam waktu maksimal 1 x 24 jam dari waktu pengambilan sampel usap.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadir mengungkapkan, pengubahan batas atas tarif PCR disebabkan oleh penurunan harga reagen dan bahan aktif yang digunakan dalam tes itu. Penentuan batas atas tarif pun telah mempertimbangkan total biaya operasional, seperti pembelian alat, harga reagen, biaya sumber daya manusia, depresiasi alat, dan pengeluaran tambahan yang diperlukan. Batas tarif itu juga sudah memperhitungkan batas keuntungan untuk pihak swasta sebesar 15-20 persen (Kompas, 16/8/2021).
Dengan penurunan biaya tersebut, diharapkan jumlah tes setiap hari lebih banyak. Selain itu, waktu tes yang semakin singkat hendaknya juga dapat mendorong pelacakan kasus bisa berlangsung lebih cepat.
Terkait hal itu, Wahyuningsih menyampaikan, penurunan harga tes PCR tidak serta-merta diikuti dengan peningkatan jumlah tes harian di daerahnya. Sebaliknya, justru terjadi penurunan jumlah tes harian.
Hal tersebut berkaitan dengan terjadinya penurunan angka penambahan kasus harian yang juga drastis. Terlebih lagi, penambahan jumlah tes harian masih didominasi oleh penelusuran kontak erat dari kasus positif. ”Karena tracing-nya sedikit, jumlah tes jadi sedikit juga,” kata Wahyuningsih.
Bagaimana juga masih muncul stigma takut sakit Covid-19. Jadi, penurunan harga ini tidak begitu berpengaruh.
Pada 20-25 Agustus 2021, misalnya, penambahan kasus harian hanya berkisar 16 kasus hingga paling banyak 61 kasus per hari. Jumlah tes harian, baik dengan metode PCR maupun antigen, pun sempat sangat rendah, yakni hanya berkisar 590-634 tes per hari selama 20-23 Agustus 2021. Jumlah itu hanya menjangkau sekitar separuh dari target harian yang ditentukan, yakni 1.112 tes per hari. Jumlah tes meningkat dua hari terakhir dengan capaian 1.121 tes pada 24 Agustus 2021 dan 1.054 tes pada 25 Agustus 2021.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi, Cahyono Hadi, mengungkapkan, pihaknya telah ikut menurunkan harga tes PCR sejak 23 Agustus 2021. Harganya turun dari Rp 883.000 menjadi Rp 485.000 sekali tes. Namun, dari pantauannya, penurunan harga tidak lantas meningkatkan jumlah tes yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat di rumah sakit tersebut.
”Bukan harganya turun terus laris. Ternyata tidak begitu. Bagaimana juga masih muncul stigma takut sakit Covid-19. Jadi, penurunan harga ini tidak begitu berpengaruh,” ucap Cahyono.
Direktur Utama Rumah Sakit Dr Oen Kandang Sapi Surakarta William Tanoyo mengungkapkan, pihaknya menurunkan harga tes PCR sejak 19 Agustus 2021. Saat ini, harga tes PCR di rumah sakit tersebut senilai Rp 495.000 sekali tes. Hasil tes bisa keluar dalam waktu 6 jam hingga 24 jam dari sampel masuk ke laboratorium.
Lebih lanjut, William menyebutkan, penurunan harga malah disertai dengan penurunan jumlah pengetesan. Ia menduga, penyebabnya adalah jumlah penambahan kasus yang mulai melandai. Jumlah terperinci mengenai penurunan angka tes enggan dijelaskannya. Akan tetapi, adanya penurunan harga tes PCR justru mendorong pasiennya memilih tes PCR daripada sekadar tes antigen.
”Jumlah secara umum tes harian memang menurun. Tetapi, sekarang ini, kalau dibandingkan antara PCR dan antigen, justru banyak yang PCR. Mungkin, dengan harga yang sekarang bisa mendapat hasil yang lebih pasti dan masih terjangkau bagi mereka,” tutur William.